Kue keranjang sudah menjadi tradisi leluhur akan disajikan dan wajib dimakan bagi keluarga keturunan Cina yang merayakan Imlek. Kenapa harus kue keranjang yang berasal dari bahan baku tepung ketan dan gula itu wajib dimakan. Kue keranjang yang berwarna coklat, bentuknya selalu bundar, rasa legit manis itu saja yang wajib disajikan. Bentuk, warna, dan rasa tidak pernah berubah sepanjang waktu.
Di Cina sudah menjadi kebiasaan seluruh keluarga besar berkumpul merayakan Imlek dan terlebih dahulu menyantap kue keranjang sebelum menyantap nasi atau makanan yang lain dengan pengharapan agar selalu beruntung dalam pekerjaan sepanjang tahun. Mengapa bukan kue bulan khas Cina juga atau kue black forest yang lebih enak, indah dan nikmat dengan rasa coklat, vanila atau rasa lain buah-buah segar. Mengapa harus kue sederhana itu yang disajikan kaum bawah sampai atas kalangan Cina yang merayakan imlek bersama keluarganya.
Karena kue keranjang pada awalnya dipercaya ditujukan untuk hidangan Dewa Tungku agar membawa laporan yang bagus kepada Raja Surga. Kue keranjang sepanjang waktu akan berbentuk bulat karena bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek dapat terus rukun, bersatu dan bulat tekat dalam menghadapi segala cobaan di tahun yang akan datang. Kepercayaan ini masih melekat sampai sekarang.
Dewa Tungku adalah dewa yang ditugaskan mengawasi segala tingkah laku setiap rumah dalam menyediakan masakan setiap hari di dapur. Maka setiap akhir tanggal 24 bulan 12 Imlek (hari - 6) Imlek, Dewa Tungku akan pulang ke surga untuk melaporkan tugasnya kepada Raja Surga. Untuk menghindari laporan yang tidak menyenangkan bagi warganya, dicarikan bentuk sajian yang manis yakni kue yang disajikan dalam keranjang untuk Dewa Tungku agar tidak murka. Sehingga nantinya jika membawa laporan ke Raja Surga menyampaikan laporan yang baik-baik saja dari warga yang diawasinya.
Akhirnya warga mencari sajian bentuk kue yang manis, bulat dan disajikan dalam keranjang. Maka disebutlan kue keranjang yang sudah menjadi adat setiap tahun disajikan dan dimakan dalam perayaan-perayaan Imlek. Kadang-kadang kue keranjang disebut juga kue tahunan karena dibuatnya hanya setahun sekali menjelang Imlek. Di Jawa ada juga yang menyebut kue keranjang dengan kue dodol cina. Ibu-ibu sering mengatur kue keranjang disusun tinggi atau bertingkat. Makin ke atas makin mengecil kue yang disusun itu, yang memberikan makna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran.
Pada zaman dahulu banyaknya atau tingginya kue keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok. Kue yang terbuat dari beras ketan dan gula ini dapat disimpan lama, bahkan dengan dijemur dapat menjadi keras seperti batu dan awet. Sebelum menjadi keras kue tersebut dapat disajikan langsung, akan tetapi setelah keras dapat diolah terlebih dahulu dengan dikukus atau digoreng menggunakan tepung dan telur ayam dan disajikan hangat-hangat.
Penulis setiap Imlek mempunyai kenangan mendapat gratis pembagian kue keranjang dari teman-teman sekantor keturunan Cina yang merayakan Imlek. Kue ini pasti yang ditunggu-tunggu teman-teman setelah liburan Imlek. Lebih terasa tradisional memakan kue keranjang dengan ditemani dengan teh cina yang pahit. Kue ini bisa bertahan hingga satu bulan lebih. Biarpun sudah berjamur pada bagian atas, kue ini tetap bisa dikonsumsi. Jamur tersebut bisa dibersihkan dengan tisu. Kue yang dibungkus daun pisang ini lebih indah lagi apabila dihias dengan bungkus kertas warna merah yang berarti bahagi
Post a Comment