Taubat adalah kembali dari perbuatan maksiat menuju ketaatan kepada Allah SWT. Dalam pandangan Islam taubat bukanlah perkara yang susah dan menyulitkan, sehingga membutuhkan biaya yang tinggi atau tenaga yang besar. Sebaliknya, taubat merupakan perkara yang sangat mudah, ia senantiasa terbuka setiap saat bagi siapa saja yang ingin bertaubat dari kesalahan yang telah diperbuat. (Baca artikel berjudul Keindahan di balik Taubat dalam Majalah Keluarga Muslim Al-Mawaddah edisi ke 8 tahun ke-1)
Hal-hal berikut ini akan lahir dari kedurhakaan dan kelalaian untuk berdzikir kepada Allah, seperti tanaman yang ditumbuhkan karena air dan kebakaran yang berasal dari api : hidayah menipis, cara pandang tidak benar, kebenaran tertutup, hati rusak, dzikir melemah, waktu terbuang sia-sia, hati jauh dari Allah, hubungan antara hamba dengan Rabb-nya tidak akrab, doa tak didengar, hati mengeras, berkah pada rejeki dan usia dihapuskan, kesulitan mendapatkan ilmu, adanya kehinaan, penghinaan oleh musuh, dada menjadi sesak, ujian dengan teman-teman yang bermoral bejat, merusak hati, kegundahan yang tak pernah berhenti, kehidupan yang sengsara, dan perasaan yang perih. Sedangkan hal-hal yang merupakan kebalikan dari semua itu terlahir dari ketaatan. Sedangkan dampak dari istighfar dalam mengusir keresahan, kegundahan, dan kesempitan telah sama-sama diketahui oleh para ahli agama dan orang-orang pandai dalam setiap umat. Kedurhakaan dan kerusakan akan menyebabkan keresahan, kegundahan, rasa takut, rasa sedih, kesesakan di dalam dada, serta berbagai penyakit hati yang lain. Setelah melakukan kedurhakaan dan jiwa mereka sudah bosan dengan kedurhakaan itu, maka mereka akan kembali melakukan perbuatan dosa sebagai pelampiasan untuk menghilangkan kesempitan, keresahan, dan kegundahan yang ada di dalam dada mereka. Menghapuskan pikiran di dalam jiwa dengan melakukan kedurhakaan yang telah menyebabkan beban pikiran sebelumnya adalah dampak yang ditimbulkan dari dosa-dosa dan maksiat yang ada di dalam hati. Karenanya, cara yang paling ampuh untuk mengurangi beban pikiran itu hanyalah taubat dan istighfar.
Dr. Bahar Azwar, SpB Onk. Menulis dalam bukunya yang berjudul ‘Manfaat Puasa Menurut Ilmu Kesehatan’ : Bila Anda akan bercinta di luar nikah untuk pertama kali, rasa berdosanya sungguh besar. Kedua kali dan berikutnya akan menjadi kebiasaan. Haram menjadi biasa tidak aneh pada error atau salah fungsi otak.
Informasi dari Al-Qur’an singkat dan jelas serta ilmiah seperti fungsi logis (if – then) yang sekarang menjadi dasar komputer. Misalnya, firman-NYA dalam QS 022 : 05 : if (kalau) diturunkan air di atas bumi, then (maka) suburlah ia. Bandingkanlah dengan perintah-NYA pada masa lalu. Sepuluh perintah-NYA kepada Musa as., lugas seperti Thou shalt not commit adultery (kamu tidak boleh berzina). Dalam konteks itu, amsal 5 : 15menyatakan, “Minumlah air dari kulahmu sendiri”. Bandingkanlah dengan alasan-NYA dalam Al-Qur’an, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.” (QS 017 :032).
Sekarang diketahui bahwa selain kanker, zina membawa dan menularkan penyakit kelamin, baik sipilis maupun AID. Dengan demikian, error di otak dapat diterangkan. Menjelang melakukan pertama kali sudah ada ancaman dosa karena if – then masih berfungsi. If (kalau) mendekati zina, then (maka) Anda terancam mendapat dan menularkan berbagai penyakit. Kebohongan syaitan dengan alasan kemanusiaan, kasihan ditinggalkan suami, berlaku seperti virus merusak file yang sudah ada. Selanjutnya, ia akan merajalela dan data informasi dari Al-Qur’an dan Hadis yang tersimpan tidak terbaca.
“Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman..” (QS 017 : 082). Dalam keadaan demikian, tentulah Al-Qur’an tidak bisa menjadi obat. Dan bantuan- NYA tidak mungkin dapat diharapkan. “Apabila tiba bulan Ramadan dibukalah pintu-pintu surga, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, serta syaitan-syaitan dibelenggu “ (Abu Hurairah ra). Sekarang mudah dimengerti betapa pentingnya mengukuhkan niat. Namun niat belum tentu menjamin amal yang baik karena walaupun syaitansyaitan sudah dibelenggu, namun error di otak mungkin sudah terjadi.
“Dan Dia-lah yang menerima taubat dari hamba-hamba-NYA, dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS 042:025) “Demi keagungan dan kebesaran-KU, Aku pun tidak akan berhenti mengampuni mereka selagi mereka meminta ampun kepada-KU. (HR. Ahmad). Niat menjamin amal yang baik bila otak, seperti layaknya komputer yang kemasukan virus, di-set up ulang atau kalau perlu diformat kembali. Mengukuhkan niat adalah menggunakan fasilitas taubat.
Ibnu Al-Qayyim, menulis dalam Metode Pengobatan Nabi SAW : “Taubat dapat menguras segala bentuk materi dan unsur berbahaya yang menjadi penyebab penyakit, lalu memberikan prevensi terhadap penyakit lain. Pintu kebahagiaan dan kebaikan akan dibuka untuk seorang hamba dengan tauhid, dan pintu kejahatan akan ditutup melalui taubat dan istighfar. Kalangan ahli medis klasik sering mengatakan, “siapapun yang ingin bertubuh sehat, hendaknya makan dan minum sedikit saja. Siapa saja yang ingin berhati sehat, hendaknya ia meninggalkan dosa-dosa”. Tsabit bin Qurrah menAndaskan, “Tubuh akan merasa nyaman dengan sedikit makanan. Jiwa akan tentram dengan sedikit berbuat dosa. Sementara lidah akan merasa enak bila sedikit bicara”. Dosa itu ibarat racun bagi hati, kalaupun tidak sampai membunuhnya, paling tidak melemahkannya, dan itu pasti. Kalau stamina hati sudah lemah, ia tidak akan mampu menolak penyakit”
Post a Comment
Post a Comment