7 MACAM PEREKAT RUMAH TANGGA HABIBIE-AINUN
-Setelah sekian lama menyimak kisah perjalanan B.J. Habibie dan
Ainun, saya berkesimpulan bahwa terdapat 7 perekat keduanya
sehingga cinta mereka benar-benar fenomenal.
Ketujuh perekat
tersebut adalah:
1. Masa perkenalan dan masa pacaran Habibie-Ainun hanya
berlangsung 3 bulan. Bagi Habibie, hidup itu memang perlu
direncanakan dengan matang. Urusan berumah tangga juga
demikian. Semakin cepat melabuhkan cinta dalam bahatera
pernikahan, semakin banyak waktu yang tidak terbuang dengan
percuma. Masa berpacaran hanyalah penuh kesia-siaan. Dan
Habibie-Ainun menyadari tentang hal tersebut. Oleh karena itu,
begitu hati keduanya sudah saling terpagut, mereka tak menunda
waktu lagi untuk selanjutnya melangsungkan pernikahan.
2. Setelah selesai melangsungkan pernikahan, Habibie-Ainun
berangkat ke Jerman. Habibie harus menyelesaikan studi doktornya
di negara maju tersebut. Jika menuruti kata hati, Ainun mungkin bisa
bertahan di Jakarta. Waktu itu karier Ainun memang sedang melejit.
Sebagai seorang dokter di rumah sakit kenamaan RS
Ciptomangunkusumo, tentu masa depan Ainun sangat menjanjikan.
Namun, karier gemilang itu ditinggalkannya demi rasa cintanya pada
sang suami. Ke Jerman, bahkan ke mana pun sang suami bertugas,
Ainun senantiasa mendampinginya dengan penuh rasa setia.
3. Syahdan, ketika Habibie-Ainun pertama kali menginjakkan kaki di
Jerman, gaji Habibie hanya DM 800 atau setara dengan Rp 180.000.
Dua per tiga dari pendapatan per bulan tersebut digunakan untuk
biaya sewa pavilliun kecil di Kota Aachen. Ainun harus berhemat
dengan sisa uang yang tinggal DM 300 tersebut. Ya, dengan sisa
uang tersebut, di sebuah kota dengan biaya hidup sangat tinggi,
manalah mungkin bisa melanjutkan kelangsungan hidup jika tidak
pandai-pandai berhemat. Dalam bentuk perbuatan seperti itulah
Habibie-Ainun mensyukuri nikmat yang telah Allah turunkan kepada
keduanya.
4. Ketika karier suami melejit, Ainun berusaha mendukungnya
dengan penuh perhatian. Demi keberhasilan rumah tangga, mereka
pun kemudian berbagi tugas. Sang suami mengkonsentrasikan diri
dalam studi doktornya sambil bekerja mencari penghasilan
tambahan. Apa pun yang dirasakan halal dikerjakan oleh Habibie
demi memenuhi kebutuhan nafkah keluarganya. Lebih-lebih ketika
anak pertama mereka sudah lahir. Sementara Ainun untuk
sementara melupakan karier dokternya dan berkonsentrasi pada
manajemen keluarganya di rumah.
5. Ainun berusaha agar tidak terlalu banyak bergantung kepada
orang lain. Semua hal yang bisa dikerjakan sendiri, ditanganinya
tanpa menunggu bantuan suami. Ia belajar dengan tekun
bagaimana memanfaatkan waktu seefisein mungkin. Dalam sehari
semalam, Ainunlah yang mempersiapkan segala kebutuhan
keluarga, mulai dari pengaturan menu sehat untuk keluarga,
membersihkan rumah, menjahit pakaian, menyiapkan permainan
edukatif untuk buah hati tercinta, hingga memadupadankan pakaian
yang harus dikenakan sang suami tercinta.
6. Ada kalanya sang suami terpuruk dalam kekecewaan yang
mendalam hingga semangatnya benar-benar jatuh. Dalam kondisi
seperti ini Ainun dengan segala upaya berusaha membangkitkan
kembali gairah hidup sang suami. Pernah suatu ketika Habibie
mendapatkan ide briliant untuk membuat konstruksi pesawat yang
kecepatan terbangnya melebihi tujuh kali kecepatan suara. Namun,
pada saat bersamaan Habibie mengeluh karena ada perhitungan
yang meleset. Ainun pun kemudian meredam kegalauan Habibie
dengan mengingatkan adanya kemungkinan kesalahan dalam
memasukkan data. Dan hal ini memang kemudian menyadarkan
Habibie sehingga semangatnya bangkit kembali.
7. Habibie-Ainun bisa saling menghayati dan mendalami pikiran
masing-masing. Keduanya lebih banyak mengungkapkan perasaan
tersebut tanpa melalui lisan, melainkan melalui perbuatan. Di saat
Habibie sedang menghadapi problema, Ainun dengan penuh
pengertian membantu memecahkan persoalan sang suami sesuai
dengan kemampuannya. Sebaliknya Habibie, ia senantiasa berusaha
untuk meringankan pekerjaan sang istri. Pakar teknologi
penerbangan ini tidak segan-segan untuk membersihkan rumah,
mencuci piring, bahkan mengganti popok bayi, manakala sang istri
sedang sibuk dengan aktivitas rumah tangga lainnya.
Itulah ketujuh perekat rumah tangga Habibie-Ainun. Semoga Kita
semua bisa mempraktikkannya agar rumah tangga yang akan
ataupun yang sedang dibangun ini bisa menghasilkan kebahagiaan
tiada tara.7 MACAM PEREKAT RUMAH TANGGA HABIBIE-AINUN
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment