Ads (728x90)

Latest Post

Kesehatan

Tips

Artikel Pemahaman Logika Dasar - Silahkan di simak baik-baik dan kembangkan sendiri, karena ini sifatnya hanya pengenalan/ pemahaman dasar dari ilmu logika yang saya dapatkan dari dosen kampus.

A. KATA SEBAGAI PREDIKAT 

Kata atau susunan kata yang berfungsi sebagai subyek atau perdikat di sebut term. Sebagai perdikat term dapat di bedakan menjadi:

  1. Genus (jenis, jins) 
  2. Differentia (sufat pembeda, fasl) 
  3. Spesia (kelas, nau”) 
  4. Propria (sifat khusus) 
  5. Accidentia (sifat umum, al-arad) 

Kelima term universal tersebut dalam bahasa arab di sebut kulliyyah al-khamsah, merupakan pembahasan kata yang sangat berguna bagi pembuatan definisi.

Jenis (genus, jins) adalah term yang mempuyai bawahan banyak dan berbeda-beda, tetapi kesemuanya mempunyai sifat sama yang mengikat keseluruhan bawahan yang berbeda-beda itu. Dengan kata lain jenis adalah term yang menyatakan hakikat suatu barang tetapi sebagian saja, belum melukiskan hakikatnya yang sempurna. Term binatang belum memberikan pengertian secara sempurna tentang suatu kata, seperti manusia adalah binatang; ia telah menyebut hakikat manusia tetapi belum seluruhnya.

Ahli logika kuno membagi kenyataan material menjadi tiga jenis yaitu jenis tinggi, jenis menengah dan jenis rendah.

Jenis tinggi di sebut juga jenis jauh atau jenis dari semua jenis; dikatakan demikian karena tidak ada lagi jenis di atasnya atau yang lebih umum, tetapi mempunyai jenis bawahan yang lebih khusus.

Jenis rendah atau jenis dekat adalah jenis yang di atasnya ada jenis-jenis tetapi tidak mempunyai bawahan jenis.

Untuk memudahkan pemahaman penggolongan jenis kita tulis sebagai berikut; [1]

  • Jenis tinggi : Subtansi 
  • Perbedaan jenis : benda berbentuk dan benda tidak berbentuk 
  • Jenis antara : benda berbentuk 
  • Perbedaan jenis : benda berbentuk yang hidup dan benda berbentuk tidak hidup 
  • Jenis antara : benda berbentuk yang hidup 
  • Perbedaan jenis : benda hidup yang mempunyai indera sedangkan benda tidak hidup tidak mempunyai indera 
  • Jenis rendah : Hewan 
  • Perbedaan jenis : Hewan berakal dan tidak berakal 
  • Bangsa : Manusia 

Selanjutnya kita bicarakan spesia. Spesia (kelas, nau’) adalah term yang menunjukkan hakikat yang berlainan tetapi sama-sama terikat dalam satu jenis.

Defferentia (sifat pembeda al-fals), adalah term yang membedakan satu hakikat dengan yang lain yang sama-sama terikat dalam satu jenis. Yang membedakan manusia dari barang lain yang tercakup dalam binatang (kuda,lembu,kerbau) adalah sifat berpikir. Sifat berpikir pada manusia inilah yang di sebut differentia.

Segitiga adalah spesia. Jenisnya adalah bidang datar. Yang membedakan segitiga dari bentuk dari bidang datar lainnya adalah (segi empat, segi lima, segi enam) adalah kenyataan di batasi bidang datar itu oleh tiga garis. Sifat di batasi tiga garis ini merupakan sifat pembeda.

Propria (sifat khusus, al-khassah) adalah term yang menyatakan sifat hakikat dari suatu spesia sebagai akibat dari sifat pembeda yang di milikinya. sifat pembeda yang di miliki manusia adalah berpikir.

Accidentia (sifat umum, al-arrad) adalah term yang menunjukkan sifat yang tidak harus di miliki oleh satu spesia seperti: gemuk, kurus, pandai, ceroboh.


B. KONOTASI DAN DENOTASI SERTA BATAS-BATASNYA

1. Batas Konotasi

Telah di sebut di muka bahwa pembahasan kata dalam logika bertujuan mencari pengertian agar di dapat penggunaan secara cermat. Ini artinya agar setiap kata mempunyai pengertian yang tertentu serta merangkum semua sifat yang menjadi denotasinya, tidak lebih dan tidak kurang, sehingga degan jelas membedakan pengertian yang satu dengan yang lainya.

Dalam logika ada sebuah batasan yang sangat terkenal tentang manusia yakni “binatang yang berpikir”. Mengapa pengertia manusia begitu sederhana?

Seperti kita ketahui, sifat-sifat yang di miliki oleh suatu subyek, inilah yang membentuk pengertian subyek itu. Apakah pengertian suatu subyek harus menyebut semua sifat yang di miliki, jenis, differentia, propria dan accidentia? Tidak. Pengertian suatu subyek cukup dengan menyebut sekedar sifat yang menunjukkan pengertianya. Dengan sifat pembeda kita dapat membedakan, subyek tersebut dengan subyek lain yang terikat dengan golongan itu. Maka pengertian manusia cukup dengan binatang yang berpikir; karena inilah sifat yang terpenting.[2]

2. Batas denotasi

Kesulitan kita dalam membicarakan batas denotasi adalah yang menjadi kesatuanya: jenis, spesia, keadaan khusus atau individunya? Logika menetapkan, batas konotasi adalah spesia yakni jenis ynag telah di hadirkan sifat pembedanya. karena keduanya menggunakan spesia sebagai batas, maka antara konotasi dan denotasi terjadi perbandingan terbalik, yakni; semakin bertambah pengertian yang membentuk konotasi, semakin kuranglah kesatuan yang dicakup denotasi dan sebaiknya, semakin kurang pengertian yang membentuk konotasi, semakin luaslah kesatuan yang di cakup denotasi.

Dalam kata “kendaraan” tercakup olehnya semua macam dan jenis kendaraan, baik laut, darat maupun udara. Jika konotasi kita tambah “kendaraan darat” maka kendaraan laut dan udara tidak tercakup lagi. Denotasi kendaraan akan lebih sempit lagi jika konotasinya menjadi “kendaraan darat beroda dua” demikian selanjutnya, semakin bertambah luas pengertianya semakin sempitlah denotasinya.[3]

Akan lebih jelas perbandingan itu pada susunan berikut:

  • Manusia 
  • Manusia berkulit kuning 
  • Manusia berkulit kuning bangsa Indonesia 
  • Manusia berkulit kuning bangsa Indonesia mahasiswa 
  • Manusia berkulit kuning bangsa Indonesia mahasiswa belum kawin 

Di atas terlihat, tiap baris mengandung denotasi baris berikutnya, pengertian pada tiap baris bertambah menyempitlah denotasinya. Sebaliknya, setiap baris mengandung konotasi baris sebelumnya. Maka ternyata jenis lebih luas daripada spesianya dari jurusan denotasi dan spesia lebih luas daripada jenisnya dari jurusan konotasi. Inilah sebabnya antara konotasi dan denotasi ada perbandingan terbalik.

Perbadingan itu terjadi apabila;
  • Konotasi daripada term tersebut jelas dan bukan term tunggal. Term Himalaya tidak akan melahirkan perbandingan terbalik meskipun konotasinya menjadi; Himalaya yang tinggi dan bersalju.” 
  • Tambahan haruslah bukan sifat kekhususan perubahan dari manusia menjadi manusia mengembangkan kebudayaan tidak mngakibatkan perubahan perbandingan. 
  • Hukun perbandingan terbalik antara konotasi dan denotasi harus hanya di gantungkan atas konotasi:”bila denotasi bertambah maka konotasi berkurang dan bila denotasi berkurang maka konotasi bertambah.” Adalah tidak benar bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk tidak mengubah konotasi term ‘manusia’. Perbandingan itu hanya terjadi pada term universal yang dapat di bagi secara menurun (dapat di bagi menjadi division dan subdivision)[4]
---
[1] Di kutip dari Raymond j.mcCall, basic logic, new York barnes and noble, 1996, hlm. 8.
[2] Tentang konotasi dan denotasi bisa dilihat umpamanya pada nancy shingle Messner, op.cit., 24-5 (tentang konotasi) dan hlm. 25-6 (tentang denotasi).
[3] Wadjiz Anwar, op-cit, hlm.33.
[4] Ibid, hlm. 32.

Post a Comment