Ads (728x90)

Latest Post

Kesehatan

Tips


Setiap orang pasti pernah
bersedih
seperti kala diberi
cobaan atau
ujian oleh Allah Ta’ala.
Perlu
diketahui sedih asalnya
tidak bisa
menolak bahaya atau
mendatangkan manfaat,
artinya
yang disedihkan atau
diratapi
tidak bisa kembali.
Namun sedih
itu sendiri bisa terpuji
dan bisa
pula tercela. Kapan sedih
itu
berbuah pahala dan
sebaliknya?
Hal itu diterangkan oleh
Ibnu
Taimiyah berikut ini.

Abul ‘Abbas Ibnu
Taimiyah
rahimahullah berkata,
Sedih tidaklah
diperintahkan oleh
Allah dan Rasul-Nya.
Bahkan
kadang sedih itu
terlarang dalam
beberapa keadaan
tatkala
dikaitkan dengan hal
agama.

Seperti firman Allah
Ta’ala,
“Janganlah kamu
bersikap lemah,
dan janganlah (pula)
kamu
bersedih hati, padahal
kamulah
orang-orang yang paling
tinggi
(derajatnya), jika kamu
orang-
orang yang beriman” (QS.
Ali
Imron: 139).

Begitu pula firman Allah
Ta’ala.
“Dan janganlah kamu
bersedih hati
terhadap (kekafiran)
mereka dan
janganlah kamu
bersempit dada
terhadap apa yang
mereka tipu
dayakan” (QS. An Nahl:
127).

Allah Ta’ala juga
berfirman,
“Janganlah kamu berduka
cita,
sesungguhnya Allah
beserta
kita” (QS. At Taubah: 40).

Dalam ayat lain
disebutkan pula,
“Janganlah kamu sedih
oleh
perkataan mereka” (QS.
Yunus: 65).
Juga Allah Ta’ala
berfirman,
“(Kami jelaskan yang
demikian itu)
supaya kamu jangan
berduka cita
terhadap apa yang luput
dari
kamu, dan supaya kamu
jangan
terlalu gembira terhadap
apa yang
diberikan-Nya
kepadamu” (QS. Al
Hadid: 23).

Sedih tidaklah bisa
mendatangkan
manfaat, tidak pula
menolak
bahaya. Jadi, kadang
sedih itu
tidak bermanfaat.
Sesuatu yang
tidak bermanfaat tentu
tidak
diperintahkan oleh Allah.
Namun perlu
diperhatikan bahwa
orang yang sedih tidaklah
dikenai
dosa jika tidak dikaitkan
dengan
sesuatu yang haram.
Seperti yang
terdapat pada orang
yang tertimpa
musibah sebagaimana
disebutkan
dalam sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi
wa sallam,

“Sungguh Allah tidaklah
menghukum seseorang
karena
tetesan air mata dan
kesedihan
hati. Akan tetapi, Allah
hanyalah
menyiksa atau mengasihi
hamba
karena sebab (sabar atau
keluhan)
lisan ini (sambil beliau
berisyarat
dengan lisannya)”.

Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam
bersabda,
“Tetesan air mata dan
sedihnya
hati, dan tidaklah
kukatakan selain
yang Allah ridhoi”

Dalam firman Allah Ta’ala
disebutkan (mengenai
kesedihan
Ya’qub),
“Dan Ya'qub berpaling
dari mereka
(anak-anaknya) seraya
berkata:
"Aduhai duka citaku
terhadap
Yusuf", dan kedua
matanya
menjadi putih karena
kesedihan
dan dia adalah seorang
yang
menahan amarahnya
(terhadap
anak-anaknya)” (QS.
Yusuf: 84).

Ada sedih yang berbuah
pahala
dan terpuji. Dari sisi lain
yang
dinilai berpahala, bukan
dari sedih
itu sendiri. Misalnya
adalah sedih
karena musibah menimpa
agamanya dan sedih
karena
musibah yang menimpa
banyak
kaum muslimin. Sedih
seperti ini
bernilai pahala dari sisi
hati yang
cenderung pada kebaikan
dan
membenci kejelekan.
Akan tetapi
jika sedih tersebut
sampai
meninggalkan hal yang
diperintahkan yaitu tidak
sabar,
meninggalkan jihad, tidak
meraih
manfaat atau malah
mendatangkan mudhorot
(bahaya), maka sedih
semacam ini
jadi terlarang. Dan sedih
seperti itu
bisa jadi sesuai dengan
dosa yang
hilang karena
kesedihannya.
Adapun jika sedih
mengantarkan
pada lemahnya iman dan
lalai dari
perintah Allah dan Rasul-
Nya, maka
sedih kala itu menjadi
tercela dari
sisi ini. Namun barangkali
terpuji
dari sisi yang lain
(Majmu’ Al
Fatawa, 10: 16-17).

Intinya, sedih ada yang
bernilai
dosa jika sampai
dilampiaskan
dalam melakukan yang
haram. Dan
ada sedih yang berbuah
pahala
jika sabar dalam musibah.
Dan
tidak selamanya orang
yang sedih
dengan meneteskan air
mata
menjadi tercela. Selama
lisan tidak
banyak menggerutu dan
mengeluh
terhadap takdir, artinya
bersabar,
maka bisa berbuah
pahala.

Ya Allah, berilah
kesabaran pada
kami dalam menghadapi
setiap
ujian dan cobaan. Ya
Allah, gantilah
setiap kesedihan kami
dengan
kebahagiaan dan
pahala....

Source: www.facebook.com/photo.php?fbid=387384297968842&id=272877592752847&set=a.296846727022600.74900.272877592752847&refid=8&_ft_=qid.5734564018279058219%3Amf_story_key.-7486260011661489286

Post a Comment