Ads (728x90)

Anonymous 20:07
Bagi beberapa perusahaan yang tak punya bujet iklan berlebih, brosur dapat menjadi media iklan alternatif yang lumayan efektif. Perusahaan tersebut rata-rata menyewa jasa penyebar brosur sebagai jembatan iklannya. Sebaliknya, jasa penyebar brosur ini kian marak, yang diramaikan oleh usaha perseorangan hingga perusahaan.

Misalkan saja perusahaan Madani Courier dibawah pimpinan Suratno Diarjo. Perusahaan kurir dalam kota ini sudah dua tahun lalu beroperasi. Salah satu divisi operasinya adalah divisi sebar brosur.
"Divisi ini adalah usaha sampingan dari usaha kurir saya untuk memberi pekerjaan bagi yang membutuhkan," ujar Suratno yang membuka kantor di bilangan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Untuk divisi ini, Suratno sudah punya daftar beberapa pekerja sambilan yang bisa dipanggilnya sewaktu-waktu untuk menyebar brosur.
Menurutnya, walau usaha sebar brosur tidak terlalu banyak diminati perusahaan sebagai salah satu cara beriklan, akan tetapi pangsa pasarnya tetap ada. Biasanya, perusahaan penyewa memilih perusahaan Suratno lantaran kecewa dengan layanan penyebar brosur perorangan.
Paling tidak, dalam seminggu minimal Suratno mampu mendapuk 500 lembar brosur untuk dibagikan. "Pemasukan dari divisi ini paling hanya 10% dari total omzet saya secara keseluruhan," ujar Suratno.
Ongkos yang dikeluarkan penyewa tidak besar. Hanya Rp 250 per lembar brosur. Dari angka tersebut, Suratno kebagian Rp 50 per lembar sementara pekerjanya mendapat jatah Rp 200 per lembar. "Jika brosur yang harus dibagikan diatas 5000 lembar, harga per lembar bisa turun jadi Rp 150," lanjutnya.
Tempat penyebaran brosur sendiri ditentukan oleh pihak penyewa. Namun, Suratno membatasi area penyebaran hanya sekitar Jakarta saja. "Kebanyakan penyewa jasa ini adalah perusahaan ritel baru atau perusahaan jasa," lanjutnya.
Suratno bilang, selama dua tahun beroperasi dirinya tidak pernah mendapatkan order dari partai. Karena setiap partai sudah punya kader sendiri-sendiri yang dihasilkan. "Lagipula, laba dari partai biasanya sedikit," pungkasnya.
Tak hanya perusahaan yang tertarik masuk ke bisnis ini. Walaupun hasilnya kecil, usaha ini masih layak dijadikan usaha sampingan dengan jam kerja sangat rendah.
Misalkan saja pengalaman Iwan Suherman. Pemuda 24 tahun ini mengaku menjalani usaha sebar brosur sejak setahun yang lalu. Iwan masih sempat menyebarkan brosur ditengah aktifitasnya sebagai karyawan sebuah universitas swasta di Jakarta.
"Hanya dalam satu atau dua jam, saya dapat beberapa ratus ribu," ujarnya sumringah. Menurutnya, peluang pasar usaha ini masih luas. Tak heran jika banyak teman-teman Iwan menjadi broker jasa penyebaran brosur tersebut.
Dalam seminggu, Iwan bisa mendapat pesanan sebar brosur minimal 500 lembar. Satu lembar brosur dihargai Rp 250. Sementara untuk penyebaran brosur diatas seribu brosur, harganya jadi Rp 150 per lembar. "Beberapa perusahaan kursus menggunakan jasa saya karena murah, cepat dan tepat sasaran," ujarnya.
Terkadang, Iwan turun langsung untuk menyebarkan brosur. Bila tak sempat, Iwan harus menggunakan jasa orang lain. "Kalau pakai jasa orang lain, hasilnya kita bagi 50-50," ujarnya. (Aprillia Ika)

Sumber: Tabloid Kontan

Post a Comment

Post a Comment