Diceritakan, Shila (Nadine Chandrawinata) dan Kirana (Ranggani Puspandya) bersahabat semenjak duduk di bangku kuliah. Mereka pergi ke Nepal untuk mewujudkan mimpi mendaki pegunungan Himalaya. Lewat India, mereka bertualang masuk ke perbatasan Nepal. Sepanjang perjalanan, mereka menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seputar hidup dan kematian, kedewasaan, cinta dan harapan.
Hingga akhirnya, keduanya menapaki Himalaya dan satu persatu pertentangan muncul. Shila mulai terganggu dengan Kirana yang semakin ambisius. Kirana pun merasa Shila mulai menyimpan
rahasia. Jawaban-jawaban lain dari pertanyaan kehidupan mereka selama ini mulai terjawab.
"Saya mempunyai impian sekitar satu dekade yang lalu. Saat itu, saya sangat gemar bertualang dan ingin pergi ke Himalaya yang dikenal oleh masyarakat Nepal dengan Sagarmatha, Kepala Langit. Dalam bayangan, Nepal bukan hanya indah, tapi juga bernuansa spiritual yang kental dan menggugah adrenalin bertualang. Tapi impian ke Nepal itu sempat terlupakan dengan berjalannya waktu. Pikiran ini akhirnya mengejewantah menjadi petualangan 2 sahabat, Shila dan Kirana yang mempunyai mimpi sejak remaja untuk ke Himalaya," ungkap Sutradara Emil Heradi di Layar Maya, Warung Ngopi Bjong Nologaten Yogyakarta, Minggu (1/12/2013).
Diungkapkan, film yang tayang dibioskop sejak 28 November 2013 ini menggambarkan bagaimana upaya mengejar mimpi setinggi-tingginya dan melawan tantangan yang berliku. Namun, saat impian itu mulai terlihat pucuknya, tersadar bahwa itu bukan impian yang inginkan sebenarnya.
"Film ini dibuat berdasarkan persahabatan dan diproduksi tahun 2010. Memakan waktu 3,5 tahun. Tantangan lebih pada beradaptasi dengan kondisi lingkungan saat syuting, karena tidak semua dikondisikan. Tidak ada masyarakat yang tahu kami membuat film. Selain itu, skrip yang selalu berubah dan ada improvisasi, tapi tetap pada patokan dalam penggalian cerita," ungkap Ranggani.
Fisik juga menjadi tantangan lain karena masing-masing kru dan pemain harus membawa alat sendiri. Nadine membawa tas seberat 29 kg dan 23 kg untuk Ranggani. "Fisik capek bangat. Selain itu, karena dana terbatas dan kurang teliti, ditengah perjalanan uang habis. Tidak mampu membayar makan dan hotel yang layak, sehingga tidur di stasiun Howrh," jelas Ranggani yang memulai karirnya sebagai model catwalk.
Ditambahkan, India tidak seperti yang terekam dalam film Bollywood. India miskin, terutama di Kolkata. Saat datang ke stasiun, suasananya padat dan tidak tertata. 'Ranjau' manusia dan hewan dimana-mana. Mau tidak mau tidur di statiun karena tidak mampu membayar hotel.
"Karena ini film yang dibuat berdasarkan persahabatan, semua ditanggung bersama. Hingga akhirnya selesai dengan segala keterbatasan. Beda ketika membayar orang sehingga bisa mem-'push'. Karenanya, membuat film berdasarkan persahabatan lebih sulit," tuturnya.
Trailer Sagarmatha
Diungkapkan Nadine, Sagarmatha merupakan hasil dari mimpi pemain dan kru yang terlibat. Awalnya juga tidak berpikir filim ini akan masuk bioskop. Namun, karena didukung teman dan beberapa donatur, sehingga bisa masuk bioskop. "Ini juga menjadi pembelajaran bagi sineas untuk berani unjuk karya. Karenanya, selain nonton film, juga harus lihat 'behind the scene' agar tahu kondisi sebenarnya. Bahwa ada perjuangan hidup di dalamnya," papar Nadine. (krjogja)
Post a Comment
Post a Comment