Ads (728x90)

Latest Post

Kesehatan

Tips

Selama 150 tahun, Gereja Notre-Dame S de la Garde menghias
pemandangan Marseille, Prancis. Gereja ini terletak di titik
tertinggi kota yang menghadap sebuah pelabuhan tua. Tapi, tak
lama lagi pemandangan akan berubah. Bangunan dan simbol
yang berbeda akan mewujud. Di sana akan berdiri sebuah
masjid agung.
Maka itu, sejumlah kalangan menyebutnya sebagai `Cathedral
Mosque'. Sejumlah arsitek yang merancang bangunan masjid
mengatakan, mereka meminjam inspirasi Taj Mahal. Kelak,
masjid agung ini akan dilengkapi dengan kubah emas besar.
Menaranya akan menjulang mencapai 24 meter.
Ruangan shalat dirancang cukup luas. Diperkirakan ruangan
tersebut mampu menampung sekitar 7.000 jamaah dan akan
menjadi masjid terbesar di Prancis. "Ini merupakan proyek
yang lama tertunda," kata Yves Moraine, pemimpin partai
berkuasa UMP seperti dikutip BBC belum lama ini.
Menurut pandangannya, lebih baik mendorong Islam yang
terbuka. Membangun tempat ibadah yang terlihat banyak orang.
Daripada memaksa Muslim menjadi komunitas bawah tanah. Di
mana mereka menjalankan shalatnya di gudang-gudang bawah
tanah. Berdirinya masjid di kota besar akan membantu
mencegah ekstremisme.
Moraine menyatakan, masjid yang mudah diakses juga akan
mencegah munculnya imam-imam masjid yang tak terlatih.
Kemudian, mereka menyampaikan pandanganpandan gan
ekstrem kepada para pemuda. Tak heran dengan pertimbangan
semacam itu, ia menyampaikan pendapat positif atas
pembangunan masjid itu.
Ada sejumlah kalangan yang menyebut bahwa lokasi rencana
pembangunan masjid itu tak strategis karena terlalu padat.
Namun, Makhete Cisse dari Association of Mosques, organisasi
yang menjalankan proyek itu, menyanggahnya. "Ini posisi
sempurna dan kami dikelilingi oleh komunitas Muslim yang
jumlahnya besar," katanya.
Cisse menjelaskan, nantinya bangunan masjid ini mempunyai
luas lebih dari 8.361 meter persegi. Ini merupakan sebuah
kompleks yang dilengkapi dengan sebuah perpustakaan dan
restoran. "Kami memang membutuhkan tempat yang besar.
Apalagi, masjid berada tak jauh dari pusat bisnis."
Dibutuhkan pula, dana besar untuk mendirikan bangunan
masjid itu. Soal ini memicu sejumlah kontroversi sebab
sebagian besar dari 25 juta dolar AS yang dibutuhkan,
diperkirakan diperoleh dari luar negeri. Di antaranya, berasal dari
Aljazair, Arab Saudi dan negaranegara Timur Tengah, dan Afrika
Utara lainnya.
Sejumlah politisi lokal dari National Front menentang rencana
pembangunan masjid tersebut. Mereka menyampaikan gugatan
menghadang proyek tersebut. Bagi mereka, ini sama saja
dengan persoalan cadar. Mereka mempertahankan nilai-nilai
sekuler. "Kami tak mengundang Islam di sini," kata Stephane
Ravier dari National Front.
Abdel Hakim Rahal, seorang warga Muslim, mengatakan,
rencana pembangunan masjid di Marseille menjadi bukti upaya
asimilasi Muslim ke dalam masyarakat di Marseille. "Kami
membutuhkan tempat untuk bertemu dan menjalankan shalat.
Kami telah lama menantikannya."
Oleh karena itu, Rahal sangat mensyukuri akan adanya sebuah
masjid besar di Marsielle. Ia kemudian mengutip sebuah
ungkapan dalam bahasa Prancis untuk menggambarkan
penantian panjangnya itu, Mieux vaut tard que jamais, lebih baik
terlambat daripada tidak sama sekali.
Gereja Katedral di Marseille berubah menjadi
Masjid
[Republi ka/BBC]

Post a Comment