TEMARAM SENJA DI KOTAKU
Oleh Bambang Sukmadji
Kotaku menenggelamkan seluruh tubuhku
meski aku dilahirkan di sini...
aku kokohkan sendi tulangku sendiri,
agar temaram senja tak menjauhkan aku
kotaku tak menyisakan satupun yang kumiliki
telah aku benahi segalanya, tatapan mataku, kayuh kakiku
beribu mulut parau melemparku hingga pucuk ilalang
Semua nampak tak sedikitpun meraih eksotis mawar
padahal dengan angin kembara aku hiaskan
di wajah kotaku, yang menyimpan seribu sembilu
aku tersudut di kotaku sendiri, namun semuanya
memburu detik, demi sayap sayap burung merak
aku sekejap dalam separo nafasku
Segalanya memang Kodrat dan Iradat dariNYA
aku sambut dengan percikan air kembang
dan bentangan puji memenuhi kamarku, aku menggapai arti
lantas sederetan puncak bukit menyerpihkan asa padaku
hingga aku meluruskan batas pandang
kotaku tertinggal di jauh detik yang menerkamku
Di kota ini.....
kembali aku lahir, dengan selendang bidadari
dan angin sejuk membawakan keranjang hidup
aku bersama wewangi bunga setaman
indah menggurat wajah pagi, tanpa suara parau
tanpa layu bunga, tanpa hunian gersang dan tanpa
debu debu kemarau yang menderaku
Bukankah aku lahir di kotaku
dengan semburat awan jingga dan tujuh warna pelangi?
lantas mengapa kau diam membisu, saat aku berkemas
dengan dewa dewi Indraloka bertabur tarian gadis manja
barangkali lantaran aku terselip dalam nyanyi jalang
burung hantu di siang hari bolong
Sehingga semua tertawan dalam tawa renyah
lantas aku melipatkan sayap, menukik tubuhku
memunguti bumiku sendiri...lengang
aku tak akan pernah melempar wajah berkerut
tetaplah kau kotaku dalam biru rinduku
karena aku terlahir sebagai tulang dan daging
Hari hari adalah miliku sendiri
hari hari adalah langkahku sendiri
hari hari adalah wajahku sendiri
Aku terselip di kotaku yang baru, yang melahirkan
kasih suci bersama istri dan anaku
Semarang, 14 Desember 2012
Bambang Sukmadji
MA Futuhiyyah 1 Mranggen Demak JATENG
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment