Ads (728x90)

Anonymous 12:33
Artikel ini merupakan kelanjutan dari AGAMA MENURUT PERSPEKTIF PSIKOLOGI. Jadi, agar lebih jelas silahkan dibaca terlebih dahulu!

Disini pendidikan Islam bisa diartikan sebagai upaya sadar yang dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab terhadap pembinaan, bimbingan, pengembangan serta pengarahan potensi yang dimiliki agar dapat berfungsi dan berperan sebagaimana hakikat kejadiannya. Jadi dalam pengertian ini pendidikan Islam tidak dibatasi oleh institusi ataupun pada lapangan pendidikan tertentu. Pendidikan Islam diartikan dalam ruang lingkup yang luas.

Sedangkan yang dimaksud bertanggung jawab dalam hal ini adalah orang tua. Sementara para guru atau pendidik lainnya merupakan perpanjangan tangan orang tua. Maksudnya tepat tidaknya guru atau pendidik yang dipilih orang tua untuk mendidik anak mereka menjadi tanggung jawab orang tua sepenuhnya. Sehingga pendidikan Islam meletakkan dasarnya pada lingkungan rumah tangga atau keluarga. Seiring dengan tanggung jawab itu, maka orang tua dan guru dalam pendidikan Islam berkedudukan sebagai pembina, pembimbing, pengembang serta pengarah potensi yang dimiliki anak agar mereka menjadi hamba Allah yang taat dan setia sesuai dengan hakikat penciptaan manusia. Selain itu juga dapat ikut berperan sebagai khalifah ah dalam kehidupan. Dalam pelaksanaan aktivitas pendidikan seperti itu diterapkan sejak usia bayi hingga akhir hayat, jadi tidak hanya sampai usia dewasa saja.

Pendidikan Islam dalam arti seutuhnya ialah seperti yang dianjurkan Rasulullah saw dalam hal ini pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan dengan psikologi agama. Bahkan psikologi agama digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pelaksanaan pendidikan Islam.

Rasulullah saw selalu menganjurkan agar memberikan pendidikan harus disesuaikan dengan kadar kemampuan atau nalar seseorang. Sehingga ada perbedaan dalam menghadapi orang yang masih awam terhadap agama dengan yang sudah memiliki latar belakang pendidikan agama. Tidak hanya itu, menghadapi orang dewasa dan anak-anak maupun remaja juga harus berbeda. Didiklah anak-anakmu dengan cara belajar sambil bermain atau bergurau pada tujuh tahun pertama, dan pada tujuh tahun kedua didiklah mereka dengan disiplin dan moral, kemudian pada tujuh tahun ketiga didiklah mereka dengan memperlakukan mereka sebagai sahabat. Setelah itu baru lepaskan mereka secara mandiri.

Dalam pendidikan Islam, pendekatan psikologi agama ternyata telah dilakukan di awal periode perkembangan Islam. Fungsi dan peran orang tua sebagai teladan yang terdekat kepada anak telah diakui dalam pendidikan Islam. Bahkan agama dan keyakinan anak sangat bergantung dari keteladanan orang tua mereka. Terkait hal tersebut, Sigmund Freud menyatakan bahwa keberagamaan anak terpola dari tingkah laku orang tuanya.’

Kesadaran terhadap pengaruh orang tua terhadap keberagamaan anak baru diungkapkan ahli psikologi agama (Barat) sekitar abad ke-20. Tetapi jauh sebelum itu Islam telah menerapkannya dalam kehidupan rumah tangga. Bahkan menurut pendidikan Islam yang merujuk dari tuntunan al-Quran yang memuat pesan Lukman al-Hakim kepada anaknya: Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) merupakan kezaliman yang amat besar. (QS. 31:12).

Sesuai informasi al-Quran di atas terungkap bagaimana seharusnya seorang Bapak membimbing anak-anak mereka mengenai Tuhannya. Anak mengenal Tuhan dari bimbingan orang tua mereka. Bimbingan kepada anak sebaiknya dilakukan dengan penuh kasih sayang. Bukan dengan perintah, melainkan orang tua memberi teladan.

Post a Comment

Post a Comment