Ads (728x90)

Anonymous 19:11
Pecel lele, barangkali itu yang langsung tebersit di benak Anda kalau ditanya jenis makanan olahan berbahan baku ikan lele. Menu lele goreng dipecak sambal plus lalapan ini memang sudah lama akrab di lidah orang Indonesia.

Padahal makanan olahan dari ikan bersungut panjang itu bukan cuma pecel lele. Belakangan ini semakin banyak kreasi olahan makanan berbahan baku ikan berkumis. Sebut saja sebagai contoh, keripik lele, kerupuk lele, abon lele, nugget lele, dan bahkan es krim lele.

Meski masih kalah beken, rasa aneka produk olahan lele tersebut gurih dan lezat. Jangan heran, kalau makanan olahan lele ini semakin banyak peminatnya. “Lele itu termasuk makanan favorit di masyarakat,” ujar Nurul Indah Khasanah, pemilik Khansa Food, produsen makanan olahan berbahan baku lele dari Yogyakarta.

Harus kreatif
Lantaran banyak penggemar, bisnis makanan berbahan baku ikan lele memiliki prospek menjanjikan. Usaha makanan olahan lele pun tumbuh subur.

Meski peluang menganga lebar, bukan berarti jaminan bakal lancar menjalankan usaha ini. Ada juga yang sempat mencicipi usaha ini tetapi akhirnya mundur teratur.

Contohnya Anita Widyastuti, pemilik usaha Solideogloria di Magelang, Jawa Tengah. Pertengahan tahun lalu Anita memulai usaha makanan olahan lele. Setelah berjalan 10 bulan, ia memilih mundur dan kembali fokus menjadi peternak lele. “Di Jawa Tengah pemainnya banyak, jadi kami kesulitan memasarkan produk olahan lele,” ujarnya.

Tapi Anda yang kepingin menjajal usaha ini jangan berkecil hati dulu. Yang penting sebelum memasuki ini Anda harus memiliki bekal persiapan matang. Selain modal duit, Anda juga mesti kreatif mengolah dan meracik ikan lele menjadi aneka makanan yang menggugah selera.

Variasi makanan plus citarasa enak tentu mengundang minat pembeli. Maka, Anda mutlak memiliki bekal pengetahuan teknik pengolahan makanan berbasis lele.

Semakin Anda kreatif memadupadankan makanan olahan lele dengan selera pasar, peluang sukses di bisnis ini terbuka lebar. Banyak, kok, pebisnis sukses di usaha ini.

Contohnya, Nurul Indah Khasanah. Terjun ke bisnis makanan berbasis lele pada 2007 silam, pemilik Khansa Food ini berhasil meraup omzet tebal dari usaha makanan olahan lele. Selain abon lele, Khansa Food memproduksi keripik lele dan es krim lele.

Harga setiap produk olahan lele ini bervariasi. Es krim lele, misalnya, Rp 5.000 per cup. Sementara abon lele berkisar Rp 14.000 per ons.

Ide membuat makanan berbahan baku lele ini muncul karena Nurul merasa bosan dengan makanan olahan lele yang begitu-begitu saja. “Paling banter diolah menjadi pecel lele,” ujar Nurul.

Padahal di Yogyakarta saja kebutuhan lele bisa berton-ton setiap hari. Dia beride, kalau diolah lebih variatif tentu pasarnya bakal lebih berkembang.

Sejak itu, Nurul mencoba mengolah lele menjadi abon dengan rasa bawang, pedas, dan manis. Ternyata, respon pasar lumayan besar. Pesanan terus mengalir ke mejanya. Selain Yogyakarta, permintaan datang dari pembeli di kota-kota lain, seperti Surabaya, Malang, hingga Lampung.

Dalam sebulan, Nurul meraup omzet Rp 35 juta dari hasil menjual 250 kilogram (kg) abon lele. Laba bersih yang masuk ke kantongnya 40% dari omzet atau sekitar Rp 14 juta per bulan.

Kenikmatan rezeki berbisnis makanan olahan lele juga dirasakan Murti Rahayu, pemilik Nazelia di Cilacap, Jawa Tengah. Murti terjun ke usaha ini sejak 2007 dengan memproduksi abon lele.

Olahan lele racikan Murti sudah merambah ke beberapa daerah, seperti Jakarta, Yogyakarta, Semarang, dan Bali. Dia mematok harga bervariasi antara Rp 10.000-Rp 15.000 per ons.

Murti meraih omzet Rp 15 juta setiap bulan. “Laba bersih sekitar 40% dari omzet,” ujarnya. Belakangan, ia mulai berkreasi meracik menu lain, berupa keripik lele dan tengah bereksperimen meramu nugget ikan lele.

Kendati tampak sepele, hasilnya bisa menggelegar jika Anda serius menggeluti bisnis ini. Kalau Anda tertarik menjajal usaha ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Berikut ulasannya:

• Bahan baku
Anda tidak perlu memiliki kolam pembesaran lele jika ingin menggeluti bisnis makanan olahan si kumis. Banyak tersedia ikan lele segar di pasar.

Supaya produksi lancar, Anda harus memastikan pasokan bahan baku mencukupi usaha ini. Sebagai gambaran, menurut Murti, agar menghasilkan 3,5 kilogram (kg) abon lele, kita membutuhkan bahan baku lele segar sekitar 10 kg.

Nurul menyarankan agar kita membeli lele langsung dari para peternak yang dekat lokasi usaha kita. “Selain hemat ongkos transportasi, harga juga lebih murah,” tutur dia berbagi tip.

Menjalin kerjasama dengan peternak lele di sekitar lokasi usaha memang lebih menguntungkan. Bukan hanya bisa mendapat harga lebih miring, pasokan lele juga lebih terjamin. Meski begitu, Anda juga harus jeli memilih pemasok lele yang bagus. “Makanya perlu survei lebih dulu,” timpal Murti.

Harga lele di tingkat peternak saat ini berkisar antara Rp 10.000 sampai Rp 10.500 per kg. Harga lele cenderung stabil karena pasokan melimpah. Jadi Anda tak perlu khawatir soal suplai bahan baku.

Kecuali kalau banyak peternak lele yang mengalami gagal panen, harga lele biasanya rada mahal. Nurul mencontohkan, saat gempa mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya tahun 2006, banyak petani gagal panen karena banyak ikan mati. Akibatnya harga ikan bersungut itu beranjak mahal. Jika ini yang terjadi, Anda perlu melirik sumber pasokan lain.

• Produksi

Jika sudah mendapat pemasok lele, Anda harus memikirkan mengenai pilihan produk. Ikan lele bisa diolah menjadi bermacam-macam produk karena tidak beraroma amis seperti ikan laut.

Sejauh ini, makanan olahan berbahan baku lele yang beredar di pasar meliputi abon, keripik, es krim, dan nugget. Jika belum punya ide sendiri, Anda bisa memilih salah satu dari sekian banyak jenis makanan olahan lele itu.

Jangan lupa Anda juga harus menyiapkan investasi peralatan untuk produksi. Nurul merogoh kocek sekitar Rp 25 juta. Uang tersebut untuk membeli mesin produksi, seperti mesin pemisah daging ikan lele dari tulangnya, mesin suwir daging, kompor gas beserta penggorengan, serta mesin peniris.

Murti mengaku hanya mengeluarkan sedikit modal lantaran sebagian besar proses produksinya dikerjakan secara tradisional dengan mengandalkan tenaga manusia. Ia hanya memakai mesin peniris yang berguna untuk memisahkan minyak dari serat abon lele. “Biar abonnya kering dan tidak berminyak,” tutur Murti.

• Pemasaran

Bisnis makanan olahan berbasis lele memang memiliki ceruk pasar lebar. Tapi, Anda tetap harus menyiapkan strategi pemasaran jitu agar produk Anda laris manis. Anda sebaiknya mencoba berbagai cara pemasaran, supaya barang dagangan dikenal konsumen. Ambil contoh, Anda bisa memanfaatkan promosi via internet atau rajin mengikuti acara pameran.

Jika makin dikenal dan ingin menjangkau pasar yang lebih luas, Anda bisa mencontoh pengalaman Nurul dan Murti. Kedua pengusaha makanan olahan lele ini menjalin keagenan dan distribusi dengan pihak lain.

Murti saat ini memiliki jaringan distribusi di kota-kota besar, seperti Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta. Bahkan, Murti juga ditawari menjadi pemasok abon lele di salah satu supermarket di Jakarta. “Tawaran serupa juga datang dari Bali,” ungkapnya.

Nurul juga memasarkannya dengan sistem keagenan. Saat ini, Khansa Food memiliki agen di beberapa kota, seperti Bekasi, Malang, Surabaya, Yogyakarta, Lampung, dan Pekanbaru.

Selain keagenan, Khansa Food menjajakan menu olahan lele di dunia maya. Awalnya, Nurul pernah menempuh strategi pemasaran bertingkat atau multi level marketing (MLM). Namun, strategi ini kurang mendongkrak penjualan.

Untuk mengenalkan produknya ke pasar, Nurul banyak mengikuti pameran kuliner yang digelar di berbagai kota di Indonesia. Belum lama ini, misalnya, Khansa Food berpartisipasi pada Festival Raya Lele Nusantara di Jakarta.

Berbagai kiat bisnis menu olahan lele sudah terpampang, tinggal keberanian Anda mencoba menekuninya.

sumber : http://weekend.kontan.co.id

Post a Comment

Post a Comment