Ads (728x90)

Anonymous 21:54
Meski kita memakannya tiap hari, tapi bisnis jualan nasi tetap saja menggiurkan. Syaratnya, nasi yang dijajakan itu harus unik dan nyantel di lidah.
Adalah Samsianata yang mencoba peruntungan dari bisnis makanan wajib orang Indonesia ini. Agar laku di pasaran, dia mengolah nasi menjadi santapan yang berbeda dari nasi yang biasa kita makan sehari-hari. "Saya menanak beras merah dengan campuran rempah sehingga aromanya harum dan teksturnya lembut," ujarnya.

Sam, panggilan akrabnya, menamakan menu kreasinya itu Nasi Jambronk. Tak hanya memproduksi Nasi Jambronk, Sam juga,menyajikan menu nasi di wadah di bumbung alias bambu, itu sebabnya makanan tersebut diberi nama Nasi Bumbung.

Sam mengawali usaha restoran yang mengandalkan olahan nasi tersebut pada pertengahan 2008 di Yogyakarta. Sesuai harapannya, peminatnya membludak. Omzetnya mencapai Rp 3 juta per hari, atau Rp 90 juta per bulan
Melihat menu racikannya digemari banyak orang, Mei 2009 Sam menawarkan kemitraan restoran Nasi Jambronk dan Nasi Bumbung.

Lewat merek dagang itu, Sam menjajakan aneka makanan seperti Nasi Bumbung Komplit, Nasi Jambronk Babat, Karedok, dan sebagainya. Menu minumannya antara lain teh tarik, teh jaha (campuran jahe, teh dan rempah), dan teh sablenk (campuran mahkota dewa dan jamur). Harga menu di kedai Nasi Jambronk dan Nasi Bumbung berkisar Rp 20.000 - Rp 75.000 per porsi.
Meski belum genap satu bulan melego kemitraan, Sam sudah punya satu mitra. "Satu mitra akan buka dalam waktu dekat di Gading Serpong, Tangerang," ujarnya. Kata Sam, mitra tersebut tertarik lantaran melihat keunikan Nasi Jambronk dan Nasi Bumbung.
Sam menanjkan bisnis ini bakal moncer. Dia menunjukkan contoh restoran miliknya di Kaliurang yang omzetnya Rp 3 juta sehari. Setelah dikurangi berbagai biaya, seperti bahan baku 50 persen, sewa tempat Rp 4,2 juta sebulan, dan gaji 14 pegawai, "Laba bersihnya Rp 500.000 per hari atau 15 persen dari omzet," ujarnya.

Mulai dari Rp 50 juta
Kepada yang berminat menjadi mitra, Sam mensyaratkan calon mitra harus memiliki modal awal Rp 50 juta. Ini untuk gerai dengan kapasitas 40 kursi. "Jika tempat usahanya mencapai 100 kursi,. tentu harganya berbeda," jelas Sam.
Dengan menyerahkan modal awal itu, si mitra akan terikat kerjasama selama lima tahun, mendapat resep, pelatihan karyawan, dan 10.000 lembar brosur. "Mitra juga mendapat ikan di media lokal selama tujuh kali tayang dalani bulan pertama pembukaan restoran," ajar Sam.

Biaya investasi tadi belum termasuk biaya sewa dan renovasi tempat. "Interior gerai harus seragam, mengikuti restoran yang saya punya," ujar Sam. Jika mitra tak ma repot mengurusi tetek bengek pendirian gerai, dia harus menyerahkan modal Rp 200 juta.
Jika gerai sudah berdiri da usaha berjalan, Sam mewajil kan mitra membeli bumbu siap pakai darinya. Harga bumbu tersebut saat ini Rp 70.000 per kilogram. Bumbu sebanyak 1 kilogram cuku membuat 2.000 porsi nasi.

Sam mewajibkan mitra membeli bumbu darinya dengan alasan untuk menjaga standar dan keseragaman citarasa di semua gerai yang bernaung di bawahnya. Jika usahanya sudah jalan si mitra juga harus membayar biaya royalti sebesar 2 persen dari omzet setiap bulannya.
Soal balik modal, Sam menjanjikan mitra bisa balik modal dalam 1,5 tahun dengan asumsi pendapatan kotor si besar Rp 2.5 juta per hari. (Dessy Rosalina/Kontan)
  • source : http://www.kontan.co.id/

Post a Comment

Post a Comment