Di sunting dari milis tetangga:
Apa pendapatmu tentang perkawinan nak? Mungkin kau berpikir bahwa kau harus menikah karena semua temanmu sudah menikah. Tapi apa sebenarnya perkawinan itu? Perkawinan hendaknya kau pandang sebagai suatu komitmen yang sungguh-sungguh. Si A menikah, si B pun menikah dan si C juga menikah. Tapi mengapa pernikahan itu terkesan berbeda, padahal mereka sama-sama menikah. Inilah jawabannya nak. Pada hakekatnya walaupun perkawinan itu sama, akan tetapi tidak memiliki keberhasilan yang sama, hal ini tak lain disebabkan oleh tujuan, definisi dan pemahaman dari seseorang untuk menikah.
Anak, Ada orang yang menikah dengan alasan ekonomi, maka tujuan dari perkawinan tersebut adalah atas dasar ekonomi. Maka kau bisa melihat orang yang ekononomic oriented ini, selama sang suami atau pasangannya masih bisa memenuhi seluruh kebutuhan ekonominya, maka perkawinan itu akan berjalan lancar. Tapi kalau tidak seperti yang diharapkan maka akan berlaku pepatah, “ada uang abang jadi yayang, kalau tak ada uang selamat tinggal ya, sayang.”
Ada juga orang yang menikah karena takut tidak menikah, akhirnya tanpa pandang bulu dia akan menerima siapa saja laki-laki yang pertama kali datang melamarnya, akhir dari perkawinan ini biasanya berakhir dalam kekecewaan yang berkepanjangan, karena banyak hal-hal yang tidak terduga terdapat dalam sebuah perkawinan. Perkawinan itu ibarat belantara yang belum pernah dimasuki nak, kau harus mengenal karakter dan watak dari calon pasanganmu tersebut sebelum kau memulai hidup dengannya. Bagaimana kau bisa mengetahui baik atau jelek watak seseorang, sementara kau tidak mengetahui apapun tentang dia yang datang melamarmu, bagaimana sikapnya terhadap keluarganya, siapa yang merekomendasikannya dan lainnya yang memberikan gambaran jelas tentang calon pasanganmu tersebut.
Dan jangan sekali-kali kau menikahi seseorang karena kasihan, nak. Karena pernikahan yang didasarkan atas dasar kasihan tak akan bertahan lama. Kau akan menyimpan perasaan tak puas, karena sebenarnya apa yang kau harapkan pada pasanganmu tersebut tak kau dapat kan, bahkan amat bertentangan dengan apa yang dulu kau idam-idamkan. Maka perkawinan ini akan rapuh dan sangat rapuh nak. Maka hati-hatilah kau dari menikahi seseorang karena kau kasihan kepadanya, kecuali jika kau merasa yakin jika suatu saat bisa mencintainya.
Banyak juga orang yang menikah atas dasar agama, nak. Ini adalah sebaik-baik perkawinan. Tapi ini sulit anakku, sulit karena komitmen terhadap agama ini, adalah kau siap dengan apapun resiko yang harus kau hadapi. Kau harus siap berhadapan dengan keluargamu, tetangga dan orang tidak sepaham denganmu Kau harus siap miskin, harus siap dicemooh dan harus siap dengan pemecatan dan kesempitan rezeki karena banyak hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang bertentangan dengan apa kalian harapkan dari hidupmu. Maka ayah akan menjadi pendukungmu nomor satu, nak. Apapun usaha yang akan kau lakukan untuk mendapatkan dia yang telah bersedia hidup bersamamu untuk menempuh bahtera rumah tangga demi untuk melengkapi syariat agama ini, ayah akan berusaha dengan seluruh kemampuan ayah untuk membantumu, nak. Jika saat itu tiba dan ayah masih bersamamu.
Anakku, walaupun pada dasarnya perkawinan itu pada pengertian tertentu adalah daya tarik alami antara seorang pria dan wanita, akan tetapi ikatannyalah yang menentukan. Perkawinan bukanlah suatu program yang terdapat dalam komputer, ia bukanlah suatu yang terjadi secara otomatis. Tapi ia adalah suatu yang harus dipikirkan, diperjuangkan dan dilaksanakan secara matang.
Ganjaran dari mereka yang tidak memikirkan pernikahan dengan seksama, yang tidak memandangnya sebagai komitmen yang sungguh-sungguh sebagai suatu bagian dari hidupnya adalah perceraian, emosi yang tercabik-cabik dan acapkali pula terkurasnya keuangan. Dan yang lebih parah lagi dari perkawinan itu adalah bila membuahkan anak-anak. Maka dari perkawinan yang gagal ini bukan hanya merusak kehidupanmu dan wanita yang telah kamu nikahi akan tetapi kau juga merusak kehidupan orang lain, orang yang telah diamanahkan Allah kepadamu. Hancurnya perkawinan jelas akan menimbulkan luka yang membekas bagi anak-anakmu.
Sekarang apa yang kau harapkan dari perkawinan? Ketenangan, kebahagiaan, harta, harga diri, kemuliaan, cinta atau semuanya. Banyak alasan seseorang untuk menikah, nak. Dan banyak pula alasan untuk bercerai. Tapi untuk menghindari perceraian itu maka kau harus membuat suatu komitmen dengan calon pasanganmu sebelum kalian memasuki gerbang pernikahan. Karena dengan komitmen inilah kalian akan menentukan arah perkawinan kalian. Dan dengan komitmen ini pulalah kalian akan mengakhirinya.
Menurutmu karakter yang bagaimana yang kau harapkan dari istrimu? Mungkin kau bingung seperti apa istri yang kau idam-idamkan, baiklah kiranya kau baca nasehat ayah ini nak.
Pilihlah wanita yang mempunyai pribadi yang hangat dan menyenangkan, amatilah apakah ia mempunyai kecenderungan yang kejam dan pencemburu, sebab dikemudian hari sifat seperti ini bisa menjadi malapetaka. Sifat menggunjingkan orang perlu dielakkan, sifat tamak perlu dihindari seperti kau menghindari wabah.
Karena sebagian besar waktumu akan kau habiskan untuk memandang istrimu, maka ayah harap ia juga memiliki paras yang lumayan. Walaupun kata orang bahwa kecantikan itu hanya sebatas kulit. Tapi alangkah menyenangkan kalau ketika kau bangun tidur dengan seorang wanita cantik disampingmu, apalagi bila dibarengi dengan akhlaknya yang juga cantik.
Tapi demi kebaikan-mu yang lebih penting lagi hendaknya wanita yang hendak kau nikahi tersebut adalah wanita yang bijaksana, tegar, penuh pengertian dan jujur. Bahwa ia baik dan pemurah, yang menaruh perhatian terhadap kepada hal-hal seperti nilai-nilai dan tata cara berpikir dan berakhlak islami, serta bisa pula apabila bicara menyangkut pembicaraan- pembicaraan yang menarik. Dan bahwa ia peka terhadap kesenangan dan kemarahanmu. Tapi diatas segalanya, sebagai teman hidup, saya berharap ia mempunyai kapasitas untuk saling memberi dan menerima denganmu.
Anakku, jangan melihat wanita hanya karena wajah dan kelincahannya saja. Agar perkawinanmu langgeng, maka hendaklah kau mencari wanita dengan kualitas yang langgeng pula seperti intelegensia dan integritas, sesuatu yang kadang disebut kelas.
Jika perkawinanmu itu adalah perkawinan yang baik. Maka ia akan bisa mengangkatmu ke puncak prestasi lebih dari seperti yang engkau bayangkan. Tak ada yang lebih berat daripada menyesuaikan diri dengan semangat seorang isteri yang baik, yang mencoba mengangkat harkat dan martabat suaminya di dunia ini.
Perlu juga dipertimbangkan apakah ia isteri yang pandai memasak (wah, banyak juga akhwat yang mereka sangat aktif berdakwah tapi ternyata tidak pandai mengurus dapur), gesit (tidak pemalas), bersih (kau tidak perlu merasa harus tiap hari menutup hidung karena ia malas mandi atau bersin-bersin karena rumah yang jarang dibersihkan) , rajin, penuh humor (oh, ini adalah bonus). Tapi walaupun ia cukup cerdas, berkepribadian dan peka, tapi kau harus menyadari bahwa seseorang takkan bisa memiliki segala-galanya, karena itu bersiap jugalah untuk menerima beberapa kekurangan kecil.
Pikirkanlah baik-baik apa yang kau inginkan, yang kau kagumi dan yang kau hargai dengan calon pasangan hidupmu ini. Kemudian carilah dia. Ada peribahasa mengatakan,” Bukalah matamu lebar-lebar sebelum kawin dan tutuplah rapat-rapat setelah kawin.”
Kadang-kadang dalam pencarianmu itu kau berjumpa dengan permata yang langka, maka camkanlah,” Wanita yang baik tidak akan pernah kita dapatkan dalam keadaan mabuk kepayang.”
Maka carilah wanita dengan menggunakan kepala dan hati. Adalah pertanda yang tidak baik apabila kau hanya memakai salah satunya, yang terakhir jika kau pakai secara berlebihan, maka kau akan bisa terperdaya. Tanda-tandanya adalah, bila kau tak mampu berkata-kata, menumpahkan minuman, menabrak sesuatu, lidahmu terasa kelu saat berjumpa dengannya dan dengan konyol kau kehilangan selera makan. Karena itu kendalikanlah hati dan perasaanmu, paling tidak sampai kau mengetahui bagaimana penerimaannya terhadapmu.
Anakku, Wanita menyenangi pria yang penuh pengertian. Camkanlah itu. Terutama apabila kau telah menemukan pasangan hidupmu. Begitu kau telah membuat simpul, ayah sarankan agar kau membagi waktu antara keluarga dan kerja. Terlalu banyak memberikan waktu kepada salah satu aspek tidaklah sehat. Karena semua amal yang kau kerjakan apabila ikhlas karena Allah adalah ibadah, maka luruskan pula niatmu. (digubah dari buku …SURAT SEORANG PENGUSAHA KEPADA ANAKNYA) from: Bede
Post a Comment