Kalau ditanya “sudah sabuk apakah kamu sekarang? atau sekarang sudah sampai tingkat berapa kamu dalam beladiri?” begitulah pertanyaan yang sering mampir ke telinga orang-orang yang sedang belajar ilmu beladiri. Lantas apa jawaban kita? Banyak jawaban yang biasa kita temui di lapangan, biasanya mereka menjawab dengan ragu-ragu sambil berpikir:”emmh sebenarnya sih aku sudah sabuk biru tapi bulan kemarin aku gak ikut ujian” atau pokoknya aku sudah sabuk /tingkat tinggi, rahasialah!”. Umumnya mereka menjawab penuh keragu-raguan atau sambil berpikir karena mereka bingung harus menjawab apa kepada lawan bicara mereka, mereka takut kalau menjawab sudah sabuk tinggi nanti jika lawan bicara melihat kemampuan tehnik mereka rendah/tidak sesuai harapan lawan bicara maka mereka yang belajar ilmu beladiri akan malu tapi jika mereka menjawab kepada lawan bicara “ aku masih sabuk putih atau kuning”maka mereka takut direndahkan oleh lawan bicara mereka karena tingkatan beladirinya yang masih rendah. Tapi terlepas dari itu semua, seorang sensei yang mempunyai tingkat Dan III keatas memberikan pendapat bahwa belajar karate sampai sabuk hitam tidak lah terlalu penting karena jika kamu sudah bisa mengeksekusi pukulan, tangkisan, tendangan dan kuda-kuda yang baik dalam beladiri Karate maka itu sudah merupakan bahan utama untuk beladiri. Itu saja sudah cukup. Tinggal bagaimana kita yang mengembangkannya. Sampai-sampai dia sendiri mengistilahkan lebih baik sabuk rendah tapi teknik tinggi daripada sabuk tinggi tapi teknik pas-pasan. Memang kata-kata sensei tadi sangat benar, ini berkaitan dengan pengalaman pribadi penulis dan teman-teman penulis yang terjadi di lapangan. Di lapangan banyak ditemui rekan-rekan yang sudah sabuk tingkat tinggi, yang kalau diuji kemampuan teknik bertarungnya dengan rekannya yang sabuknya masih tingkat rendah maka yang sudah sabuk tingkat tinggi tersebut kalah. Misalkan sabuk Kuning lawan sabuk Biru, sabuk Biru kalah. Sabuk Coklat lawan sabuk Hitam, sabuk Hitam kalah. Dari situ Penulis dapat menganalisis dan menyimpulkan bahwa kekalahan orang yang mempunyai sabuk tinggi adalah terletak pada semangatnya sewaktu latihan. Mereka hanya sekedar mengikuti latihan sekedarnya saja alias semangat mereka sudah melorot dibandingkan sebelum dia mendapatkan sabuk tinggi atau masih tingkatan rendah. Mereka sudah malas-malasan untuk mengejar mutu dari belajar karate mereka, mereka hanya mementingkan identitas/gelar sabuk yang tinggi, bahwa kalau sudah sabuk Hitam maka mereka bakalan dihargai oleh orang-orang. Padahal sebenarnya tidaklah begitu, berikut ini alasan2 mengapa sebagian orang menganggap bahwa mengejar sabuk Hitam tidaklah penting:
• Belajar Karate biar dibilang hebat karena sudah bisa menghapal jurus (KATA) yang sebegitu banyak sampai dianggap bisa menghapal KATA tingkat tinggi
Fakta : Banyak anak kecil Sekarang yg ngapalin Unshu, Suparinpai,
Kururunfa, Gojushiho/ Useishi. Tapi tidak ada hasilnya alias cuma buat
hapalan saja. Bahkan sekarang-sekarang ini saja, banyak anak-anak kecil
yang mempunyai level senior dalam karate padahal secara fisik mereka belum
sanggup. Bahkan waktu gashuku penulis pernah melihat anak kelas 5 SD sudah
sabuk coklat strip 3 Kyu 1 level terakhir ditingkatan siswa. Mereka sudah
bernafsu ngotot pengen ikutan ujian ke sabuk hitam.
• Biar dibilang sudah senior jika sudah memakai sabuk Hitam.
Fakta : kalau mau sabuk hitam tinggal pergi ke toko olahraga beli sabuk hitam
pilih yg corak kuning emas. gampangkan?
• Untuk melamar jadi satpam sepertinya ada gunanya bawa sertifikat sabuk
beladiri.
Fakta : Tapi nggak tau apakah semakin tinggi sabuknya akan semakin tinggi
gaji yang diterimanya.
Menurut pendapat penulis bukan masalah penting atau tidaknya meraih sabuk hitam, tapi kembali lagi apa tujuan kita berlatih Karate. Mungkin sabuk Hitam berguna jika kita ingin menjadi pelatih atau pengurus dari suatu organisasi Karate. Tetapi hendaknya jika kita belajar Karate, kita jangan hanya condong mengejar tingkatan sabuknya saja, tetapi kita harus meningkatkan kualitas dari latihan karate kita. Jika kualitas latihan kita bagus atau penguasaan akan ilmu Karate bagus maka sabuk atau pengakuaan akan datang dengan sendirinya sesuai keilmuan praktisinya, walaupun kita hanya punya sabuk dengan tingkatan rendah. Logikanya seperti ini:" jika kau dijuluki si tukang makan, maka bukan artinya kau ingin dijuluki si tukang makan tetapi karena kau memang doyan sekali makan, jadi saking doyannya secara tidak sadar kau dijuluki si tukang makan.
Bahkan Penulis menemukan fakta di lapangan bahwa ada seseorang yang sudah Dan III dalam suatu perguruan Karate yang sudah sembilan tahun sudah tidak berlatih karate sama sekali, dan baru-baru ini ia berkeinginan untuk kembali berlatih Karate lagi. Hal ini menurut Penulis, menyalahi tiga prinsip dari ke20 Filosofi Karate Ginchin Funakoshi yaitu:pertama " mempelajari karate memerlukan waktu seumur hidup dan tak punya batasan", kedua “Karate seperti air yang mendidih, jika kamu tidak memanaskannya secara teratur, ia akan menjadi dingin” dan ketiga “ Masukan Karate dalam keseharianmu, maka kamu akan menemukan Myo (rahasia yang tersembunyi). Berkaitan dengan hal tadi, menurut Penulis walaupun sudah tinggi tingkatannya orang tersebut masih belum mengerti dan memahami apa mamfaat dan filosofi dalam Karate. Seharusnya dengan bekal ilmu Karatenya yang sudah tingkat tinggi ia harus selalu terus mengamalkan karatenya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut penulis sayang sekali kalau sudah Dan III, karatenya justru ditinggalkan, lebih baik sabuk rendah tapi ilmu karatenya rutin terus diamalkan sepanjang hidupnya daripada sudah tingkatan tinggi tapi berhenti di tengah jalan alias tidak konsisten. Hal ini dapat dimaklumi karena rendahnya kualitas sekolah beladiri di tanah air yang kebanyakan hanya mengejar tingkatan sabuk, lain halnya dengan di Jepang. Di negara matahari terbit tersebut seseorang yang belum pantas kualitas tekniknya tidak berhak untuk naik tingkat, dan tidak di perbolehkan untuk mencapai sabuk Hitam walaupun dia sudah senior (peserta yang sudah lama belajar di Dojo). Nah! Bagaimanakah dengan Anda, apakah anda hanya ingin sekedar mengejar sabuk Hitam tanpa meningkatkan kualitas teknik anda? Apakah anda termasuk orang yang tidak mementingkan sabuk Hitam dan hanya fukos pada penguasaan teknik2 saja, ataukah kedua-duanya?
Post a Comment