Kerajinan rotan telah memiliki pasar ekspor yang cukup besar, dan akan terus memiliki peluang pasar yang besar di luar negeri hal ini disebabkan :
Analisa kerugian dan dampak negatif dari kebijakan Ekspor Bahan Baku Rotan (bahan mentah)
- Indonesia adalah salah satu negara penghasil rotan terbesar. Karena Indonesia memiliki hutan yang luas, dan rotan hanya akan tumbuh di wilayah yang masih banyak hutannya.
- Proses pembuatan produk kerajinan rotan, furniture maupun accessories, yang kebanyakan berbentuk anyaman, mengandalkan kerajinan tangan dan hanya sedikit alat atau mesin yang digunakan. Dimana orang-orang Indonesia sudah memiliki keahliannya sejak jaman dahulu, dan terus berkembang hingga sekarang.
- Tenaga kerja di Indonesia relatif lebih murah dibandingkan dengan negara-negara maju, sehingga membuat harga produk menjadi lebih kompetitif. Hanya negara-negara berkembang dan memiliki bahan baku rotan yang akan selalu menjadi kompetitor Indonesia seperti Vietnam, Myanmar, Thailand dan Philipina.
Analisa kerugian dan dampak negatif dari kebijakan Ekspor Bahan Baku Rotan (bahan mentah)
- Tidak ada nilai tambah untuk ekspor rotan mentah, sebagaimana apabila rotan telah diolah menjadi produk seperti furniture dan aneka kerajinan lainnya. Yang tentunya akan memiliki nilai ekspor yang jauh lebih tinggi.
- Tidak ada tenaga kerja yang bisa diserap, yaitu tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membuat kerajinan rotan. Karena proses pembuatan kerajinan rotan mengandalkan tangan manusia dan bukan mesin.
- Mematikan atau melemahkan usaha pengrajin/produsen kerajinan rotan, karena akan kekurangan stok bahan baku rotan. Seperti yang pernah terjadi ketika rotan mentah diijinkan untuk ekspor, banyak pengrajin rotan yang ikut mati usahanya, karena kelangkaan bahan baku rotan.
- Semakin melemahkan daya saing pengrajin/produsen/eksporter produk dari rotan Indonesia terhadap kompetitor dari Negara lain seperti China, Vietnam dan Malaysia. Hal ini disebabkan negara-negara kompetitor memiliki infrasruktur dan sarana untuk produksi dan perdagangan ekspor yang lebih maju serta dukungan kebijakan dari pemerintahnya, yang membuat produk bisa menjadi lebih murah di pasar internasional. Sementara pengrajin/produsen kita dibiarkan bersaing sendirian dengan sarana infrastruktur yang minim dan berbagai kebijakan pemerintah yang menyebabkan ekonomi berbiaya tinggi.
- Ekspor rotan mentah ternyata juga tidak akan menaikkan harga rotan mentah di tingkat petani rotan, dan hanya akan menguntungkan para tengkulak (pengepul rotan mentah dari petani rotan). Karena tidak ada regulasi dari pemerintah tentang pengadaan barang dan harga rotan, serta petani tidak memiliki posisi tawar yang cukup baik untuk menaikkan harga rotan mentah terhadap tengkulak.
- Melihat bahan baku rotan sebagai sebuah asset yang memiliki nilai strategis untuk menguasai pasar kerajinan rotan di dunia. Sehingga menjualnya ke luar negeri sebagai produk jadi merupakan sebuah kebenarann. Dan menjualnya dalam keadaan bahan mentah adalah sebuah kesalahan dalam konteks manfaat yang sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.
- Melihat rotan sebagai asset yang mempunyai nilai tambah dan sumber daya alam yang bisa membuka lapangan pekerjaan dan menarik investasi. Menarik investasi untuk pengembangan ekspor produk jadi rotan, bukan untuk ekspor rotan mentah.
- Memperbaiki infrastruktur maupun sarana yang berkaitan dengan pengembangan produksi dan ekspor kerajinan rotan. Salah satu hal yang mendesak adalah membuat pergudangan untuk stok rotan yang dibeli dari petani rotan, sehingga akan berdampak pada :
- Rotan tidak menumpuk pada petani
- Menghilangkan penyelundupan rotan mentah ke luar negeri
- Petani rotan di untungkan dengan harga dari pemerintah, dan bukan dari tengkulak.
- Pengrajin/produsen rotan mudah mendapatkan bahan baku rotan. - Mengatasi ekspor illegal atau penyelundupan rotan mentah ke luar negeri, yang jelas-jelas merugikan bangsa dan rakyat Indonesia.
- Membantu penelitian dan pengembangan bahan baku rotan agar tetap lestari dan berkelanjutan.
Post a Comment