AKU MELIHAT PURNAMA BERPIJAR DIMATAMU
Oleh Dani Sukma AS
Ini serupa malam yang bersidekap dengan bulan, maka kukisahkan padamu tentang ada-mu yang teduh
aku melihat sepotong cahaya terselip pada jilbabmu, merayap perlahan ke cekung matamu
lalu kuyakin ia abadi dalam tatapmu yang sendu. oi, kenapa bulan tiba-tiba padam?
adakah cahayanya tak berpijar bersebab luruh di jiwamu yang dalam
mungkin bulan tahu, matamu ialah kesempurnaan cahaya
dan tak akan usai mencipta purnama!
-sungguh, aku melihat purnama berpijar di matamu! ini bukan sekedar ujar, tetapi sehunus yakinku berkabar
tentang isyarat malam yang menghiba pada tuhan, agar cahaya purnama kembali dipulangkan pada bulan-
"aku tak menyimpan purnama di mataku," ujarmu padaku
"ah, jangan bohongi aku! sebab matamu memijar cahaya," sahutku dengan segenap yakin
"bagaimana engkau yakin, ada purnama di mataku, padahal engkau baru sebentar menjadi sahabatku?" balasmu
" persahabatan bukan perkara seberapa lama kita mengenal seseorang, tetapi persahabatan adalah tentang kepercayaan kita pada orang yang telah kita kenal!" kali ini kupertegas ucapanku
-tanyakan pada hatimu, adakah persahabatan berpaling dari kepercayaan? lalu setelah itu jujurlah, padaku
apakah usia persahabatan bisa memanjangkan usia kesejatian saudara dalam ikatan pesahabatan?-
Begitulah, percakapan batin yang menyeruak di antara kita. sebab bibir kita mengunci kata
namun, siapakah yang bisa mengunci jiwa yang lindap dalam rasa?
maka, usah sembunyikan pijar purnama yang lindap pada cekung matamu
sebab dalam yakinku, purnama yang mengekal pada bolamatamu
ialah amsal kepulangan makna sahabat
yang lekat dalam jelaga makrifat!
Perlahan, kulihat senyum membingkai indah di bibirmu, meranumkan bahasa lain yang kusebut rindu
maka, jenguklah hatiku? niscaya kita telah menjadi saudara, dalam jejak langkah
yang berkembara hingga menemu dunia entah, dan kita namakan: benua indah
agar kita huni dengan silahturahmi sebening embun surgawi
atas izin ilahi untuk janji sahabat yang hakiki!
-Sebab kita telah menjadi saudara, maka berbagilah air mata...
kuyakin air matamu ialah mata air cahaya yang mampu menyempurnakanku sebagai manusia-
"ah, aku tak ingin berbagi kesedihan padamu," kali ini kau berkata dengan suara lirih
"lalu untuk apa kita menjadi saudara? jika kesedihanmu hanya abadi bagimu?"
"jangan paksa aku! seorang sahabat hanya boleh membagi kebahagiaan, bukan?" ujarmu setengah berbisik
"kau tahu, mengapa orang tua kita selalu berbagi kebahagiaan saja bagi kita?" kini aku balik bertanya
"karena ia tak ingin kita berduka! ia ingin kita selalu bahagia!"
"bukan! itu karena mereka belum yakin apakah kita mampung menampung air mata dengan keikhlasan jiwa! seharusnya selain berbagi kebahagiaan, mereka juga harus berbagi airmata agar kita menjadi lebih berharga sebagai pengikat rasa!"
-Persahabatan juga begitu, airmata yang engkau bagi untuk sahabatmu sesungguhnya lebih berarti daripada senyum
sebab airmata ialah kejujuran batin, ia isyarat kepercayaan, karenanya berbagilah airmata denganku!-
Malam masih diam. bulan patah jadi dua. mencipta sabit. serupa engkau yang menyerpih duka, sungguh dalam tundukmu
berbalut jilbab ungu, aku mendapati isyarat kepedihan. andaipun tidak, kuharap kelak jika ada luka di hatimu
maka berkisahlah padaku dan tenggelamkan aku dalam air matamu
agar dapat kuselami makna persahatan di dalam kalbu
dan percayalah, andai purnama tak lagi rebah di cekung matamu
aku akan tetap menjadi sahabatmu yang meyakini bahwa dirimu mampu
mencipta sendiri cahaya yang melebihi terangnya purnama yang sempat menyelinap dan lindap dalam batinmu!
Serambi KOMPAK, Univ. Negeri Malang, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment