Ads (728x90)

Latest Post

Kesehatan

Tips



Setelah faham amburadulnya si
Valentine, sbg Muslim kita
harus berkaca pd identitas kita
dan syariat kita.

1. Ingat agama ini melarang kita
LATAH,
“Dan janganlah kamu mengikuti
apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya
itu akan diminta pertanggungan
jawabnya” (Qs. Al isra’ 36).

2. Kita dilarang mengikuti orang
kafir karena bisa jadi kafir juga,

“Hai orang2 yg beriman,
jika kamu mengikuti sebahagian
dari orang2 yang diberi Al
Kitab, niscaya mereka akan
mengembalikan kamu menjadi
orang kafir sesudah kamu
beriman” (Qs. Ali ‘Imran 100).



“Hai orang2 yg beriman,
jika kamu mentaati orang2
yang kafir itu, niscaya mereka
mengembalikan kamu ke
belakang (kepada kekafiran), lalu
jadilah kamu orang2 yg
rugi” (Qs. Ali ‘Imran 149).

Ibnu Jarir At Thabari “ Dengan
hal itu orang-orang beriman
dilarang menaati pendapat orang
kafir dan menerima nasihat dari
ajaran agama mereka (Tafsir Ath-
Thabari IV/123)

Keinginan untuk ikut-ikutan
memang ada dalam diri manusia,
akan tetapi hal tersebut menjadi
tercela dalam Islam apabila orang
yang diikuti berbeda dengan kita
dari sisi keyakinan dan
pemikirannya. Apalagi bila
mengikuti dalam perkara akidah,
ibadah, syiar dan kebiasaan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani
menjadi pemimpin-pemimpin(mu);
sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang
lain. Barangsiapa diantara kamu
mengambil mereka menjadi
pemimpin, Maka Sesungguhnya
orang itu Termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim” (Qs. Al-
Maidah 51).



“Kamu tak akan mendapati kaum
yang beriman pada Allah dan hari
akhirat, saling berkasih-sayang
dengan orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya,
Sekalipun orang-orang itu bapak-
bapak, atau anak-anak atau
saudara-saudara ataupun
keluarga mereka. meraka Itulah
orang-orang yang telah
menanamkan keimanan dalam
hati mereka dan menguatkan
mereka dengan pertolongan yang
datang daripada-Nya. dan
dimasukan-Nya mereka ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Allah ridha terhadap
mereka, dan merekapun merasa
puas terhadap (limpahan
rahmat)-Nya. mereka Itulah
golongan Allah. ketahuilah,
bahwa Sesungguhnya hizbullah
itu adalah golongan yang
beruntung” (QS. Al mujadilah 22)

“Perempuan yang berzina dan
laki-laki yang berzina, Maka
deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus dali dera, dan
janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk
(menjalankan) agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah, dan
hari akhirat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan
orang-orang yang beriman” (Qs.
An-Nur 2).

Di antara dampak buruk
menyerupai mereka adalah:

1. Ikut mempopulerkan ritual-
ritual mereka sehingga
terhapuslah As-Sunnah (tuntunan
Allah dan Rasul-Nya).

2. Tidak ada suatu bid’ah pun
yang dihidupkan kecuali saat itu
ada suatu sunnah yang
ditinggalkan.

3. Dampak buruk lainnya, bahwa
dengan mengikuti mereka berarti
memperbanyak jumlah mereka,
mendukung dan mengikuti agama
mereka, padahal seorang muslim
dalam setiap rekaat shalatnya
membaca.
“Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang
telah Engkau anugerahkan
nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang
sesat” (Qs Al-Fatihah 6-7).

Masih maukah kita ikuti ibadah
mereka???


Bagaimana bisa kita memohon
kepada Allah agar ditunjukkan
kepadanya jalan orang-orang
yang mukmin dan dijauhkan
darinya jalan golongan mereka
yang sesat dan dimurkai, namun
kita sendiri malah menempuh
jalan sesat itu dengan sukarela.
Bila dalam merayakannya
bermaksud untuk mengenang
kembali Valentine maka tidak
disangsikan lagi bahwa ia telah
kafir, adapun bila ia tidak
bermaksud demikian maka ia
telah melakukan suatu
kemungkaran yang besar.

Padahal Rasul Shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah melarang untuk
mengikuti tata cara peribadatan
selain Islam: “Barang siapa meniru
suatu kaum, maka ia termasuk
dari kaum tersebut” (HR. At-
Tirmidzi).

“Demi Dzat yang jiwaku di
tangan-Nya, sungguh kalian akan
mengikuti kebiasaan orang-orang
yang ada sebelum kalian” (HR.
At-Tirmidzi, ia berkata, hasan
shahih).

Ibnul Qayyim berkata, “Memberi
selamat atas acara ritual orang
kafir yang khusus bagi mereka,
telah disepakati bahwa perbuatan
tersebut haram. Semisal memberi
selamat atas hari raya dan puasa
mereka, dengan mengucapkan,
“Selamat hari raya!” dan
semisalnya. Bagi yang
mengucapkannya, kalau pun
tidak sampai pada kekafiran,
paling tidak itu merupakan
perbuatan haram. Berarti ia telah
memberi selamat atas perbuatan
mereka yang menyekutukan
Allah. Bahkan perbuatan tersebut
lebih besar dosanya di sisi Allah
dan lebih dimurkai dari pada
memberi selamat atas perbuatan
minum khamar atau membunuh.

Banyak orang yang kurang
mengerti agama terjerumus
dalam suatu perbuatan tanpa
menyadari buruknya perbuatan
tersebut. Seperti orang yang
memberi selamat kepada orang
lain atas perbuatan maksiat,
bid’ah atau kekufuran maka ia
telah menyiapkan diri untuk
mendapatkan kemarahan dan
kemurkaan Allah.”

Antara latah atau gak paham
sunnah?
Abdullah bin Amr bin Ash
berkata, “Siapa yang mengikuti
negara-negara ‘ajam dan
melakukan perayaan Nairuz dan
Mihrajan serta menyerupai
mereka sampai ia meninggal dan
dia tidak bertaubat maka dia
akan dikumpulkan bersama
mereka pada hari kiamat.”
Hadits yang cukup jelas, terang,
tegas dan sekaligus bantahan
terhadap orang yang gak ‘ngaca’
dulu sebelum beramal alias
‘latah’
Abu Waqid Radhiyallahu ‘anhu
meriwayatkan: Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat
keluar menuju perang Khaibar,
beliau melewati sebuah pohon
milik orang-orang musyrik, yang
disebut dengan Dzaatu Anwaath,
biasanya mereka
menggantungkan senjata-senjata
mereka di pohon tersebut. Para
sahabat Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, “Wahai
Rasulullah, buatkan untuk kami
Dzaatu Anwaath, sebagaimana
mereka mempunyai Dzaatu
Anwaath.” Maka Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “ Maha Suci Allah, ini
seperti yang diucapkan kaum
Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami
tuhan sebagaimana mereka
mempunyai tuhan-tuhan.’
Adalah wajib bagi setiap orang
yang mengucapkan dua kalimat
syahadat untuk melaksanakan
wala’ dan bara’ ( loyalitas kepada
muslimin dan berlepas diri dari
golongan kafir) yang merupakan
dasar akidah yang dipegang oleh
para nabi dan orang-orang
terdahulu. Yaitu mencintai orang-
orang mukmin dan membenci
orang-orang kafir serta
menyelisihi mereka dalam ibadah
dan perilaku. Serta mengetahui
bahwa sikap seperti ini di
dalamnya terdapat kemaslahatan
yang tidak terhingga, sebaliknya
gaya hidup yang menyerupai
orang kafir justru mengandung
kerusakan yang lebih banyak.

Lain dari itu, mengekornya kaum
muslimin terhadap gaya hidup
mereka akan membuat mereka
senang, lagi pula, menyerupai
kaum kafir dapat melahirkan
kecintaan dan keterikatan hati.

Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin

Post a Comment