Ads (728x90)

Latest Post

Kesehatan

Tips

Kehidupanku dimulai dengan kesia-siaan, mabuk-mabukan, maksiat,
berbuat zhalim kepada manusia, memakan hak manusia, memakan
riba, dan memukuli manusia. Kulakukan segala kezhaliman, tidak ada
satu maksiat melainkan aku telah melakukannya. Sungguh sangat
jahat hingga manusia tidak menghargaiku karena kebejatanku.
Malik ibnu Dinar menuturkan:
Pada suatu hari, aku merindukan pernikahan dan memiliki anak dari
pernikahan tersebut. Maka kemudian aku menikah dan dikarunia
seorang putri yang kuberi nama Fathimah. Aku sangat
mencintainya. Setiap kali dia bertambah besar, bertambah pula
keimanan di dalam hatiku dan semakin sedikit maksiat di dalam
hatiku. Pernah suatu ketika Fathimah melihatku memegang segelas
khamr, maka diapun mendekat kepada aku dan menyingkirkan gelas
tersebut hingga tumpah mengenai bajuku. Saat itu umurnya belum
genap dua tahun. Seakan-akan Allah Ta'ala lah yang membuatnya
melakukan hal tersebut.
Setiap kali dia bertambah besar, semakin bertambah pula keimanan
di dalam hatiku. Setiap kali aku mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala
selangkah, maka setiap kali itu pula akau menjauhi maksiat sedikit
demi sedikit. Hingga usia Fathimah genap tiga tahun. Saat usianya
genap tiga tahun itulah Fathimah meninggal dunia.
Maka akupun berubah menjadi orang yang lebih buruk dari
sebelumnya. Aku belum memiliki sikap sabar yang ada pada diri
seorang mukmin yang bisa menguatkanku di atas cobaan musibah.
Kembalilah aku menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Setanpun
mempermainkanku , hingga datang suatu hari, setanku berkata
kepadaku: “Sungguh hari ini engkau akan mabuk-mabukan dengan
mabuk yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya.” Maka aku
bertekad untuk mabuk dan meminum khamr sepanjang malam.
Aku minum, minum dan minum. Maka aku lihat diriku telah
terlempar di alam mimpi.
Hingga kemudian aku melihat sebuah mimpi. Aku melihat hari
kiamat. Matahari telah gelap, lautan telah berubah menjadi api, dan
bumipun telah bergoncang. Manusia berkumpul pada hari kiamat.
Manusia dalam keadaan berkelompok-kelompok. Sementara aku
berada di antara manusia, mendengar seorang penyeru memanggil:
Fulan ibn Fulan, kemari! Mari menghadap al-Jabbar. Aku melihat si
Fulan tersebut berubah wajahnya menjadi sangat hitam karena
sangat ketakutan. Hingga aku mendengar seorang penyeru
menyeru namaku: “Mari menghadap al-Jabbar!”
Kemudian hilanglah seluruh manusia dari sekitarku seakan-akan tidak
ada seorangpun di padang Mahsyar. Kemudian aku melihat seekor
ular besar yang ganas lagi kuat merayap mengejar kearahku dengan
membuka mulutnya. Akupun lari karena sangat ketakutan. Lalu aku
mendapati seorang laki-laki tua yang lemah. Akupun berkata: “Hai,
selamatkanlah aku dari ular ini!” Dia menjawab: “Wahai anakku aku
lemah, aku tak mampu, akan tetapi larilah kearah ini mudah-
mudahan engkau selamat!”
Akupun berlari kearah yang ditunjukkannya, sementara ular tersebut
berada di belakangku. Tiba-tiba aku mendapati api ada dihadapanku.
Akupun berkata: “Apakah aku melarikan diri dari seekor ular untuk
menjatuhkan diri ke dalam api?” Akupun kembali berlari dengan
cepat sementara ular tersebut semakin dekat. Aku kembali kepada
lelaki tua yang lemah tersebut dan berkata: “Demi Allah, wajib
atasmu menolong dan menyelamatkanku.” Maka dia menangis
karena iba dengan keadaanku seraya berkata: “Aku lemah
sebagaimana engkau lihat, aku tidak mampu melakukan sesuatupun,
akan tetapi larilah kearah gunung tersebut mudah-mudahan engkau
selamat!”
Akupun berlari menuju gunung tersebut sementara ular akan
mematukku. Kemudian aku melihat di atas gunung tersebut terdapat
anak-anak kecil, dan aku mendengar semua anak tersebut berteriak:
“Wahai Fathimah tolonglah ayahmu, tolonglah ayahmu!”
Dia berkata:
Kemudian aku mengetahui bahwa dia adalah putriku. Akupun
berbahagia bahwa aku mempunyai seorang putri yang meninggal
pada usia tiga tahun yang akan menyelamatkanku dari situasi
tersebut. Maka diapun memegangku dengan tangan kanannya, dan
mengusir ular dengan tangan kirinya sementara aku seperti mayit
karena sangat ketakutan. Lalu dia duduk di pangkuanku sebagaimana
dulu di dunia.
Dia berkata kepadaku: “Wahai ayah,
« ِﻪَّﻠﻟﭐ ِﺮۡڪِﺬِﻟ ۡﻢُﮩُﺑﻮُﻠُﻗ َﻊَﺸۡﺨَﺗ ﻥَﺃ ْﺍٓﻮُﻨَﻣﺍَﺀ َﻦﻳِﺬَّﻠِﻟ ِﻥۡﺄَﻳ ۡﻢَﻟَﺃ »
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk
tunduk hati mereka mengingat Allah.” (QS. Al-Hadid: 16)
Maka kukatakan: “Wahai putriku, beritahukanlah kepadaku tentang
ular ini.” Dia berkata: “Ini adalah amal keburukanmu, engkau telah
membesarkan dan menumbuhkannya hingga hampir
memakanmu. Tidakkah engkau tahu wahai ayah, bahwa amal-amal
di dunia akan dirupakan menjadi sesosok bentuk pada hari kiamat?
Dan lelaki yang lemah tersebut adalah amal shalih, engkau telah
melemahkannya hingga dia menangis karena kondisimu dan tidak
mampu melakukan sesuatu untuk membantu kondisimu.
Seandainya saja engkau tidak melahirkanku, dan seandainya saja
tidak mati saat masih kecil, tidak akan ada yang bisa memberikan
manfaat kepadamu.”
Dia berkata:
Akupun terbangun dari tidurku dan berteriak: “Wahai Rabbku, sudah
saatnya wahai Rabbku, ya, “Belumkah datang waktunya bagi orang-
orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.”
Lantas aku mandi dan keluar untuk shalat Subuh dan ingin segera
bertaubat dan kembali kepada Allah Ta'ala.
Dia berkata:
Akupun masuk ke dalam masjid dan ternyata imampun membaca
ayat yang sama:
« ِﻪَّﻠﻟﭐ ِﺮۡڪِﺬِﻟ ۡﻢُﮩُﺑﻮُﻠُﻗ َﻊَﺸۡﺨَﺗ ﻥَﺃ ْﺍٓﻮُﻨَﻣﺍَﺀ َﻦﻳِﺬَّﻠِﻟ ِﻥۡﺄَﻳ ۡﻢَﻟَﺃ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk
tunduk hati mereka mengingat Allah.” (QS. Al-Hadid: 16)
Itulah dia, Malik bin Dinar , salah seorang imam generasi tabi’in, dan
termasuk ulama Basrah. Dia dikenal selalu menangis sepanjang
malam dan berkata: “Ya ilahi, hanya Engkaulah satu-satunya Dzat
yang mengetahui penghuni sorga dari penghuni neraka, maka yang
manakah aku di antara kedunya? Ya Allah, jadikanlah aku termasuk
penghuni sorga dan jangan jadikan aku termasuk penghuni neraka.”
Malik bin Dinar bertaubat dan dia dikenal bahwa pada setiap harinya
selalu berdiri di pintu masjid menyeru dan berkata: “Wahai para
hamba yang bermaksiat, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai
orang-orang yang lalai, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai
orang yang melarikan diri (dari ketaatan), kembalilah kepada
Penolong-mu! Penolong-mu senantiasa menyeru memanggilmu di
malam dan siang hari. Dia berfirman kepadamu: “Barangsiapa
mendekatkan dirinya kepada-Ku satu jengkal, maka Aku akan
mendekatkan diri-Ku kepadanya satu hasta. Jika dia mendekatkan
dirinya kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku
kepadanya satu depa. Siapa yang mendatangi-Ku dengan berjalan,
Aku adakan mendatanginya dengan berjalan kecil.”
Aku memohon kepada Allah Ta'ala agar memberikan rezeki taubat
kepada kita. Tidak ada sesembahan yang hak selain Engkau, Maha
Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang zhalim.
Malik bin Dinar wafat pada tahun 130 H. Semoga Allah
merahmatinya dengan rahmat-Nya yang luas.
KISAH FAKTA: TAUBATNYA MALIK IBNU DINAR

(Mizanul I’tidal,
III/426)

Post a Comment