Ads (728x90)

Latest Post

Kesehatan

Tips

MENGENANGMU GADIS MANIS
Karya Tri Cahyana Nugraha

Semuanya berawal dari taman ini. Taman, pagi hari. ketika sang permaisuri berduri menari mengiringi belai halus sang angin. Ketika mentari menyambut para penghuni dari belenggu mimpi. Aku... duduk membisu di kursi taman, menikmati kemegahan istana kami yang diberikan allah. Dua jam aku membeku dibuatnya.
“maaf boleh ikut duduk ?” suara seorang wanita mebangunkanku dari duniaku.
“iya boleh” jawabku.

Sesaat perhatianku teralihkan oleh rupa sang penerima kecantikan. Wanita dengan kulit putih kecoklatan dengan tahi lalat menghiasi mukanya, lebih indah dengan pipi cabi dan rambut sedikit ikal terurai hingga sedikit dibawah bahu. Senyum manis menoleh ke arahku ketika ku perhatikan tubuhnya yang agak gendut.
“kenapa bengong?” tanyanya
“ah engga” jawabku sambil memalingkan pandangan.
“oh ya kenalin namaku Anggita” mengenalkan dirinya.
“oh i-iya namaku Tri” jawabku sedikit gugup.
“oh Tri, ngapain kamu disini?” tanyanya kembali.
“menikmati pertunjukan” jawabku singkat.
“pertunjukkan apa?” tanyanya keheranan.
“semua ini, kicau burung, sinar mentari, tarian pepohonan, hembusan angin. Semua ini pertunjukkan alam untuk kita” jawabku sambil tersenyum.
“sama doong, aku jugaaa. Liat disana, kupu-kupu meneguk sari bunga” sembari menunjuk ke arah kumpulan bunga mawar dengan beberapa kupu-kupu berterbangan di atasnya.
“iyaya, lihat juga disana. Burung-burung menari-nari di dahan pohon” sambutku dengan semangat.
“ih iyaya, lucu banget kayaknya yang di kanan cowonya yang dikiri cewenya. Liat romantis banget si cewenya ngelus-ngelusin kepalanya ke leher cowonya” timbalnya kembali.
“iyaya, kelihatan sangat bahagia” jawabku dengan bahagia.
“baru pertama aku ketemu cowok kayak kamu” bisiknya sembari tersenyum manis
“maksudnya kayak aku?” tanyaku dengan keheranan.
“iyaa biasanya kalo aku ketemu cowok, pasti yang mereka menganggap hal seperti ini ga penting, biasa aja. 

Mengenangmu Gadis Manis
Mereka akan lebih terhibur kalo menonton bioskop atau pertunjukan musik” jelasnya sembari memandangku dengan senyuman.
“ah aku juga suka musik kok” jawabku dengan tersipu.
“iya tapi kamu beda” ucapnya, terlihat pipinya memerah.
“haha bisa aja dasar” jawabku semakin tidak karuan.
“oh ya, no kamu berapa? Aku harap kita bisa ketemu lagi” pintanya seperti memberi suatu harapan.
“083820908955, iya semoga kita bisa ketemu lagi” jawabku dengan sangat berharap.
“yaudah ya, udah siang aku harus pulang daaah” pamitnya.

Tak berucap aku hanya melambaikan tangan. Semenjak saat itu kami sering berkirim pesan. Sesekali menelfon bahkan bertemu hanya untuk sekedar menikmati keindahan panggung kehidupan. Dari bicaranya sepertinya dia adalah orang sangat suka bercerita, segalanya dia ceritakan dari dirinya, keluarganya hingga mantan dan pacarnya. Ya pacarnya, dia telah dimiliki orang lain. Jujur aku mulai merasakan hal yang berbeda ketika bersamanya, dunia yang begitu besar teralihkan hanya oleh senyuman dan ocehannya. 

Terlintas untuk memilikinya atau hanya sekedar untuk mengungkapkan cinta. Namun keberanianku hilang, aku tak mau jika aku jujur akan perasaanku kebersamaan kami tak akan bisa seperti dahulu, karna tidak mungkin dia meninggalkannya untukku. Semakin lama aku bersamanya semakin aku mengenal dia dan keluarganya, dia adalah gadis padang. Ibu dan ayahnya adalah seorang guru, dia memiliki dua kakak laki-laki yang sangat perhatian padanya. Berasal dari keluarga yang harmonis, membuatnya menjadi gadis periang. Meski kini tinggal jauh dari minang, tapi dia tetap ceria. Ya kini dia di bandung, menyelesaikan pendidikaan bahasa indonesianya disini. Satu hal yang aku suka dari dia, meskipun aku hanya seorang bartender yang pendidikannya tak lebih dari d1, dia tidak menganggapku rendah atau menjauhiku karna kehidupannku yang berkutat di dunia malam, dengan minuman dan wanita-wanita malam.

Pernah suatu ketika ketika dia berkunjung ke klub malam tempatku bekerja bersama teman-temannya, ketika itu aku sedang menyiapkan minuman untuk seorang pelanggan wanita yang mabuk, wanita itu tiba-tiba memgang tanganku dengan erat dan mencoba menciumku. Aku tidak berbuat apa-apa hanya mencoba untuk menghindar sebisanya, karna jika aku membuat pelanggan tidak nyaman akan dipecat. Memang sebuah kerugian bagi pegawai yang tidak bisa berbuat apa-apa bila ada pelanggan bejat. Saat itu dialah yang menolongku, menampar wanita itu dan mendorong wanita mabuk itu. Hal yang berbeda dari wanita lain yang mungkin malah akan marah dan mengumpatku karna aku hanya diam saja.

Kami menjalani hubungan yang aneh selama hampir tiga bulan, teman sebagai kekasih, dan kekasih sebagai teman. hingga akhirnya suatu hari dia menghilang begitu saja, kami sudah tak bertemu, bahkan untuk sekedar berkirim pesanpun tidak. Bahkan no.nyapun sudah tak aktif. Jejaring sosial pun ia blokir. Setahun aku hidup dalam kebimbangan. Mengingatnya untuk bersedih, mengenangnya untuk meringis dan merindunya untuk menangis.

Taman, pagi hari. ketika sang permaisuri berduri menari mengiringi belai halus sang angin. Ketika mentari menyambut para penghuni dari belenggu mimpi. Aku... duduk membisu di kursi taman, menikmati kemegahan istana kami yang diberikan allah. Dua jam aku membeku dibuatnya.
“hai lagi apa?” suara seorang wanita mebangunkanku dari duniaku.
“Lagi menikmati dunia” jawabku.

Dia, kembali. Wanita itu datang. Berbeda, berkerudung putih, dengan tubuh mengurus, melepas rindu mengingat masa lalu hingga sampai pada pertanyaan itu.
“kamu kemana aja setahun ini?” tanyaku.
“ada kok, aku selalu mengawasimu” jawabnya dengan senyum.
“bohong, aku ga pernah melihatmu” sahutku dengan agak marah.
“tapi aku selalu melihatmu” jawabnya dengan senyum kembali.
“kamu kenapa? Aneh banget sih nyebelin” dengan marah aku menjawabnya.
“aku mencintaimu, selalu mencintaimu, aku akan menunggumu disana, di keabadian allah” jawabnya.
“de de bangun, mau hujan” seorang pria tua penjaga taman membangunkanku.
“eh iyaya pak” aku menjawab dengan sedikit bingung.

Akhirnya aku sadar ternyata semua itu hanya mimpiku. Seminggu setelah kejadian itu aku menerima surat dari anggita.
“tri, gimana kabar kamu? Baik-baik aja kan? Aku kangen sama kamu. Tapi aku gak bisa ketemu sama kamu, mungkin gak disini, tapi nanti di surga. Maaf ya aku pergi gitu aja tanpa ngasih tahu kamu. Sebenarnya aku mau jujur, sebenarnya aku terkena leukimia, dan semenjak setahun lalu penyakit itu semakin ganas menyerangku. Aku gak mau kamu tahu, karna itu cuman membuat kau iba padaku. Aku gak mau kamu mengasihani aku, aku mau kau menyayangi aku. aku sayang kamu, aku sayang kamu, aku sayang kamu tri. Jika kau menerima surat ini, berarti aku sudah berada disisi allah. Jangan kau tangisi kepergianku, aku pergi bukan meninggalkanmu, tapi aku pergi untuk mengawasimu dari sana. Semoga di sana kita bisa bersama. Aku sayang kamu, dari wanitamu anggita”

Seperti petir di siang bolong. Aku menangis, betapa tidak. Wanita yang kucintai ternyata menyembunyikan hal yang membuatnya dia pergi dariku. Sungguh kesedihanku tak terbendung, dunia begitu tak berarti bagiku. Aku berkali-kali mencoba untuk menyusulnya, namun senyumnya selalu mencegahku seakan berkata “belum waktunya”. Sehari setiap bulan aku selalu mengunjungi taman itu, seumur hidup hingga aku kini berusia 70 tahun. Hingga kini aku memiliki satu istri dua anak dan empat cucu. Aku selalu mengenangmu gadis manisku.

PROFIL PENULIS
Nama : Tri Cahyana Nugraha
Add fb : Tri Cahyana Nugraha
Follow twitter : tricnugraha
Blog : tricahyananugraha.blogspot.com
Email : tricahyana1993@gmail.com
Baca juga Cerpen Sedih yang lainnya.

Post a Comment