KAKAKKU SAYANG
Karya Monica Sucianto
Pagi ini aku bangun pagi-pagi sekali. Hari ini aku ada audisi pencarian bakat. Rencananya sih aku mau ikut daftar audisi. Selesai bersiap siap aku langsung berpamitan dengan mama dan kakakku. Aku memang sudah tidak punya papa lagi. Papaku meninggal 2 tahun yang lalu.
“kakak, mama aku pergi dulu ya” ucapku
“Iya , tapi pulang nya jangan larut malam ya”jawab mama
“semoga lolos ya” teriak kakak laki lakiku menyemangati.
Aku pun berdiri di pinggir jalan sambil sekali kali melambaikan tangan menunggu taksi berhenti. Taklama menunggu tiba tiba sebuah taksi berhenti tepat di depanku, dan aku pun segera masuk tak sabar sampai di tempat tujuan.
Hatiku terasa gak sabar sekaligus deg degkan, merinding sekaligus gak tahan. Gak disangka udah sampai di tempat tujuan.
Pagi ini aku bangun pagi-pagi sekali. Hari ini aku ada audisi pencarian bakat. Rencananya sih aku mau ikut daftar audisi. Selesai bersiap siap aku langsung berpamitan dengan mama dan kakakku. Aku memang sudah tidak punya papa lagi. Papaku meninggal 2 tahun yang lalu.
“kakak, mama aku pergi dulu ya” ucapku
“Iya , tapi pulang nya jangan larut malam ya”jawab mama
“semoga lolos ya” teriak kakak laki lakiku menyemangati.
Aku pun berdiri di pinggir jalan sambil sekali kali melambaikan tangan menunggu taksi berhenti. Taklama menunggu tiba tiba sebuah taksi berhenti tepat di depanku, dan aku pun segera masuk tak sabar sampai di tempat tujuan.
Hatiku terasa gak sabar sekaligus deg degkan, merinding sekaligus gak tahan. Gak disangka udah sampai di tempat tujuan.
![]() |
Kakakku Sayang |
Aku pun keluar dehan hawa panas dari luar yang mulai menyerbuku didampingi rasa deg degkan. Aku pun berjalan menuju tempat pendaftaran. Disana aku langsung di suguhi folmulir pendaftaran. Aku pun langsung mengisinya dengan perlahan. Ternyata aku mendapat nomor urut 18, cukup cepat naik ke panggung.
satuper satu nomor urut dipanggil ke depan juri. Deg degkan rasanya. “nomor urut 17” ucap MC yang ke sekian kali nya. “pasti bisa!!!” kataku dalam hati.
beberapa saat kemudian…..
“nomor urut 18” kata MC yang berarti memanggilku kedepan juri. Akupun mulai bernyanyi, mengeluarkan nada nada indah. “stop” kata salasatu juri tiba tiba. Aku takut kalau juri tidak menyukai suaraku. “suara kamu sangat bagus, jadi gak perlu lama lama. Yang penting sekarang kamu lolos.” Kata salasatu juri dengan spontan. Akupun sangat senang, dan dengan bangga keluar dengan membawa surat untuk lanjut ke babak selanjutnya.
“Mama……… kakak……..” Terikku tak sabar member kabar baik.
“kenapa?” Tanya mama.
“lolos apa nggak?” tanya kakak sambil berjalan menujuku.
“ya lolos donk kak” jawabku agak sombong.
“bagus donk” saut mama dari belakang.
Tiap hari aku berlatih, tak mau mengecewakan kakak dan mama. Berharap juga papa bisa bangga di sana melihatku disini.
Juri memberikan waktu seminggu untuk latihan. Selalu ku sisipkan waktu beberapa jam untuk berlatih. Aku ingi sekali memegang piala di depan mama dan kakak danjuga papa.
Hingga hari itupun datang. Hari pertama kalinya aku audisi, bukan penyisihan lagi. Aku berjalan menuju panggung dengan hati gak karuan. Dengan beribu pertanaan. “gimana kalo gak lolos”. “gimana kalo mama sama kakak kecewa”. “gimana kalo lupa lirik”. Beribu pertanyaan itu muncul dari hatiku. Tak ku sangka aku sudah ada ditengah tengah panggung. Takbisa berpikirlagi akupun langsung menyanyi.
satuper satu nomor urut dipanggil ke depan juri. Deg degkan rasanya. “nomor urut 17” ucap MC yang ke sekian kali nya. “pasti bisa!!!” kataku dalam hati.
beberapa saat kemudian…..
“nomor urut 18” kata MC yang berarti memanggilku kedepan juri. Akupun mulai bernyanyi, mengeluarkan nada nada indah. “stop” kata salasatu juri tiba tiba. Aku takut kalau juri tidak menyukai suaraku. “suara kamu sangat bagus, jadi gak perlu lama lama. Yang penting sekarang kamu lolos.” Kata salasatu juri dengan spontan. Akupun sangat senang, dan dengan bangga keluar dengan membawa surat untuk lanjut ke babak selanjutnya.
“Mama……… kakak……..” Terikku tak sabar member kabar baik.
“kenapa?” Tanya mama.
“lolos apa nggak?” tanya kakak sambil berjalan menujuku.
“ya lolos donk kak” jawabku agak sombong.
“bagus donk” saut mama dari belakang.
Tiap hari aku berlatih, tak mau mengecewakan kakak dan mama. Berharap juga papa bisa bangga di sana melihatku disini.
Juri memberikan waktu seminggu untuk latihan. Selalu ku sisipkan waktu beberapa jam untuk berlatih. Aku ingi sekali memegang piala di depan mama dan kakak danjuga papa.
Hingga hari itupun datang. Hari pertama kalinya aku audisi, bukan penyisihan lagi. Aku berjalan menuju panggung dengan hati gak karuan. Dengan beribu pertanaan. “gimana kalo gak lolos”. “gimana kalo mama sama kakak kecewa”. “gimana kalo lupa lirik”. Beribu pertanyaan itu muncul dari hatiku. Tak ku sangka aku sudah ada ditengah tengah panggung. Takbisa berpikirlagi akupun langsung menyanyi.
Dimulai dari nada rendah, yang berlanjut kenada nada indah. Para penonton tersenyum, beberapa juri memandangiku kaku. Taklama aku berhenti menyanyi dengan di akhiri kata “trima kasih” dan akupun menunduk kearah penonton. Suara sangat senyap. Tak ada satu orangpun yang bertepuk tangan. Hingga tiba tiba sala seorang juri berteriak “Ini sangat bagus”. Dan langsung semua penonton bertepuk tangan dengan meriah, dan host mulai mendekatiku.
Hampir semua juri memberikan komentar yang baik. Dan beberapa juri juga memerikan saran. Aku sangat senang pada saat salasatu juri berkata “kamu lolos ke babak berikut nya”.
Hari ini aku sangat senang sekaligus sedih. Aku senang bisa lolos. Tapi…… aku sedih, papa gak bisa ada di sini. Aku mencoba bersyukur karena masih ada mama sama kakak.
Hariini aku berlatih ditemani kakakku. Aku bernyanyi dan kakakku mendengarkan nya juga memberi komentar. Aku senang kakakku bisa menemaniku. Biasanya kakakku ada tugas. Akupun mulai bernyanyi sambil sekali sekali melihat kearah kakakku yang selalu memegang kepalanya.
Aku harap kakak gak apa apa. Hingga tiba tiba kakakku terjatuh tepat di depanku. Aku kebingungan. Aku sangat kebingungan.
“mama………………….” Teriakku sangat kencang memanggil mama.
Mamapun datang dan tekejut saat melihat kakak sudah tak sadarkan diri di pojok kamar. Mama berusaha mengangkat kakak ke atas kasur.
Dengan perlahan aku dan mama duduk de samping kakak sambil menunggu dokter datang untuk memeriksa keadaan kakak.
Hingga beberapa menit kemudian dokterpundatang dan segera memeriksa keadaan kakakku. Saat dokter berdiri dari samping tempat tidur kakakku, aku dan mama segera mendekat sambil berkata “ gimana dok???” bersamaan.
“saya tidak dapat memastikan. Tapi sebaiknya anak ibu harus banya istirahat.” Ucap dokter itu sambil membereskan alat alat nya dan segera pulang. “aku harap kakak gak apa apa ya. Aku bakal tetep doain kakak kok.” Ucapku sambil meneteskan air mata dan sedikit tersenyum memandang wajah kakakku pucat.
***
Pagi ini aku segera bangun dan bersiap siap menuju tempat audisiku. Seperti biasa aku ke sana menggunakan taksi. Aku degdegkan berharap aku bisa lolos ke babak selanjutnya. Dan semoga kakak bisa senang dan cepet sembuh biar bisa menemaniku latihan lagi dan duduk di salasatu bangku penonton. Saat aku duduk di belakang panggung……. Tiba tiba ada orang yang berkata kepadaku kalo kakakku masuk rumah sakit. Aku segera membereskan barang barangku sambil sekali sekali meneteskan air mata berharap kakak gak apa apa. Tapi disaat itu juga nomor urutku dipanggil. Aku bingung. Aku sangat bingung. Terpaksa aku menaruh tasku kembali dan segera menuju ke atas panggung.
Aku berjalan sambil meneteskan airmata yang terus mengalir. Hingga aku berdiri di tenga tenga panggung. Aku berusaha tersenyum dan menghapus air mataku. Akupun mulai bernyanyi walau dengan perasaan sedih. Saat bernyanyi aku hanya bisa memikirkan kakakku. Aku terus bernyanyi walau sekali kali kehilangan nada. Walau sekali sekali meneteskan air mata. Walau dengan hati sedih. Hingga akupun terdiam disaat pemain music juga berhenti dan aku akhiri dengan ucapan “terima kasih”. Memang saat ini komentar juri kurang memuaskan. Aku tau hari ini aku tidak tampil memuaskan. Aku sangat mencemaskan kakak. Saat juri terakhir selesai berbicara aku segera turun dari panggung mengambil tas dan segera menuju rumah sakit. Disana aku hanya melihat wajah pucat kakak dan mama yang berdiri disamping kakakku sambil menangis. Aku segera berlari mendekati kakakku. “mama, kakak kenapa???” kataku cepat. “kakakmu pingsan dan kepalanya terbentur meja sangat keras dan kata dokter kakakmu mengalami luka dalam pada otak nya” ucap mama sambil membalikkan badan ke arahku. “Mama……….. kakak bakal sehat lagi kan.??. kakak gak boleh pergi. Aku masih sayang kakak.” Ucapku sambil menyandarkan kepalaku disamping kakakku. “Aku sayang kakak” ucapku lembut. Aku terus meneteskan air mataku hingga ku tertidur di samping kakakku.
Hingga dua jam kemudian aku terbangun dan sudah berada di kamarku. Aku segera bangun dari tempat tidurku dan segera menuju kamar kakakku. Berharap semua ini hanya mimpi. Saat aku berdiri di depan pintu kamar. Disitu gak ada siapa siapa. Dan aku segera bertanya kepada mama. “Kakak di mana??” ucapku keras. “kan di rumah sakit. Kamu baru saja dipindahkan dari rumah sakit. Soalnya kamu ketiduran di sebelah kakakmu” ucap mama sambil masak di dapur. Aku hanya berjalan lamas menuju kamar. Aku bersandar di tembok dan lama kelamaan aku terduduk diam di pojokan kamar. Aku gak nyangka ini semua nyata. Aku gak nyangka sekarang kakak sedang terbaring lemas di rumah sakit. Aku harap kakak cepat kembali ke rumah dengan keadaan sehat. “Aku sayang kakak” ucapku terakhir saat aku sudah tertidur di pojok kamar.
***
Walau dalam keadaan hati yang sakit mencemaskan keadaan kakakku, aku bisa masuk ke babak final. Kali ini aku sedih bukanya senang. Kakakku masih berbaring lemas di rumah sakit. Aku merenung dan berdoa berharap kakak bisa sembuh. Aku terus terdiam di saat mama menerima telpon. Dan beberapa saat kemudian mama terdiam kaku sambil melepas hp yang di genggamnya. “mama kenapa???” ucapku agak keras. “kakakmu meninggal” ucap mama pelan. Hatiku sangat sakit saat mendengarnya. Itu semua gak mungkin. Kakak gak boleh pergi.
***
Kali ini air mataku gak bisa berhenti saat terduduk diam di depan makam kakak. Seandainya ini mimpi, kakak pasti masih ada di sampingku. Aku pasti masih bisa bilang ini di depan kakak. “Aku sayang kakak”……… “selamanya”. Saat aku berusaha mengusap air mataku, semua orang sudah pergi kecuali aku dan mama. Aku gak bisa ninggalin kakak sedirian. Hingga dengan bujukan mama, akupun berjalan menjauh dari makam kakak. Akupun pulang dengan hati sedih, sangat sangat sedih.
Disamping dari kesedihanku, aku masih ada audisi. Kali ini aku udah di final. Tapi rasanya gak bisa latihan tanpa ada kakak yang tersenyum menemaniku latihan. Walau begitu, aku harus tetap latihan menutupi kesedihanku. Aku harus bisa nyenengin kakak di sana.
Hari ini aku berangkat sangat tidah bersemangat. Karena gak ada lagi kakak yang nungguin aku pulang. Gak ada lagi orang yang sangat ngedukung aku. Tapi aku harus tetap semangat. Akupun duduk di belakang panggung menunggu nomor urutku di panggil.
Aku berjalan ke atas panggung setelah host selesai memanggil nomor urutku. Aku berdiri di tengah panggung dan mulai bernyanyi. Aku terus bernyanyi walau kadang kadang suaraku hilang. Walau sekali kali meneteskan air mata. “inilah saat terakhirku melihat kamu jatuh air mataku menangis pilu hanya mampu ucapkan……….. selamat jalan kasih”
Tiba tiba aku terdiam walau music belum selesai. Semua pemain music bingung. Penonton dan para juri juga bingung. Aku hanya berlari menuju keluar sambil meneteskan beribu tetes air mata yang tak kunjung henti.
Aku gak peduli banyak orang yang mengejarku. Gak peduli walau mama yang memanggilku. Aku terus berlari menuju pemakaman.
Akupun terdiam tepat di depan makam kakakku. Aku bersujud di depan makam kakakku dan juga di depan banyak orang yang juga berhenti beberapa meter di belakangku. Aku Cuma mau kakak di sini. Aku Cuma mau kakak yang memanggilku. Seharusnya kakak gak boleh pergi. Aku masih sayang sama kakak. Tapi kenapa Tuhan ngambil kakak dari pelukanku. Aku gak bakal bisa menghapus air mata ini. Hanya kakak yang bisa ngapus air mata ini dengan usapan lembutnya. Cuma kakak yang bisa menghapuskan rasa sedih di hatiku. Aku gak bakal bisa ngelupain kakak. Gak akan ada yang bisa ngegantiin kakak di hatiku. Karena Cuma kakak yang bisa ngertiin perasaan aku. Cuma kakak yang bisa bikin aku senang walau seluka apapun hati ini. Hanya kakak, Cuma kakak, dan selalu kakak yang aku pikirkan. Karena Cuma ada kakak di hatiku.
“Aku sayang kakak”. “Aku harap kakak senang di sana walau aku sedih di sini”
*END*
PROFIL PENULIS
Nama : Monica Sucianto
Kelas: 6
Add fb: Monica Sucianto
Ini Cerpenku yang ke 10
Kelas: 6
Add fb: Monica Sucianto
Ini Cerpenku yang ke 10
No. Urut : 812
Tanggal Kirim : 06/04/2013 13:10:50
Baca juga Cerpen Sedih yang lainnya.
Post a Comment