Ads (728x90)

Latest Post

Kesehatan

Tips



Anda pernah ke Terunyan? Kampung ini menawarkan wisata unik sekaligus menyeramkan, di mana orang yang meninggal di desa itu tidak dikuburkan atau diaben (dibakar) seperti kebanyakan masyarakat Hindu Bali, melainkan ditaruh di bawah pohon besar.
Untuk menjangkau Desa Terunyan yang terletak di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali, ini, kita bisa menempuhnya melalui jalur darat. Tapi jalur yang dilalui memacu adrenalin kita. Jalan hanya selebar mobil kita, di samping kanan tebing Gunung Batur, di bagian kiri jalan jurang Danau Batur. Sudah pasti jalan berkelok tajam dan turun naik dengan ketinggian yang curam. Anda harus berhati-hati dan perhatikan kondisi mobil.
Tetapi, untuk menjangkau kuburan Desa Terunyan, Anda harus menggunakan transportasi danau. Jika dari dermaga di depan Desa Terunyan, kita bisa menempuhnya selama 15 menit. Biayanya, jika kita menggunakan kapal boat sebesar Rp480 ribu dan perahu dayung Rp360 ribu. Tapi jika dari Desa Terunyan, jarak tempuh hanya membutuhkan waktu 7 menit untuk sampai di kuburan. Biayanya Rp380 ribu untuk Kapal Boat dan Rp260 ribu untuk perahu dayung.
Kepala Desa Terunyan, Ketut Sutapa (42) menjelaskan, mayat di pekuburan Desa Terunyan mayatnya tidak dikubur, tetapi tidak bau. Di sana, mayat ditaruh di atas gundukan tanah dengan panjang sesuai ukuran tubuh yang meninggal. “Di sisinya dibuatkan selokan atau lobang supaya mayat tidak tergerus oleh air,” kata Sutapa di sela peresmian desa terang hemat energi yang digelar Philips, Minggu 9 Desember 2012.
Sutapa menjelaskan, ada tiga jenis mayat yang disemayamkan di sana; orang yang dianggap suci, meninggal karena sakit dan sudah berkeluarga. Kendati begitu, anak-anak juga dibuatkan pekuburan khusus.
Sementara itu, kini warga Desa Terunyan sedikit berbahagia. Pasalnya, kini desa mereka yang diapit pegunungan dan melingkari danau kini semakin terang dengan penetrasi lampu Philips ke desa tersebut. “Ada ratusan lampu yang dipasang Philips di sepanjang jalan Desa Terunyan. Sebelumnya tidak ada penerangan di jalan itu,” kata Sutapa.
Marketing Manajer Philips Indonesia, Andika menjelaskan, hal itu dilakukan perusahaannya sebagai wujud tindakan sosial Philips. “Ini bentuk kepedulian sosial kami melalui program CSR. Desa Terunyan adalah desa kedua di Bali setelah satu desa di Karangasem,” kata Andika.
Meski jadi destinasi wisata unik, ekonomi Desa Terunyan sangat rendah. “Oleh karena itu kami berharap terjadi penghematan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Terunyan hingga 80 persen. Kami akan mengukurnya tiap 3 bulan sekali melalui tagihan listrik sebelum dan sesudah pemakaian lampu Philips,” kata Andika.
* Sumber VIVAnews.com

Post a Comment