SuryaPost.com - Sirosis hati, nama yang indah. Namun akibatnya bukan hanya kerusakan hati yang menjadi mengerut, tetapi fungsi pun terganggu. Sirosis hati terjadi karena proses peradangan menahun (kronis) di hati, yang membuat banyak sel hati mati, serta terbentuknya jaringan ikat (parut). Jaringan ikat inilah yang mengakibatkan hati semakin menciut.
Menurut data, penyakit ini paling banyak terjadi pada usia 31-50. Belum pernah ditemukan penderita anak balita, namun sering di temukan pada usia produktif , 20-30 tahun.
Gejala tidak khas.
Sirosis hati, menurut Dr Imran Nito, ahli penyakit dalam, memudahkan timbulnya infeksi di organ lain seperti di paru paru, saluran kencing, saluran pencernaan dan lain-lain. Karenanya penanganannya ini harus total, tidak boleh hanya hati saja yang di perhatikan. Bila hati terganggu biasanya akan merembet ke lambung, ginjal, pancreas dan lain-lain.
Bisa saja penderita terlambat mengetahui penyakitnya karena agak sulit mendeteksi gejala sitoris hati. Pada tingkat awal, keluhannya merasa tubuh tidak fit, sering demam, dan nafsu makan menurun kemudian muncul keluhan di saluran pencernaan seperti rasa kembung dan mual. Sering atau sebaliknya sulit buang air besar. Berat badan secara berangsur angsur menurun. Pada wanita siklus haid kadang terganggu bahkan sampai terhenti sama sekali untuk beberapa waktu.
Kadang orang keluru menilai penderita. Perut semakin besar dikira makin gemuk. Padahal salah satu gejala sirosis memang demikian yaitu massa toto di dada berkurang sementara perut membengkak.
Pada kondisi lanjut, kedua tungkai bengkak kalau terlalu banyak berdiri. Gejala ini hilang bila penderita berbaring. Urin berubah kuning tua atau kecokelatan. Kadang mata juga ikut menguning.
Adakalanya gejala sirosi bisa dilihat dari pendarahan pada gusi atau mimisan. Ini terjadi karena terganggunya factor pembekuan darah.
Minum alkohol dalam waktu lama.
Penyebab sirosi hati beragam, selain disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B atau C, juga dapat diakibatkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka waktu lama.
Jamu-jamuan, makanan dengan bahan pengawet, obat-obatan yang mengganggu fungsi hati dalam waktu lama, adanya gangguan imunologis dan berbagai macam penyakit metabolic, juga bisa menyebabkan sirosis hati.
Komplikasi yang timbul.
Komplikasi yang sering timbul dan sangat berbahaya ialah terjadinya pendarahan disaluran cerna atas atau kerongkongan dan di pangkal lambung, ditandai dengan pasien muntah darah atau tinja hitam. Muntah darah sekali saja memberikan tanda kondisinya sudah gawat.
Sebetulnya penyakit ini tidak perlu ditakuti bila penderita tahu dan memeriksakan diri lebih awal. Hanya memang tak jarang penderita datang setelah stadiumnya lanjut dan terjadi berbagai komplikasi.
Pendarahan misalny, terjadi setelah peradangan kronis mengakibatkan hati mengerut. Dengan demikian aliran darah ke hati tidak bisa bisa berjalan mulus dan terjadi bendungan. Bendungan ini memaksa pembuluh darah harus menampung aliran darah yang volume dan tekanannya cukup tinggi. Akibatnya pembuluh darah melebar, timbul varises. Setelah melalui proses menahun, pembuluh darah tidak kuat lagi menampung dan pecah.
Semakin sering penderita muntah darah, kondisi hati semakin parah fungsi hati ikut terganggu. Hati dalam tubuh manusia ibarat pabrik besar, yakni pabrik pengolahan makanan. Juga sekaligus tempat penyimpanan vitamin A, D, E dan K. semua obat yang masuk ke tubuh juga diproses di sini, sehingga obat menjadi bermanfaat dan tidak beracun. Pembentukan factor pembekuan darah pun berlangsung di hati.
Bila produksi zat pembekuan darah berkurang, pendarahan sulit dihentikan. Dokter pun mungkin kesulitan mengambil tindakan penyembuhan luka untuk mencegah agar penderita tidak semkin banyak kehilangan darah.
Perlu penanganan cepat.
Bila terjadi pendarahan perlu penanganan cepat. Namun sebelum tindakan diambil, perlu dilakukan serangkaian pemeriksaan untuk menilai apakah fungsi hati masih baik. Sirosis bisa saja memburuk jadi kanker hati, tapi membutuhkan waktu lama, 5-10 tahun. Ini terjadi bila proses sirosis terus berjalan.
Untuk memonitor organ hati, selain pemeriksaan fisik dilakukan dengan USG, diukung oleh pemeriksaan laboratorium untuk menilai SGOT dan SGPT. Pemeriksaan laboratorium juga dilakukan untuk menukur kadar bilirubin. Ada lagi gamma GT untuk menilai fungsi hati.
Keadaan penderita sirosi hati tidak selamanya buruk bila diketahui secara dini dan proses sirosis tidak aktif, sirosis aktif artinya fungsi hati tidak stabil, bilirubin selalu tinggi, sering demam, perut membesar, mudah terkena infeksi dan kaki bengkak.
Pengobatan sirosi tergantung derajat kegagalan hati. Bila hati masih dapat mengompensasi kerusakan yang terjadi, maka penderita dianjurkan untuk mengontrol penyakitnya secara teratur, istrirahat yang cukup, melakukan diet tinggi kalori dan protein serta lemak secukupnya.(berbagai sumber) gambar : http://imrannito.blogspot.com
Post a Comment