Ads (728x90)

Latest Post

Kesehatan

Tips

AHH...REALLY?!..
Karya Deandrasari Malikha Gresiyanti
 
Baru kali ini ada orang yang berani nyinggung Dafa. Tepat saat istirahat pertama berakhir, waktu itu aku sedang asyik baca novel di kelas. Jangan salah, walaupun aku sedang baca buku bukan berarti aku lupa daratan.

Sambil terus baca buku *lebih tepatnya pura-pura* telingaku mendengar kalimat ejekan yang serius dan rencana mengerjai secara keterlaluan. Targetnya kali ini sahabat karibku DAFA! Ada gank di sekolah ini yang cuma berani Nindys orang. Mana royokan lagi! coba tantang 1 lawan 1 mereka udah kabur duluan.

Dafa Surya Permana sahabatku dari kelas 1 SMP dan kita tetep sahabatan sampai sekarang kelas 2 SMA hebat kan? Dafa itu luarnya emang culun bukan main. Kayaknya cuma aku satu-satunya orang yang pernah ngeliat tampang aslinya setelah keluarga besarnya sendiri. Penampilan casing Dafa memang menyedihkan.
Rambut licin, jalan nunduk dan kacamata super gede. Aku juga heran sendiri kenapa sahabatku gini amat, miris. Pertama kenal, waktu aku lagi latihan karate. Dafa memang nggak pake kacamata dari sononya. Kita sama-sama ban kuning waktu itu.
 
Ahh..Really?!.
Dafa itu lagi istirahat, nggak tau ada apa dia langsung nyapa aku. “Eh, kamu Nindy kan?” aku langsung noleh. “Iya, kamu siapa?” “Kenalin, aku Dafa!” Dafa menjabat tanganku. Kesan pertama ngelihat Dafa aku heran banget, jarang-jarang ada anak yang sok akrab denganku. Ternyata Dafa anak dari sahabat papaku, otomatis kita sahabatan juga.

Dafa memang keren kalau nggak dandan culun gitu. Nggak tau kenapa waktu ke sekolah dia jadi culun banget. Aku sempet ngenalin Dafa ke beberapa temen laki-laki yang se-club denganku di club bahasa Inggris. Mereka terbuka banget sama Dafa, semenjak itu Dafa nempel sama aku terus.
Yah... sampe sekarang belum ada ceritanya aku dibelain sama Dafa, yang ada Dafa yang kubelain. Waktu dijailin sama panitia MOS, waktu dituduh nyuri sepatu Pak Gambang, dan waktu-waktu yang lain. Soalnya ini anak kayaknya letoy banget kalau di sekolah, jadi dia minta supaya aku nyembunyiin identitas aslinya.

Kembali ke topik awal.. “Daf! Daf!” aku menepuk pundak Dafa yang asik sama laptopnya. “Apaan?” tanya Dafa sambil terus melototin layar laptop. Aku yang nggak sabaran langsung nutup layar laptop dari depan. “Eh! Kok dimatiin! Nin!!!!!” hasilnya pipiku dicubit, yah walaupun nggak sakit, lumayan bikin aku meringis.
“Ada apa sih?” Dafa baru merhatiin aku. “Kamu tau nggak? Kamu itu mau dijailin sama gank rusuh!” seru aku. “Trus?” tanya Dafa. “Mungkin kamu pulang sekolah nanti bakal dikerjain.” aku menerawang. “Kamu mau dipukulin apa?” teriakku sewot. “Ya enggak lah! Bego’ banget dipukulin diem aja!” Dafa protes.

Kita nyusun rencana, justru lebih jail. Orang-orang yang mau ngejailin Dafa selalu bawa sepeda motor ke sekolah. Walhasil, kita minta paku buat ngebocorin ban sepeda orang yang bersangkutan. Nggak cuma itu, kita juga sempet ngasih lem kuat di jok sepedanya.
Bel pulang, Dafa sama aku biasa-biasa aja. Dafa langsung ngegaet ke parkiran. Seperti yang diduga, mereka ber-4 susah buat turun dari sepeda masing-masing. Aku sama Dafa ngumpet di balik tembok sambil cekikikan. Rasain!

Sudah puas ngeliat orang-orang jail itu, kita melenggang pulang. Waktu mau nyebrang jalan, “Awas!” jeritku. Dafa nggak sengaja kesenggol sepeda motor, kacamatanya langsung jatuh. Dafa mau ngambil tuh ceritanya, aku langsung narik badannya dan.. Prak.. kacamata Dafa kelindes bus.
“Wuih, trims banget kamu udah nyelametin aku, lagi.” ujarnya cengengesan. “Udah biarin aja kacamataku tadi, berarti emang udah waktunya nunjukin identitas asli.” senyum Dafa mengembang. “Trus kamu besok mau ganti penampilan?” tanyaku cuek. “Maybe yes, maybe not..” Dafa menerawang. Dafa dan aku, melenggang pulang dengan santai seperti biasanya.
“Pantes.. dia takut sama wajah aslinya..” Kak Rio geleng-geleng kepala. “Takut tenar dia.” Kak Rio berujar lagi. Saat ini, aku dan Kak Rio lagi asik duduk di teras rumah. Itu tadi reaksi Kak Rio waktu ngeliat foto Dafa berwajah asli. “Lagian kak, dia orangnya nggak suka menonjol. Tapi kemarin, dia kayaknya udah putus asa gitu nyembunyiin ID aslinya.” Balasku sambil mencomot cheese cake dari piring.

Masalahnya, Dafa itu anggota OSIS di sekolah yang paling culun. Banyak adik kelas yang ngeledekin. Entah apa reaksi mereka besok. Aku cuma bisa berdo’a semoga Dafa nggak di jailin lagi sama gank rusuh kemarin. Yah.. besok aku juga harus nyiapin diri buat olahraga. Zzz...
Ternyata benar apa yang udah kuduga kemarin. Dafa jadi inceran perempuan cantik di sekolah. Nasib... nasib... aku cuma bisa sama dia waktu jam pulang sama berangkat sekolah. Nggak kayak dulu, yang tiap istirahat selalu nempel.
Hubunganku sama Dafa lama kelamaan makin jauh. Jauh banget malahan. Tapi, aku juga harus ngebiarin dia nikmatin dunia baru. Sebagai salah satu laki-laki tercakep di sekolah ini. Semoga, Dafa nggak lupa denganku.

Hari Sabtu, pulang cepet! Yay! Seperti biasa, Dafa bakal nungguin aku di koridor kelas. Waktu aku jalan setengah lari, udah keliatan laki-laki jakung itu berdiri bersandar ke dinding. Aku menghampirnya dengan cepat.
“Yuk pulang!” aku jalan gitu aja ngelewatin dia sambil masang tampang happy. “Tungguin dong!” Dafa narik lenganku. “Apa?” aku berpaling. “Gini, kamu bisa nggak nolongin aku lagi?” Dafa memohon. “Please.. aku udah tau kalau ada emansipasi wanita jaman sekarang, tapi bukan berarti aku harus nolak 5 perempuan dalam waktu 3 hari. Aku nggak tega ngeliat mereka nangis.” Jelas Dafa panjang lebar.
“Kenapa nggak diterima aja? Gampang kan?” aku melengos pergi. “Yah.. kalau aku nggak suka gimana?” tanya Dafa menghalangi jalanku. “Ya sudah, itu tergantung kamunya gimana.” Aku berjalan kembali, Dafa langsung berjalan cepat di depanku. “Ada apa lagi sih? Udah yuk! Pulang..” Dafa tetap berdiri di depanku.
“Maaf ya Nin, aku jadi jauh sama kamu. Udah 3 minggu kayak gini terus.” Raut wajah Dafa muram. “Iya iya! Udah lah, nggak apa-apa kok! Aku juga ingin kamu ngerasain hidup yang beda.” Aku menepuk pundaknya. “Jadi? Aku boleh nempel lagi kan sama kamu?” Dafa memohon. “Nempel? Memangnya perangko nempel?” aku tertawa.
“Lagian susah sih bersahabat sama orang populer..” ledekku. Dafa terkejut, dan tertawa kencang. “Aku? Populer? Ngaco!” Dafa mengacak rambutku. Senang sekali kembali seperti dulu.
“Nin! Kakak pinjam komik Conan yang edisi 195 ya!” Kak Rio berteriak dari atas. “Iya! Ambil aja kak! Jangan lupa di kembaliin di tempatnya ya kak!” aku berteriak dari tangga. “Beres!” jawab Kak Rio. Aku membuka kulkas dan mengambil jus jambu, kemudian duduk kembali di ruang tengah.

Handphone-ku berdering. Tertulis nama “Si DaCu” alias “Dafa Culun” “What’s up?” tanyaku. “Aku pengen kamu keluar sekarang ya! Pakai baju yang bagus! Jangan pakai celana pendek atau panjang. Pakai dress yang kamu pakai waktu pesta perayaan. Aku tunggu di depan!” Dafa langsung memutus sambungan.
Apaan? Belum sempet jawab apapun udah di tutup, dasar si Culun! Apa boleh buat, aku harus mengikuti aturan aneh Dafa tadi. Pakaianku, dress berwarna pastel berpita di bagian depan pinggir. Tatanan rambut, hanya kugerai dan ditambah bandana dengan aksesori bunga. Alas kaki, hanya flat shoes yang senada dengan dress ini.
☻☺

Setelah kupastikan semua tertata rapi, langsung aku mengambil tas kecil yang hanya kuisi dompet dan handphone lalu bergegas keluar. Papa dan mama sedang menonton tv di ruang keluarga, mereka tak sengaja melihatku dengan pakaian rapi. “Mau kemana Nin?” tanya papa. “Tadi, Dafa nelepon Nindy terus nyuruh keluar pakai dress mama ini.” Jelasku. “Bener kan? dress mama itu memberikan pengaruh positif?” mama tergelak disusul papa.

Aku hanya mendengus jengkel, “Ma, heran deh! Masa’ suka sih sama baju seperti ini? Kan susah bergerak?” protesku. “Sayang, ke sini sebentar.” Mau tak mau, aku berjalan dan duduk diantara mama dan papa. “Sayang, perempuan itu harus tampil secantik mungkin. perempuan harus menonjolkan diri dengan sifat perempuannya, begitu pula dengan laki-laki.” Jelas mama panjang lebar.
“Papa juga begitu, papa menginginkan anak papa mempunyai keistimewaan masing-masing tanpa meninggalkan takdirnya.” Papa tersenyum hangat. Benar juga, perempuan tidak dapat mengubah dirinya menjadi laki-laki. Seberapapun kerasnya dia berusaha, jiwanya pasti tetap perempuan, begitu juga sebaliknya.

Aku berpamitan dengan orang tuaku dan langsung keluar rumah. Hanya berjalan beberapa meter, Dafa sudah terlihat menunggu sambil menengadahkan kepalanya ke langit. Aku berjalan cepat dan langsung menepuk pundaknya. “Hei! Ngelamun aja! Kalau kesambet, tambah culun lho!” aku mengagetkannya.
Dafa terkejut dan mendengus sebal. “Kamu ini! Bikin kaget! Tambah culun? Biarin!!” Dafa mengacak-acak rambutku. “Ih! Tadi disuruh rapi malah di ancurin!” jeritku sambil menepis tangan Dafa dan melayangkan cubitan keras di rusuk Dafa. “Sakit tau!” Dafa meringis dan langsung berlari meninggalkanku. Aku mengejarnya dengan sebal.

Dafa berlari menuju bukit yang terletak tak jauh dari kompleks perumahan kami. Tiba-tiba, kakiku tersandung dan menabrak Dafa yang berada di depanku. Brukk.. jatuhnya kami meninggalkan rasa sakit di sana-sini. Aku terjatuh tetapi tertahan oleh badan Dafa yang berposisi telentang.
“Wa!!!!!!!!!!!!” aku menjerit keras saat wajahku dan Dafa berjarak sangat dekat. Aku langsung terduduk sambil membersihkan kaki dari rumput. “Kamu kalau jalan liat-liat dong!” protes Dafa sambil mencoba duduk. Aku meringis menahan sakit, sementara Dafa membersihkan rambutnya.
☻☺


“Aku kesandung sih! Jadinya langsung nabrak deh! Untung ada kamu di depanku, jadinya bajuku nggak kotor kena rumput.” Aku terkekeh. “Kamu enak nggak kotor, aku ini yang kasian.” Gerutu Dafa. “Iya, iya..” aku membersihkan rumput yang berada di pundaknya. “Udah, kamu nggak usah bersihin aku segala, kamu sendiri masih banyak rumputnya.” Ledek Dafa sambil menunjukkan rumput yang berasal dari kakiku.
Kami berdua saling membersihkan rumput yang menempel. “Kamu sih! Pake’ acara lari-larian!” aku memprotes. “Siapa yang kesandung?” balas Dafa. “Aku..” jawabku dengan tampang polos. “Nah itu! yang salah kan berarti kamu!” Dafa meledek. “Kamu tau!” balasku. “Kamu!” “Kamu!” “Kamu!” “Kamu!” -_____-
Kami saling menyalahkan, seperti anak kecil. Kami merebahkan diri di atas rumput bak permadani. “Kenapa sih ngajak keluar?” tanyaku bete’ “Ya.. biar kamu nggak bosen di rumah terus.” Jawab Dafa sambil memandang langit. “Aku nggak bosen tuh!” aku mulai protes. Dafa berpaling ke arahku dan mencubit pipiku. “Iya iya bawel! Terserah deh..” “Ih.. merah nih pipiku!” protesku lagi. “Hehehe...” Dafa meringis.

Hening... hanya terdengar suara gesekan daun karena angin. Kami saling tenggelam dalam pikiran masing-masing. “Kamu percaya nggak kalau aku suka sama kamu?” Dafa duduk berhadapan denganku. “Kenapa tiba-tiba sih?” aku langsung tegang. “Lebih cepat lebih baik.” Senyumnya mengembang.

Wajahku mendadak hangat. “Jangan bercanda yang aneh-aneh!” aku mengacak rambut Dafa dengan gemas. Tanganku digenggamnya “Aku nggak bercanda..” raut wajah Dafa berubah. “Eh..?” aku terdiam. Oke! Kali ini aku gugup, sangat gugup. Seorang laki-laki culun mendadak tenar, sedang berbicara aneh di depanku.
“Ya..ya, kalau kamu suka sama aku, wajar lah... orang tua kita kan kenal dekat.” Aku menerawang dan menjawab sebisanya. Dafa menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan lalu.. “Will you be my girlfriend?” wajahnya sangat dekat. Aku memegang bahunya dan mendekatkan wajahku. “Daf, It’s so ridiculous.” aku langsung bergeser mundur.

Dafa mendengus gemas.. dan hanya kutanggapi dengan mengacak rambutnya kencang. “Uh.. susah kalau seperti ini caranya!” Dafa memaki diri sendiri. Aku mendorong tubuhnya. “Kamu sih! Aku beneran tau!!!” Dafa mencubit kedua pipiku. Aku mencengkram kedua tangannya. Dafa langsung melepas cubitannya.
“Kamu belum pernah nembak perempuan sebelumnya ya?” tanyaku. “Mana ada sih, yang mau sama laki-laki culun?” Dafa menerawang. “Ada kok!” tukasku. “Heh? Siapa?” tanya Dafa antusias. “AKU!” jawabku kencang sambil berkacak pinggang. Dafa langsung mengacak-acak rambutku dengan gemas sambil berkata "Makasih udah suka sama aku yang culun ini."
 
PROFIL PENULIS
Nama : Deandrasari Malikha Gresiyanti
Kelas/Sekolah : 2/SMP Negeri 1 Cilacap.
Facebook : http://www.facebook.com/deaandrasari.greesiyanti

Terimakasih banyak buat yang baca ^^
 
Baca juga Cerpen Remaja yang lainnya.

Post a Comment