Jakarta - Intervensi kebijakan yang diterapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) kepada 500 SMP pada tahun 2011 lalu berdampak positif terhadap kualitas hasil ujian nasional (UN). Pada tahun 2011, rata-rata nilai UN murni ke-500 SMP tersebut hanya mencapai 6.09, sedangkan tahun ini, rata-rata nilai UNnya naik menjadi 6.80. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan angka sebesar 0.71. Sementara untuk persentase
tingkat kelulusan, naik sebesar 4.07%, yaitu dari 94.60% pada tahun lalu menjadi 98.67% di tahun 2012. Demikian dijelaskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, dalam jumpa pers mengenai hasil UN tingkat SMP tahun 2012, di Gedung A Kemdikbud, Jakarta (1/6). Dalam jumpa pers tersebut, Menteri Nuh didampingi Direktur Jenderal Pendidikan Dasar, Suyanto, dan Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), M. Aman Wiranatakusumah. Mendikbud M. Nuh juga mengatakan, intervensi kebijakan akan diberlakukan juga kepada sekolah-sekolah dengan nilai UN murni terkecil dalam UN SMP 2012. Sekolah tersebut di antaranya SMP Negeri 2 Karang Tinggi di Bengkulu, SMP Negeri 8 Nabire di Papua, dan SMP Negeri 2 Semau di Nusa Tenggara Timur. SMP Negeri 2 Karang Tinggi memiliki nilai rata-rata yang rendah untuk mata pelajaran matematika (2.5) dan bahasa Inggris (3.1). Setelah dianalisa, ternyata sebagian besar siswa di sekolah itu hanya mampu menjawab soal dengan benar, di bawah 25% untuk standar kompetensi matematika. Bahkan ada beberapa butir soal matematika yang tidak bisa dijawab sama sekali oleh semua siswa di sekolah tersebut. Selain itu, pendidikan guru Bahasa Inggris di sekolah itu hanya D2. Sementara untuk fasilitas, SMP Negeri 2 Karang Tinggi belum memiliki laboratorium dan perpustakaan. Karena itu, Kemdikbud akan memberikan intervensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Bentuk intervensi di antaranya peningkatan kompetensi (materi dan metode mengajar) bagi guru melalui program pelatihan, khususnya untuk kompetensi matematika dan bahasa Inggris. Kemdikbud juga akan membantu pengadaan sarana dan prasarana dengan membangun laboratorium bahasa dan perpustakaan. Selain itu, SMP Negeri 2 Karang Tinggi juga akan digabungkan (merger) dengan sekolah terdekat, karena jumlah siswanya sangat sedikit. Bentuk intervensi berupa peningkatan kompetensi guru dan pengadaan sarana dan prasarana juga akan diberikan kepada SMP Negeri 8 Nabire, SMP Negeri 2 Semau, NTT, dan sekolah-sekolah lain dengan nilai UN murni yang kecil. Diharapkan intervensi kebijakan ini akan terus berdampak positif terhadap peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya, dan kualitas UN pada khususnya. (DM)
tingkat kelulusan, naik sebesar 4.07%, yaitu dari 94.60% pada tahun lalu menjadi 98.67% di tahun 2012. Demikian dijelaskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, dalam jumpa pers mengenai hasil UN tingkat SMP tahun 2012, di Gedung A Kemdikbud, Jakarta (1/6). Dalam jumpa pers tersebut, Menteri Nuh didampingi Direktur Jenderal Pendidikan Dasar, Suyanto, dan Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), M. Aman Wiranatakusumah. Mendikbud M. Nuh juga mengatakan, intervensi kebijakan akan diberlakukan juga kepada sekolah-sekolah dengan nilai UN murni terkecil dalam UN SMP 2012. Sekolah tersebut di antaranya SMP Negeri 2 Karang Tinggi di Bengkulu, SMP Negeri 8 Nabire di Papua, dan SMP Negeri 2 Semau di Nusa Tenggara Timur. SMP Negeri 2 Karang Tinggi memiliki nilai rata-rata yang rendah untuk mata pelajaran matematika (2.5) dan bahasa Inggris (3.1). Setelah dianalisa, ternyata sebagian besar siswa di sekolah itu hanya mampu menjawab soal dengan benar, di bawah 25% untuk standar kompetensi matematika. Bahkan ada beberapa butir soal matematika yang tidak bisa dijawab sama sekali oleh semua siswa di sekolah tersebut. Selain itu, pendidikan guru Bahasa Inggris di sekolah itu hanya D2. Sementara untuk fasilitas, SMP Negeri 2 Karang Tinggi belum memiliki laboratorium dan perpustakaan. Karena itu, Kemdikbud akan memberikan intervensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Bentuk intervensi di antaranya peningkatan kompetensi (materi dan metode mengajar) bagi guru melalui program pelatihan, khususnya untuk kompetensi matematika dan bahasa Inggris. Kemdikbud juga akan membantu pengadaan sarana dan prasarana dengan membangun laboratorium bahasa dan perpustakaan. Selain itu, SMP Negeri 2 Karang Tinggi juga akan digabungkan (merger) dengan sekolah terdekat, karena jumlah siswanya sangat sedikit. Bentuk intervensi berupa peningkatan kompetensi guru dan pengadaan sarana dan prasarana juga akan diberikan kepada SMP Negeri 8 Nabire, SMP Negeri 2 Semau, NTT, dan sekolah-sekolah lain dengan nilai UN murni yang kecil. Diharapkan intervensi kebijakan ini akan terus berdampak positif terhadap peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya, dan kualitas UN pada khususnya. (DM)
Post a Comment