photo by google |
إنّما بعثت لأتـمّÙ… مكارم الأخلاق (رواه البخارى).
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia” (Hadits telah diriwayatkan oleh Bukhari).28
Islam juga tidak memisahkan agama dengan negara dan materi dengan spiritual, seperti halnya yang dilakukan Eropa dengan konsep sekulerismenya. Islam juga berbeda dengan konsep kapitalisme yang memisahkan akhlak dengan ekonomi.
Kegiatan ekonomi sebenarnya adalah kegiatan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Dalam rangka melaksanakan kegiatan inilah diperlukan aturan-aturan main yang mestinya sarat dengan muatan moral agar tidak timbul kekacauan dan kesulitan. Sejalan dengan berkembangnya kegiatan ekonomi, berkembang pula ilmu ekonomi yang melahirkan sistem-sistem ekonomi. Sampai dengan Thomas Aquinos, kegiatan ekonomi masih diingatkan akan adanya bahaya bunga atau riba yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral.
Islam menempuh cara praktis dalam mendidik dan melatih ummatnya agar memelihara keseimbangan dalam sistemnya itu, dan berusaha mengendalikan naluri mementingkan diri sendiri serta menyelaraskan kebutuhan spiritual dan ekonomi melalui pendidikan moral. Penekanan tersebut dititik beratkan pada perbaikan moral dan pembinaan sikap moral yang benar dalam kehidupan bersama antar sesama ummat, sehingga kejahatan dan keserakahan dalam pikiran mereka bukan hanya dapat ditekan melainkan dapat disalurkan untuk mencapai tingkat keluhuran ruhani serta sukses dibidang materi. Disamping itu Islam juga mengendalikan hawa nafsu yang berlebihan dan ambisi-ambisi syaithoni yang terdapat dalam masyarakat. Dari kesemuanya itu Islam mengandalkan kepada pendidikan (Allah bagi) ummat-Nya dan pengendalian (sistem) eksternal yang dilakukan secara hati-hati sepanjang benar-benar diperlukan untuk memelihara sistem sosial Islam.
Dalam ekonomi Islam, kegiatan ekonomi itu, meskipun sifatnya material, akan tetapi juga ia bercorak spiritual. Asasnya dari corak ini ialah kesadaran dan taqwa kepada Allah SWT dan mengharapkan akan ridho-Nya. Sendinya, menurut Islam bahwa manusia itu tidak hanya sekedar berhubungan antara satu sama lainnya, tetapi juga ia berhubungan dengan Allah SWT. Apabila dalam sistem ekonomi yang positif hanya terfokus pada asas material, dan asas itu yang membentuk hubungan antara individu-individu, maka dalam ekonomi Islam tidak demikian, asasnya adalah ketaqwaan kepada Allah SWT, harapan akan mendapat ridho-Nya, dan menjalankan ajaran-ajaran-Nya. Hal yang demikian itulah yang membentuk hubungan diantara individu-individu.
Sebagai akibat dari keistimewaan sistem ekonomi Islam, yang bertumpu pada asas kesadaran akan Allah SWT dan pengawasan-Nya dalam kegiatan ekonomi, maka terdapat tiga hal utama yang hanya dimiliki oleh Islam.
Kesalahan dari sistem ekonomi, baik yang kapitalis maupun yang sosialis adalah karena memandang manusia hanya sebagai materi semata, hakekat alam terbatas karena materi, dan penghasilan material atau kecukupan materi itu merupakan seluruh kehidupan manusia. Karena itu, maka kekosongan jiwa dan keambrukanlah yang dialami oleh masyarakat-masyarakat yang menganut sistem-sistem ini.
Adapun ekonomi Islam, disamping adanya kecenderungan kepada materi, karena aktivitas ekonomi itu harus tertuju kepada materi, tetapi tidak terlepas kaitannya dengan spiritual dalam eksistensi manusia. Yang dilakukan Islam dalam hal ini ialah mengarahkan manusia dengan kegiatan ekonominya kepada Allah SWT untuk memperoleh ridho-Nya. Yang demikian itu menambah corak imani dan rohani, perasaan ridho dan bahagia kepada kegiatan tersebut.
Dari uraian di atas penulis berpendapat bahwa ekonomi Islam adalah tidak mengenal pemisahan antara yang material dan spiritual, juga tidak memisahkan antara yang duniawi dan ukhrawi. Segala aktivitas material (duniawi) yang dilakukan manusia itu dalam pandangan Islam adalah ibadah, selama aktivitas itu syah (diasyari’atkan) dan ditujukan kepada Allah SWT. Islam tidak membenarkan adanya pemisahan antara kebutuhan-kebutuhan tersebut, baik yang material maupun spiritual.
Yusuf Qardhawi mengemukakan bahwa para pakar ekonomi non muslim mengakui keunggulan sistem ekonomi Islam. Menurut mereka, Islam telah sukses menggabungkan etika dan ekonomi, sedangkan sistem kapitalis dan sosialis memisahkan keduanya. Yusuf Qardhawi juga mengutip pendapat Jack Austri, seorang Perancis, dalam bukunya Islam dan Pengembangan Ekonomi, mengatakan: “Islam adalah pertalian antara tatanan kehidupan praktis dan sumber etika yang mulia. Antara keduanya terdapat ikatan yang kuat yang tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang-orang muslim tidak akan menerima ekonomi kapitalis dan sosialis. Karena ekonomi yang kekuatannya berdasarkan wahyu itu tidak dapat diragukan lagi, adalah ekonomi yang berdasarkan etika.
Seperti dikutip Yusuf Qardhawi, Brooks juga mengkritik kebudayaan barat, karena memberikan hasil yang menyengsarakan masyarakat. Ia juga merasa cemas terhadap ekonomi dewasa ini yang dikuasai oleh kapitalisme di atas norma-norma yang hakiki. Islam tidak mengabaikan kenyataan ini dan siap mengantisipasi kebudayaan barat, khususnya di bidang ekonominya. Caranya yaitu dengan memasukkan nilai etika ke dalam ekonomi. Selanjutnya Qardhawi juga mengutip pendapat J. Perth, gabungan antara ekonomi dan etika itu bukanlah masalah di dalam Islam. Sejak permulaan Islam tidak mengenal antara keduanya. Prinsip sekularisme di Eropa tidak dikenal dalam sejarah Islam. Karena, keuniversalan syari’at Islam melarang berkembangnya ekonomi tanpa etika. Di dalam sejarah Islam, ditemukan perilaku bisnis yang bergandengan antara etika dan ekonomi, terutama sekali dikala Islam betul-betul dijadikan pedoman utama dalam kehidupan sehari-hari.
Dari uraian di atas penulis berpendapat bahwa sistem ekonomi Islam adalah menggabungkan antara etika dan ekonomi, sehingga akan menghasilkan dampak yang baik dalam kehidupan masyarakat dan mensejahterakannya. Sedangkan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis tidak demikian. Keduanya memisahkan antara etika dan ekonomi sehingga menghasilkan dampak yang negatif dan menjadikan kehidupan masyarakat menjadi fakir dan miskin, serba kekurangan. Itulah di antara sistem ekonomi Islam dan sistem kapitalis dan sosialis, di mana di antara orang-orang barat pun mengakui akan keunggulan sistem ekonomi Islam.
Post a Comment
Post a Comment