Ads (728x90)

Latest Post

Kesehatan

Tips

DOSIE
Karya Lenny Puspita Sari

Panasnya matahari yang begitu menyengat tubuh ini seolah enggan berganti dengan kesejukan, atau langit seolah enggan pula menumpahkan titik - titik air darinya dan seolah alam enggan pula meniupkan angin supaya mengurangi temperatur panas hari ini. Tapi semua itu tidak menyurutkan aku untuk menuju ke tempat kerjaku. Ya, tepatnya hari ini aku pertama kalinya masuk kerja dengan menjabat sebagai Manager Toko Grosir. Ini jabatan baruku setelah lama aku menjadi seorang sales keliling yang menjajakan suatu produk dengan “door to door” alias dari pintu kepintu rumah. Dengan semangat sekali aku memasuki sebuah toko yang nantinya akan mengubah hidupku. Dengan senyuman ramah dan rasa percaya diri aku menyapa hampir semua karyawan – karyawan toko. Tak seperti yang kubayangkan sebelumnya, ku pikir aku tidak akan dihiraukan tapi ternyata malah sebaliknya, mereka semua menyambut hangat kedatanganku, mereka membalas senyum dan sapaku.

Sedikit imajinasiku mengenang masa lalu, seolah hari ini aku menjadi orang yang berbeda. Dulu aku yang tidak dihiraukan, padahal hanya ingin menawarkan sebuah produk saja, aku tidak pernah diberi kesempatan. Tapi sekarang, aku begitu dihormati dan dihargai sama mereka, bahkan aku dianggap oleh mereka yang dulu mereka ada yang menganggap aku, ada dan sebagian tidak.
Sejenak tubuhku mematung, seperti manusia yang dimasukkan kedalam ruangan frozen dan membeku yang untuk berucap saja susah dan hanya bisa menitikkan air mata karena menahan dingin dan membeku seperti es batu.
Dosie
Tanpa sadar aku melihat lelaki tua renta, berambut putih, memakai kemeja putih kotak – kotak dan bergaris hitam dan memakai celana kain hitam pula beserta tongkat ditangan kanannya yang memandunya berjalan menuju ke arah salah satu karyawan toko. Kulihat lelaki tua itu menyodorkan sebuah kertas mungil berwarna putih berbentuk persegi empat kepada karyawan dan sepertinya karyawan itu terlihat kebingungan. Aku segera menghampiri mereka dan kukatakan ...
’’ Ada yang bisa saya bantu Pak?’’

Dengan cepat karyawan toko memberikan secarik kertas mungil berwarna putih berukuran persegi empat tadi kepadaku dan kertas itu bertuliskan dosie. Alias D_O_S_I_E. Keningku pun mengerut dan bertanya lagi pada lelaki tua itu ...
’’ Sejenis apa ya ini Pak? ’’
’’ Sejenis minuman, makanan, sayuran atau sejenis apakah ini? ’’
’’ Maaf sebelumnya kalau saya sedikit kebingungan...’’
Lelaki tua itu hanya diam mematung, tanpa bicara sepatah katapun. Padahal lelaki tua itu memandangi dan memperhatikan benar pertanyaanku. Sampai ku ulangi lagi pertanyaanku, lelaki tua itu pun masih dengan sikap yang sama. Ku pikir setelah ku ulangi pertanyaanku, dia akan menjawab, ternyata sama saja. Lalu dengan cepat ku putuskan untuk memanggil salah satu karyawan. Sayang, lelaki tua itu terburu pergi meninggalkanku dan secarik kertas yang bertuliskan DOSIE.
***

Akupun kembali duduk keruanganku. Kertas Ini seperti mencambukku. Aku kelihatan seperti kerbau bodoh, yang Cuma berbadan besar yang bisanya berjalan sambil mencari rumput dan ketika kenyang aku akan pulang ke kandangku dengan sendirinya tanpa digiring.
Aku nggak mau kelihatan bodoh seperti ini. Pikiranku pun mulai merayap kemana – mana bagaikan laron – laron yang ingin keluar dari persembunyiannya dan ingin segera mendatangi lampu – lampu yang tengah menyala. Ku panggil semua karyawan toko dan ku kumpulkan mereka satu persatu untuk diadakan breafing mendadak atau yang bersifat urgent.

Tak lama kemudian, semua karyawan berkumpul di ruanganku dan aku mulai dengan pertanyaanku...
’’ Kalian tahu nggak apa itu DOSIE? ’’
’’ Sejenis apa DOSIE itu? ’’
’’ Apa toko kita menjualnya? ’’

Salah satu karyawan ada yang bilang...
’’ Salah nulis mungkin Pak...DOSIS kali bukan DOSIE...’’
Tampak mereka tertawa semua mendengar jawaban dari salah satu karyawan.

Tapi karyawan yang tadi bersamaku dengan lelaki tua itu bilang padaku.
’’ Bapak terlalu konyol jika ingin tahu apa itu DOSIE.”
’’ Hanya gara – gara lelaki tua bisu yang rumahnya di seberang toko kita. Dia sudah tua Pak, salah nulis, pikun, tidak mengerti atau masih banyak yang lainnya.’’

Rasanya aku ingin berteriak dan menampar karyawan itu. Kenapa dengan lancang berbicara seperti itu. Karna aku masih baru, apalagi ini hari pertamaku, rasanya tidak mungkin , aku akan berteriak keras dan menampar karyawan jelek itu. Ku tahan dan kuredam amarahku dan akupun mulai berbicara pada mereka.
’’ Rasanya terlalu angkuh, kalau kita menganggap diri kita yang masih muda dengan kata sempurna. Banyak kita yang masih muda malah pikun, jauh dari kata sempurna atau yang lainnya. Yang saya takutkan, lelaki tua itu benar – benar membutuhkan DOSIE ini, dan alangkah menyesalnya kita kalau kita tidak bisa membantunya, atau mungkin ini sebuah kesempatan lelaki tua itu yang kita tidak tahu. Andaikan DOSIE ini sebuah obat untuk orang sakit, terus kalau DOSIE ini benar – benar obat untuk orang sakit, dan lelaki tua itu tadi tidak bisa menemukannya. Bisa kita bayangkan...
’’ Apa yang akan terjadi? Mungkin yang sakit tadi jadi tidak tertolong, dan apa namanya kalau kita tidak membunuh sebuah nyawa.’’
***

Malam harinya aku tidak bisa tidur dengan tenang. Jabatan sebagai seorang Manager rasanya sudah menampar diriku sendiri. Sejenak mematung dan memandangi secarik kertas mungil berwarna putih dan berukuran persegi empat yang bertuliskan DOSIE alias D_O_S_I_E, dengan sigap kuambil telepon genggam dan ku sms semua teman – temanku dengan kiriman sms pertanyaan yang sama...
’’ Apa itu DOSIE? ’’

Beragam jawaban mereka dengan sedikit canda’an...
’’ DASI mungkin bukan DOSIE...’’
Ada yang bilang juga itu bahasa monyet dan hanya monyet yang tahu.
Seolah enggan membaca balasan sms dari mereka karna sama sekali tidak ada jawaban yang mengena tepat sasaran, ibarat anak panah diluncurkan dengan sembarangan tanpa membidik suatu mangsa untuk diserang.

Ku ambil laptop dalam tasku, ku tulis dalam blogku...
’’ Apa jadinya jika secarik kertas mungil berwarna putih dan berbentuk persegi empat yang bertuliskan DOSIE yang terangkai dari huruf D_O_S_I_E ini tidak bisa kucari jawabannya?
’’ Berakibat fatalkah ini? ’’
’’ Tuhan... bisikkan arti kata DOSIE di kertas mungil ini? ’’

Tiba – tiba ada jawaban yang masuk dari salah satu teman komunitasku.
’’ DOSIE...”
’’ Kalau nggak salah DOSIE itu diambil dari bahasa Cina dech...kalau nggak salah lagi dan seingatku DOSIE itu bundar, lonjong dan berisi.’’

Seolah membelalakkan mataku dan ku jawab ’’ terima kasih ’’ pada salah satu teman dalam komunitas komunitas blogku tadi. Ku tutup blogku dan akupun beranjak ke tempat tidur seolah besok sudah terencana dalam benakku adalah satu persatu barang dalam toko harus difoto dan akan aku lihat satu persatu guna mencari apa arti DOSIE...
Meskipun belum lega karna aku belum tahu jawabannya. Setidaknya besok sudah ada rencana yang harus dikerjakan sesuai target.
***

Keesokan harinya, matahari mulai menelanjangi mata dan kusegerakan untuk berangkat ke toko. Aku berangkat kerja dengan sangat semangat. Sesampai di toko, ku kerjakan sendiri semua pekerjaan yang menjadi rencana awal sebelum berangkat. Aku foto semua barang – barang yang ada di display tanpa terkecuali barang – barang yang ada di dalam gudang sekalipun. Barang yang terlihat sepelepun ku foto untuk ku jadikan data – data dan ku simpan dalam file – file penting. Itu butuh waktu, tenaga dan pikiran yang menguras emosi seharian ini.
***

Kata DOSIE ternyata tidak main – main. DOSIE seolah membuat pikiranku buntu. Seolah tidak ada celah untuk sedikitpun aku tahu tentang DOSIE. Seharian sudah aku pelototin gambar – gambar hasil foto kemarin. Sambil ku pegangi kepalaku yang mulai tampak sedikit pusing. aku benar – benar tidak habis pikir. DOSIE ternyata mampu membuat hari – hariku buram, enggan bersemangat untuk bekerja, bahkan DOSIE mampu menguruskan badanku karna kurangnya nafsu makan. Rasanya, ini baru satu minggu. Aku berpikir, andaikan aku memikirkan DOSIE ini lebih dari satu minggu. Apa jadinya? Badanku mungkin yang sekarang seperti kerbau ini akan berubah menjadi lintingan gerih.

Ku hela nafas pelan – pelan. Ku hirup udara malam ini dengan penuh perasaan. Tanpa terasa bibir ini berucap...
’’ DOSIE...DOSIE...’’
Aku pun mulai hilang kesadarn dengan menutup malam ini dengan tidur di sofa dan ditemani secarik kertas mungil bertuliskan DOSIE.
***

Pagi nampak begitu cerah, awan yang membiru bercampur warna putih seolah menggambarkan birunya hatiku dan cerahnya hatiku setelah kurang lebih satu minggu memikirkan DOSIE. Aku mulai bersemangat kerja. Dan kutatap penuh semangat hari ini. Sejenak kutinggalkan DOSIE yang sudah menguruskan badanku dan mendominasi pikiran dan ruang gerakku. Tapi entah mengapa, disaat aku ingin sejenak saja melupakan DOSIE, bayang – bayang lelaki tua itu tiba – tiba hinggap dipikiranku. Dan ternyata sialnya, ini bukan bayang – bayang tapi kenyataan. Lelaki tua itu sudah ada di hadapanku persis dengan kemeja yang berbeda. lelaki tua itu memakai kemeja dan celana warna hitam. Memakai kacamata hitam dan memakai topi hitam. Semuanya serba hitam termasuk tongkatnya.

Pikiran ngelantur mulai menghinggapiku. Pikirankupun langsung tertuju bahwa lelaki tua ini sedang berduka. Timbul berbagai pertanyaaan dalam diriku...
’’ Apa dia habis melayat...’’
’’ Jangan...jangan...’’
Otakku pun langsung bertuliskan DOSIE...

Kutarik nafas panjang dan kuberanikan untuk bicara meskipun aku tahu dia bisu.
’’ Ada yang bisa saya bantu pak? ’’
Dia pun mengeluarkan secarik kertas dari kantong celananya dan dia berikan kepada saya, lalu dia pergi begitu saja.
Kertas itu sama ukurannya: mungil, sama warnanya: putih dan sama pula bentuknya: persegi empat. Dan yang lebih membuatku gila sama isinya. Terangkai dari huruf D_O_S_I_E alias DOSIE. Ini yang kedua kalinya kertas itu bertuliskan dengan tulisan yang sama.

Aku hanya bisa menggeleng – gelengkan kepalaku. Dan tidak mengerti...
’’ Apa arti semua ini? ’’
’’ Arti lelaki tua itu? ’’
’’ Arti DOSIE? ’’
’’ Bursyit semuanya, semuanya sangat menjengkelkan yang membuat rasa penasaran. Aku muak dengan semua ini.’’

Salah seorang karyawan toko tiba – tiba menghampiriku dan berkata...
’’ Itu mungkin belum seberapa Pak, itu baru dua lembar. Ini untuk Bapak.’’
Ku lihat tumpukan kertas dalam kotak yang jumlahnya mungkin ratusan bahkan lebih dengan ukuran, warna, bentuk dan tulisan yang sama yaitu DOSIE.
Tanganku tak henti – hentinya memegangi kepalaku dan keningku pun sedikit mengerut melihat tumpukan – tumpukan kertas itu.

Aku duduk sejenak dan bertanya dalam hati kecilku...
’’ Apa DOSIE begitu berarti untuk lelaki tua itu? Hingga dia harus menulis sebanyak ini.’’
Kuambil nafas panjang. Akupun mulai menyusun rencana. Aku harus bisa mencari arti DOSIE yang sesungguhnya.
***

Di hari berikutnya. Seperti biasa lelaki tua itu datang dan memberikan secarik kertas seperti yang sebelum – sebelumnya. Sesaat kemudian lelaki tua itu keluar dari toko. Akupun mulai menjalankan rencanku. Aku mengikutinya dari belakang. Sesampai depan rumahnya, Lelaki tua itu masuk ke dalam rumahnya. Aku melihat seorang wanita tengah membuang sampah di depan pagar dekat selokan. Aku yakin kalau itu adalah pembantunya. Karena wanita itu berciri – ciri seperti pembantu rumah tangga yang pernah aku lihat sebelum – sebelumnya.

Aku beranikan bertanya...
’’ Maaf mbak, boleh saya minta tolong...’’
’’ Iya...’’
’’ Begini mbak, saya Manager di Toko Grosir seberang jalan itu mbak. Saya bingung, karena setiap kali Bapak ke toko, Dia selalu memberikan ini...’’

Sambil kuperlihatkan secarik kertas mungil berwarna putih berbentuk persegi empat dan bertuliskan DOSIE...
’’ Dan kertas bertuliskan DOSIE ini, tidak hanya satu lembar atau dua lembar mbak. Kertas dengan ukuran, warna, bentuk dan tulisan yang sama ini cukup banyak jumlahnya mbak, ratusan lebih. Saya benar – benar bingung mbak.’’
’’ Boleh saya tahu? Mungkin mbak tahu apa arti kata DOSIE ini? ’’
Seolah aku ragu kalau wanita yang ada di hadapanku yang bekerja sebagai pembantu ini tahu tentang majikannya. tapi ternyata dugaanku kali ini salah. Dugaanku meleset dan berbanding terbalik. Ternyata ilmu kira – kiraku tak bisa dijadikan senjata lagi.

Pembantu lelaki tua itupun mulai bercerita padaku...
’’ Bahwa majikannya adalah sepasang suami istri yang bisu dan tuli. Untuk membuktikan cintanya pada istrinya. Lelaki tua itu ingin mengenang masa – masa mereka pacaran. Masa – masa dimana mereka berdua dipertemukan karena adanya DOSIE. Lelaki tua itu ingin selalu memberikan DOSIE pada istrinya yang sekarang hanya bisa terbaring di ranjang karna dimakan oleh usia. Dan ternyata yang lebih mengejutkan lagi, DOSIE yang terangkai dari huruf D_O_S_I_E itu adalah sejenis roti frozen yang berbentuk bundar lonjong berwarna kekuningan yang berisikan coklat maupun keju yang sebagian banyak berkomposisikan tepung terigu dan enak disajikan hangat setelah digoreng. Dulu DOSIE ini banyak dijual di toko tempat aku bekerja. Dan dulu tidak ada toko yang menjual DOSIE. Dengan maksud mengantarkan secarik kertas bertuliskan DOSIE dengan harapan lelaki tua itu bisa menemukan dan membeli DOSIE kembali yang dulu hanya toko ini yang menjualnya.Supaya lelaki itu bisa mempersembahkan DOSIE untuk hari – hari diusia senja mereka.’’

Tubuhku langsung melemas, seolah tak percaya mendengar penjelasan dari pembantu lelaki tua itu...
’’ Jadi selama ini DOSIE hanyalah sejenis roti frozen yang berbentuk bundar lonjong yang berwarna kekuningan yang berisikan coklat maupun keju? ’’

Aku hanya menggeleng – gelengkan kepalaku. Tapi satu hal yang membuat aku seolah tidak memandang DOSIEnya. Tapi ARTI DOSIE YANG SESUNGGUHNYA buat mereka. DOSIE ternyata begitu berarti buat cinta mereka. DOSIElah yang membuat mereka bertemu dan bersatu hingga sekarang diusia yang terbilang larut senja bahkan dibatas senja seperti ini. Aku cukup terharu dengan CINTA SEPASANG DENGAN SEGALA KETERBATASAN. Mereka dengan segala keterbatasan fisiknya mampu menunjukkan ketulusan cinta mereka.
***

Keesokan harinya, aku pun dengan sigap mengotak – atik komputer yang tersedia di meja kerjaku. Aku mencari - cari data Perusahaan yang menjual DOSIE. Dan mengapa DOSIE sampai tidak di jual lagi di toko ini. Akhirnya sesaat aku menemukan jawabannya. DOSIE tidak dijual lagi di toko ini karena NA atau Non Aktif tetapi masih produksi dan bisa diorder kembali dan bisa dijual kembali seperti dulu.
Akhirnya aku pun order DOSIE khusus untuk aku persembahkan kepada lelaki tua itu dan istrinya agar cinta mereka tetap terkenang. Dan seperti rasa roti DOSIE ini, meskipun lama tidak dijual di toko ini, tapi rasa tetap sama. Seperti cinta mereka yang akan abadi sampai keduanya menutup mata.
SELESAI

PROFIL PENULIS
Nama : Lenny Puspita Sari
Tempat/ Tgl. lahir : Magetan, 10 Mei 1990
Hobby : Membaca, Menulis, Mendengarkan music dan Menyanyi
Facebook : lennypuspitasari51@yahoo.co.id
( Lenny Poespita Sari )

Baca juga Cerpen Cinta yang lainnya.

Post a Comment