Ads (728x90)

Latest Post

Kesehatan

Tips



Fakta seputar Keberadaan anak indigo yang memiliki kematangan jiwa (old soul)dan keistimewaan lainy ayng tidak lagi di anggap mitos atau cerita rekaan. Kini jumlahnya pun cukup banyak. Karena ketidakmengertian kondisi anak indigo, orang tua sering mengalami konflik batin. Seperti apakah anak indigo itu? Bagaimana pengalaman orangtua beranakan putra-putri 'unik' itu?

Andai benar pendapat ahli spiritual, bahwa tahun 2000 awal era millennium spiritual (new age), dunia akan diisi oarng-orang bijaksana dengan aura bercirikan indigo. Imedla, Raymond, Andrean Dimas, dan Bodhy Virya beberapa diantaranya, yang akan menjawab fenomena itu.



Pertanyaannya sekarang, apa reaksi Anda jika buah hati Anda seorang Indigo? Siapkah Anda mendengar suatu saat sibocah berkata " Ma, aku nggak percaya Tuhan itu ada karena Tuhan tidak pernah memperlihatkan dirinya padaku!"

Sebagai insan beriman, Anda pasti merespon dengan kesal, marah, tidak percaya dengan 'kekurangajaran' anak tentang konsep keimanan. Liany Hendranata (43) pernah menghadapinya. Bukan hanya satu anak beraura indigo, melainkan ketiga anaknya sekaligus. Jelas, awalnya wanita kelahiran bogor 12 mei 1960 ini kesulitan menghadapi ke-3 buah hatinya

" Waktu eksperimen dengan AVS ternyata aura semuanya biru keungu-unguan. Saya bingung, aura anak dinamis harusnya kuning sampai orange, pada akhirnya bertemu Dr. Erwin yang mengatakan anak saya indigo. Dari sana saya mulai mempelajari adanya six sense pada ketiga anak saya, " ujar wanita yang dipersunting Genie Hendranata 9 September 1981.

SI PEMPROGRAM, SI PENAKUT, DAN SI PEMIMPI

Saking seringnya tercengang menemui polah unik anak-anaknya, ibu berbakat kritis seperti anaknya itu menjuluki mereka masing-masing: Putri sulung Imelda (20), si tukang program, Raymond ( 17) si penakut dan Andrean (12) si pemimpi.

Sejak kecil Imedla, sekarang mahasiswa kedokteran, mampu memprogram keinginannya. Pernah, sewaktu baru pindah ke rumah baru, ia merengek minta dibelikan puding. Liany sempat kesal, karena sebagai penghuni baru ia tak tahu harus pergi kemana. Alhasil Imelda didiamkan dengan rengekannya. Uniknya saat ayahnya pulang, Imelda langsung melompat dan berteriak kalau pudingnya datang. „ Ternyata benar, padahal dulu papanya nggak pernah pulang bawa oleh-oleh. Yang lebih mengagetkan, isinya puding pemberian teman kantornya " ujar wanita ini sambil geleng-geleng kepala.

Cerita lain lebih seru ketika Imelda memprogram memiliki mobil sebelum tahun 2003. keinginan kurang realistis itu sempat membuat sang ibu ‚ gerah'. „ memangnya harga mobil murah?" nyatanya, Imelda benar memperoleh STNK mobil 26 Desember 2002 meski mobilnya baru ‚ nongkrong' di garasi Februari 2003. „ Tahu apa kisah dibaliknya? Tiba-tiba komisaris ayahnya menyarankan membelikan mobil untuk imelda yang sudah kuliah. Sungguh bukan suatu kebetulan bukan? Kata Imelda, ia hanya meminta Tuhan memberikan apa yang diperlukannya dengan mudah."

Lain lagi dengan cerita Raymond, anak kedua Liany. Dari kecil ' sipengecut 'ini mampu melihat dunia lain. " Sebelum tahu saya sering bingung ia harus dipaksa dulu baru masuk ruangan . Katanya, ia melihat serombongan mahluk jelek dan seram. Makanya kerohanian dia kuat. Katanya supaya tidak bertemu 'mahluk' itu " lanjut wanita yng menjadi terapis di Klinik Pro v.

Sifat indigo Raymond lainnya. Ia sanggup bertahan dalam kesakitan dan menyembuhkan diri sendiri. Suatu hari ia mengalami kecelakaan motor. Tangan dan kakinya patah dan harus menjalani bedah tengkorak pula. „ Herannya dia masih bisa rileks dan menginstruksikan teman cara menolongnya. Lima hari di ruang ICU, ia pulih kembali. Ternyata dia memprogram dirinya untuk sembuh," ujar sang ibu yang sedih bila anak-anaknya kadang ‚memanfaatkan' untuk dibantu membawakan tas atau membantunya.

Si kecil Andrean bisa meramal masa depan. Ceritanya, selama 15 hari Liany dikejutkan dengan Andrean yang baru berumur 7 tahun. Bungsu yang lahir premature itu terbangun dari tidurnya. Badamya berkeringat dingin. „ Sambil menangis ia bercerita, melihat gedung, rumah mobil dibakar. Orang dipukuli, saya dan suami hanya bilang ia kebanyakn nonton film. Kami peluk dia lalu diajak berdoa bersama," Ujar ibu yang sembuh dari kanker mulut rahim yang menderanya.

Waktu berlalu. Ia hampir lupa cerita Andrean. Tatkala terjadi peristiwa berdarah di Jakarta pertengahan mei 1998, Andrean seperti tersadar saat mellihat liputan televisi. " Mama, kayak itu tuh yang kemarin suka buat aku menangis. Nah, sebentar lagi pasti banyak motor dan mobil dibakar, " ujar Liany menirukan perkataan anaknya.

Selain memiliki six sense, indera ke-6, ke-3 anak Liany punya jiwa kepemimpinan yang menonjol. Mereka kadi leader di antar teman-temannya. Memiliki anak-anak cerdas spiritual membuat gairah belajar ibu setengah baya ini kian tinggi. "Paling tidak saya harus pintar supaya bisa menjawab pertanyaan kritis mereka. Saya suka 'disentil' si bungsu. Katanya saya sedang menghimpun modal. Nyelekit kan omongannya? " seru Liany lagi

Meyikapi hal ini. Liany selalu mengingatkan agar anak-anaknya mawas diri, tidak takabur dengan kelebihan mereka, bahwa kita diberi kelebihan, karena Tuhan punya visi dan misi. Jadi kalau 'diobral' mereka harus mempertanggung jawabkannya dihadapan Tuhan kelak. Mereka menganggap diri biasa-biasa saja, ' tambah ibu yang berusaha sabar , demoktratis, hati-hati dalam berbicara dan terbuka. Harapan Liany, anak-anaknya dapat hidup normal sesuai dengan cita-cita mereka yang ingin jadi dokter, programmer computer dan pengusaha apotek.

MAMPU MELIHAT DIMENSI LAIN

Seperti halnya Liany dengan ke-3 anaknya yang indigo, Dewi ( bukan nama sebenarnya), 40 tahun, memiliki pengalaman relative sama dengan anaknya Dimas (9). Suatu hari sang anak berkata "Ma, lihat nggak dibawah pohon itu, ada orang lagi duduk. Tapi kok kepalanya terbalik,". Awalnya Dewi tak percaya dengan cerita putranya yang tak masuk akal itu. Dianggapnya itu efek dari terlalu banyak berkhayal dan nonoton film.

Namun, karena intensitas Dimas bercerita kian sering, sang ibu akhirnya menemui psikiater, yang ternyata punya pengalaman mirip Dimas. Dewi baru mengerti kalau Dimas memiliki 'kelebihan' lain, Indera ke-6. Ia pun mengaitkan dengan pengalaman spiritual Dimas waktu bayi. Ia sering sekali menangis tengah malam. Instink supranaturalnya makin tajam dan ternyata dampak kurang baik baginya.

" Sebenarnya Dimas mudah menyerap pelajaran disekolah. Sayangnya, karena banyak ‚ melihat' hal-hal yang tak kasat mata dikelas, ia sulit konsentrasi," tutur Dewi, berusaha merahasiakan kondisi Dimas pada guru agar sang anak diperlakukan normal layaknya siswa lain.

Sebagai ibu, Dewi merasa iba. Pernah suatu pagi, bangun dari tidur Dimas bercerita kalau badannya seperti ditusuk-tusuk. „Tapi Dimas tidak melihat ada yang nusuk-nusukin ma," ujar ibu akhirnya terus menemani si kecil jika kekamar mandi. „ Saya percaya anak titipan Allah. Selebihnya Dia yang punya kuasa dan rencana yang tak bisa diketahui mahluk –Nya.

Karenanya, diakui Dewi, ia ekstra memerhatikan Dimas. Berbicara pun harus menyaring kata-kata ynga tepat. „ Dimas sangat kriti. Ia akan terus bertanya ketika pertanyaan yang saya berikan tak cukup logis dan masuk nalarnya," tutur ibu yang sengaja memberi Dimas aktivitas padat, membuat aturan- aturan jelas dan masuk akal. „Sesekali Dimas tidak mau dilarang. Katanya menurut sang ‚ teman' (mahluk halus-red) perbuatannya itu tak membahayakan. „

LUNG-LUNG SANG BIKSU KECIL

Meliana atau Me Ing (29) juga melihat hal serupa pada putra sulungnya, Bodhi Virya (10). Waktu kecil, Lung-lung, sapaannya, sudah menunjukan tanda-tanda tak lazim seperti anak sebayanya. Dari bayi tak pernah rewel, bahkan beranjak besar, muncul kedewasaan pada dirinya. Cara bicaranya tenang, bijak dan jarang memperlihatkan emosi. " Misalnya saya pulang kerja, Lung-lung hnay duduk diam. Tidak mau menunjukan kegembiraan atau apapun. Seakan dia hidup didunianya sendiri. Sempat saya bingung , anak ini kok pendiam sekali" ujar sang ibu.

Dalam bergaul, Lung-lung cenderung pendiam dan tidak peduli teman-temannya. Ia gemar main playstation. Bingung melihat sikap putranya yang cenderung aneh, Meliana sempat bicara pada ibunya. " Ibu saya hanya tersenyum seakan tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Lung-lung. " Hari ini Lung-lung kedatangan tamu," Ujar Meliana menirukan ucapan ibunya, A Chen yang selama ini membuka praktik meramal masa depan. Meliana tak menyangka anaknya mewarisi bakat sang oma.

Jadilah, usia 8 tahun Lung-lung buka praktik sendiri, sambil dibimbing neneknya. " Sebenarnya saya lebih suka Lung-lung normal seperti anak-anak lain. Namun, karena nasihat ibunya, bahwa kelebihan Lung-lung bias untuk membantu orang yang membutuhkan. Ikhlas kok, " ungkap Meliana yang menyangka anaknya enggan bersekolah, sementara pendidikan sangat penting di masa sekarang. " Mungkin bila ada kesempatan, saya akan beri dia privat.

Fakta seputar Keberadaan anak indigo yang memiliki kematangan jiwa

Post a Comment