Ads (728x90)

Latest Post

Kesehatan

Tips

BERAWAL DARIMU
Karya Oksiana Tiovani

Bunyi bel masuk pun sudah mulai terdengar tepat pukul 07.00 WIB. Tidak seperti biasa, SMP Bima Sakti dikejutkan oleh kedatangan siswa baru dari Prancis. Namanya adalah Axel Teddy. Dia biasa dipanggil dengan sebutan Axel. WOW! Murid baru itu langsung terkenal dalam sehari! Wajar saja sih, dia kan tampan, keren, plus cerdasnya kayak anak profesor gitu! Siapa coba yang tak tertarik padanya? Semua mata bakalan terhipnotis olehnya! Idaman semua wanita nih.

Namun, ada suatu kejanggalan ketika Axel melihat gadis yang sedang duduk di pojok kelas. Dia bingung, kenapa gadis semanis itu dari tadi hanya menyendiri dan membaca buku fiksi? Tidak mungkin, gadis semanis dia suka menyendiri seperti itu kan? Akhirnya, Axel pun menanyakan kejanggalan itu kepada teman sebangkunya, “Don! Siapa sih nama gadis di pojok sana? Kenapa dia menyendiri terus?”. Jawab Doni sambil menggoda, “Wah, wah! Sepertinya ada yang jatuh cinta pada pandangan pertama nih! Cie, cie!”.

Berawal Darimu
Tanya Axel dengan wajah penuh keingintahuan, “Ah, sudahlah. Siapa namanya?”. Akhirnya Doni meberitahu nama gadis itu, “Baiklah. Namanya Gaye”. Axel kebingungan, ada ada saja nama itu. Namun, dia berpikir pasti nama aneh seperti itu ada maksudnya. Sudah diputuskan olehnya untuk mengajak ngobrol gadis bernama Gaye itu, “Hey! Namamu Gaye kan?”. Jawab gadis itu dengan sinisnya, “Tak ada gunanya kau bertanya jika sudah tahu. Mengganggu saja!”. Ini kali pertamanya Axel disebut pengganggu oleh seorang gadis, Axel pun langsung merebut bukunya dan bilang, “Oh, jadi kamu sedang baca buku ini ya? Ku pinjam dulu ya! Dadah!”.

Axel pun lari tuk mencuri perhatiannya. Namun, gadis itu masih saja berdiri dan dia menangis? Melihat kejadian itu Kristin si gadis sok cantik pun ikut campur, “Tak ada gunanya kau melakukan itu! Melakukan hal seperti itu dengan gadis cengeng sepertinya? Tak akan ada respon! Dia paling cuma berdiri, dan menangis agar dikasihani!”. Mendengar perkataan Kristin, Gaye pun langsung berteriak, “Cukup! Kristin, aku tahu aku cengeng. Axel, jika kau ingin membacanya silahkan! Aku akan meminjamnya lagi di perpustakaan. Dan ku peringatkan, jangan pernah mendekatiku lagi!”.

Melihat kesedihannya itu, Axel merasa bersalah telah membuatnya malu di hadapan semua teman sekelasnya. Tak sempat untuk meminta maaf, Gaye sudah berlari meninggalkan kelas. Saat pelajaran, Axel masih memikirkan kejadian tadi. Dia ingin minta maaf tapi dia takut apa yang akan dikatakan olehnya nanti. Axel pun mendapatkan ide. Setelah semua siswa pulang, Axel meletakkan buku fiksi tadi di laci mejanya dan menyisipkan surat permintaan maafnya. Axel hanya bisa melakukan itu, dan berharap dia mau memaafkannya kalau bisa dia jadi teman dekatnya.

Keesokan harinya, Gaye mendatangi Axel, “Terima kasih!”. Axel pun kebingungan, “Huh? Terima kasih? Ini semua kan salahku?”. Melihat wajah Axel yang begitu bingung, Gaye sampai menahan tawa dan meresponnya dengan tulus, “Kau lucu juga ya. Dadah!”. Melihat kejadian itu, semua siswa justru kebingungan. Karena ini kali pertamanya Gaye mau menampakkan senyumannya. Mereka baru sadar, kalau Gaye bisa semanis itu.

Mendengar kabar itu, Kristin CS merasa tersaingi oleh Gaye. Namun sepertinya, Gaye sudah mau menerima Axel. Bahkan beberapa hari kemudian dia akan pulang dengan Axel? Akhirnya, Kristin CS membuntuti mereka sewaktu pulang sekolah. Mereka terkejut karena Axel mengajaknya ke Salon Indah yang terkenal paling mewah dan mahal di kota itu. Sudah diputuskan bahwa Kristin CS akan menunggu sampai Gaye dan Axel keluar dari salon.

Saat memasuki salon, Gaye bertanya pada Axel, “Axel, apa maksudmu mengajakku di salon ini? Bahkan jika aku tidak jajan seminggu pun, uangku masih tak cukup”. Axel pun menjawabnya dengan senyum manisnya, “Tenang saja! Ini sebagai tanda permintaan maafku! Yang sudah ku persiapkan dari dulu. Jadi ini semua gratis, tis, tis, tis! Itu dia! Hey, Lina! Tolong urus dia ya!”. Balas Lina, “Ok!”. Gaye menarik-narik baju Axel, “Tapi, aku tidak pernah”. Axel langsung memasang muka di depan Gaye dan berkata, “Tak apa. Percaya saja pada Lina. O iya, aku akan menunggumu di pojok sana. Tenang saja, aku tidak akan meninggalkanmu!”.

Setelah 1 jam menunggu, Gaye pun menemui Axel dengan baju yang sudah dipilihnya untuk Gaye. Axel menyuruh Gaye untuk melepaskan kaca matanya. Namun Gaye menjawab, “Minusku sudah banyak. Sering kali aku tersandung jika tidak memakai kaca mata ini”. Axel menggandeng tangan Gaye dan berkata, “Dengan begini kau tak kan tersandung kan? Jadi, ku mohon lepas kaca matamu sekali-kali. Karna aku ingin melihat wajah aslimu dibalik kaca matamu”. Mendengar ketulusan Axel, Gaye akhirnya mau menuruti keinginan Axel.

Melihat mereka keluar, Kristin langsung mengajak teman-temannya, “Ayo, kita ikuti mereka!”. Karena teman-temannya sudah tidak mood mereka menjawab dengan kesalnya, “Ikuti saja sendiri!”. Pulang juga deh Kristin CS. Axel dan Gaye memutuskan untuk bermain-main di mall. Axel mengajak Gaye untuk bermain di Timezone. Mereka menghabiskan waktu bersama disana. Bermain, bercanda, dan tertawa bersama. Gaye bisa merasakan hal-hal menyenangkan yang bisa dilakukan oleh remaja pada umumnya. Gaye baru sadar, ada banyak hal yang begitu menyenangkan layaknya membaca buku-buku fiksi favoritnya.

Hari sudah mulai sore, mereka harus segera pulang. Mereka berpisah di persimpangan jalan. Mereka saling melambaikan tangan dan berkata, “Sampai jumpa besok!”. Sampai di rumah, Gaye langsung mandi dan menulis di buku hariannya:
Kamis, 4 April 2013
Hari ini adalah hari yang dari dulu ku tunggu.
Selama ini, tak ada yang mau mengajakku bermain ke mall dan semacamnya.
Namun, Axel berbeda.
Dia mau menerimaku.
Tak peduli aku kutu buku,
Tak peduli seberapa miskin aku,
Dia masih mau menerimaku apa adanya.
Aku hanya bisa berterima kasih pada-Mu Tuhan,
Karna telah mempertemukanku dengan sahabat sebaik dia.
Aku berjanji,
Akan menjaganya semampu,
Dan sebanyak kekuatan yang ku miliki.

Keesokan harinya, Gaye sengaja menunggu di depan rumah Axel. Entah mengapa Gaye begitu semangat untuk ke sekolah bersama Axel. Tapi ternyata, Axel ada latihan basket hari ini. Jadi, dia sudah berangkat pagi-pagi buta. Gaye pun berjalan berjalan sendirian menuju sekolahnya. Namun, sesampainya di gerbang sekolah dia berpapasan dengan Kristin CS. Kristin menarik telinga Gaye dengan kejamnya, “Hey! Kamu itu sadar tidak! Kamu itu gak pantes buat Axel! Sadar dong! Udah miskin, jelek, dekil lagi!”.

Tiba-tiba Axel datang dan menampar Kristin. Kristin berlagak dengan sombongnya, “Axel, apa sih yang kamu lihat dari dia? Mending kamu main bareng aku, aku kan udah cantik, populer, kaya, apa yang kurang sih dari aku? Bener kan temen-temen?”. Jawab Kristin CS, “Betul tuh!”. Karna Axel tidak bisa menahan emosinya dia berteriak dengan kerasnya, “Karna aku mencintainya! Aku cinta Gaye! Puas kau!”.

Gaye terkejut mendengar perkataan Axel. Dia langsung lari, dan menahan malu. Lebih-lebih, jika Gaye tetap disana mungkin dia langsung menjadi kepiting bakar yang benar-benar merah. Gaye berpikir, bukankah Axel itu hanya sebatas sahabat dekatnya? Dan kenapa Gaye harus malu seperti itu. Atau mungkin Gaye juga telah mencintainya? Gaye berteriak, “Arrgghh!!! Aku tak mengerti!”.Tepat setelah Gaye berteriak Axel menarik-narik seragam Gaye dari belakang, “Maaf. Aku yang salah lagi. Aku selalu salah. Aku selalu membuatmu malu. Dan akulah yang selalu membuatmu jadi sedih”.

Gaye berbalik, “Tak apa Axel. Ini bukan salahmu. Menyukai seseorang itu adalah hal yang wajar. Tapi ku rasa, lebih baik kita berteman saja. Kita juga baru smp kan?”. Axel tersenyum dan memeluk Gaye, “Terima kasih”. Gaye yang tak tahan dipeluk, “Iya. Tapi jangan erat-erat meluknya!”. Axel pun melepaskan pelukannya sambil tersenyum dan sedikit tertawa sendiri, “Hehehehe. Sudah ya, aku mau ganti seragam dulu. Masak mau pelajaran pakai kaos olahraga! Dadah!”.

Sewaktu jam istirahat Doni memberitahukan sesuatu, “Hey, tahu tidak kalau lusa Gaye ulang tahun?”. Dengan bingungnya Axel menjawab, “Huh? Tapi dia tidak pernah tuh bicara soal ulang tahunnya?”. Doni melepas kaca matanya, “Jelas lah. Gadis misterius kog dilawan!”. Axel pun berpikir, memang benar walau Axel sudah cukup dekat dengan Gaye namun dia belum bisa memahami seorang Gaye yang sebenarnya. Terlebih oleh sikap pemalunya itu.

Setelah pulang sekolah, Axel berencana membelikan kado istimewa untuk Gaye. Karena Gaye menyukai buku fiksi, Axel mengunjungi Toko Ophicius yang terkenal dengan buku-buku fiksinya. Namun di tengah mencarikan buku yang sesuai untuknya Axel mendapat kabar, bahwa ayahnya mengalami kecelakaan yang menyebabkannya jatuh koma. Dan malam nanti dia sudah harus terbang ke Prancis. Axel merasa bahwa hadiah ini akan menjadi kenangan darinya. Dia hanya bisa menyisipkan secarik surat untuk Gaye dan menitipkan hadiah itu ke Doni.

Dua hari kemudian, Gaye menerima kado dari Axel lewat Doni. Gaye bertanya, “Kenapa bukan Axel yang memberikannya langsung?”. Karena Doni takut dia menjawab, “Aku tidak tahu. Mungkin ada surat atau apalah di situ. Tapi lebih baik kau membukanya di rumahmu saja”. Gaye bisa menerima jawaban Doni, dan Gaye senang sekali karena ini kali pertamanya dia mendapatkan sebuah kado dari sahabatnya sendiri.

Sesampainya di rumah, Gaye tidak langsung ganti baju karena entah kenapa dia ingin segera membuka kado pertamanya itu. Namun, kebahagiaan Gaye mulai menghilang ketika membaca surat ini:
Untuk Gaye sahabatku,
Gaye selama ini mungkin kita sudah bisa dikatakan,
Cukup dekat ya.
Namun, walau kita bisa sedekat ini
Entah mengapa aku masih belum memahamimu,
Memahami seorang Gaye yang sebenarnya.
Setiap berada di kelas,
Aku selalu memperhatikanmu,
Dari apa yang sering kau lakukan,
Sampai apa yang membuatmu kesal di kelas.
Kau tahu,
Ternyata waktu itu berjalan begitu cepat ya.
Tak terasa kita sudah bersama selama 1 bulan.
Namun, kenyataannya aku harus kembali ke Prancis,
Kampung halamanku.
Karena ayahku mengalami kecelakaan sampai dia menjadi koma.
Aku pun sebagai anak selayaknya merawat ayahku disana,
Begitu juga ibuku,
Yang harus meninggalkan perusahaannya yang berada di Indonesia.
Aku jahat ya,
Mengatakan hal ini mendadak,
Dan tak berani berkata langsung kepadamu.
Aku hanya bisa berjanji,
Suatu hari nanti aku akan datang kembali,
Dan bertemu lagi denganmu.
Maaf...

Membaca surat itu, Gaye merasa sangat kehilangan sahabat yang sangat berarti untuknya. Namun, dia percaya bahwa Axel akan memenuhi janjinya suatu hari nanti. Beberapa tahun kemudian ada seorang pria mencari Gaye di rumahnya, “Hey! Kamu Gaye kan?”. Melihat tahi lalat yang ada di lehernya Gaye langsung menangis bahagia, “Axel? Ini Axel kan?”. Pria itu menjawab, “Iya aku Axel”.

PROFIL PENULIS
Nama: Oksiana Tiovani
Tempat/tgl lahir: Boyolali, 20 Oktober 1998
Sekolah: SMP N 1 Boyolali
Kelas: IX
Alamat Facebook: https://www.facebook.com/oksiana.tiovani

Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya.

Post a Comment