KAMU HANYALAH BAYANGAN SEMU
Karya Mimin Khoirum Widiawati
Aku berlari ketika melewati koridor sekolah sendirian. Waktu itu, semua anak sudah pulang sekolah. Aku dimintai tolong oleh guruku untuk mengantarkan buku tugas yang diberikannya ke kantor. Mengapa sekolahku begitu sepi? Tidak ada orang yang terlihat. Bahkan gurupun tidak ada yang terlihat. Aku takut, sampai akhirnya aku tidak memperhatikan jalanku. Dan tiba-tiba. . . . .
BRAKKK! Aku menabrak seorang kakak kelas. Minuman yang dibawanya tumpah membasahi bajunya, bajuku, dan buku yang sedang aku bawa. Buku-buku itu jatuh berhamburan ke lantai. Berserakan dan basah. Aku lalu memungut buku-buku itu sambil meminta maaf pada kakak kelasku itu karena sudah menabraknya. Tapi, apa tanggapannya? Dia hanya diam. Tidak membantuku untuk memungut buku-buku itu, dan tidak mengucapkan kata apapun ketika aku minta maaf padanya. Dia hanya memberikanku sehelai saputangan dan berlalu pergi. Sungguh orang yang aneh.
Kamu Hanyalah Bayangan Semu |
Aku lalu melihat saputangan pemberiannya tadi. Dibagian pojok bawah, tertulis “Arana”. Aku yakin itu bukan namanya. Karena Arana adalah nama perempuan, sedangkan dia adalah seorang laki-laki. Tiba-tiba, aku ingat. Bahwa namaku adalah Arana. Apakah ini hanya sebuah kebetulan? Kenapa disaputangannya ada namaku? Atau mungkin, Arana itu adalah pacarnya? Arana kan bukan cuma aku saja, pikirku. Yasudahlah, aku tidak ingin memikirkannya lagi. Aku lalu mengantarkan buku-buku itu ke kantor dan bergegas pulang.
Sesampainya dirumah . . . . . .
Kembali aku melihat saputangan yang diberikannya tadi. Saputangan yang unik, dengan gambar Winnie The Pooh berwarna Kuning. Aku yakin, itu bukan miliknya, karena tidak mungkin seorang laki-laki mempunyai saputangan bergambar Winnie The Pooh. Tanpa kusadari, aku jadi senyum-senyum sendiri memikirkan kakak kelasku tadi. Dia pribadi yang pendiam, tampan, dan misterius. Dia jarang bergaul. Jarang sekali aku melihatnya berkumpul dengan teman-temannya. Dia orang yang aneh, karena aku tidak pernah sedikitpun mendengar dia berbicara. Apa dia bisu? Ah itu tidak mungkin, pikirku. Sudahlah, aku malah jadi berpikiran yang tidak-tidak tentangnya.
Keesokan harinya. . . . .
“Kak, kak. Ini nih saputangannya. Makasih yah.” Kataku kepada kakak kelasku yang kemarin memberiku saputangan
Dia hanya mengambil saputangan itu tanpa menjawab ucapan terimakasihku. Ya Tuhan, kenapa dengan orang ini? Sungguh aku sangat bingung padanya. Ingin sekali aku mendengar suaranya. Tapi dia tetap saja tidak bersuara. Aku semakin penasaran padanya. Sepertinya, aku jatuh cinta. Ya, jatuh cinta dengan lelaki misterius ini.
Tanpa aku sadari, aku jadi semakin sering memperhatikannya. Tapi, ada yang kurang. Aku tidak tahu siapa namanya. Aku ingin bertanya pada temannya, tapi aku malu. Setiap kali ada kesempatan untuk bertanya, rasa malu selalu datang menyergapku. Sehingga aku tidak jadi bertanya siapa nama lelaki yang sudah aku cintai itu.
Setelah aku mengembalikan saputangannya tadi, aku malah ingin mengambil kembali saputangan itu. Mengapa? Aku juga tidak tahu. Tapi, tulisan “Arana” di pojok bagian bawah saputangan itu seperti mengisyaratkan bahwa dia memang sengaja membuat tulisan itu dan memberikannya padaku. Sungguh hal yang bodoh. Mana mungkin semua itu terjadi. Bahkan aku dan dia tidak saling mengenal sebelumnya.
Sampai suatu hari. . . . . .
“Arana!” panggil seseorang yang sontak mengagetkanku, aku pun menoleh dan betapa terkejutnya aku ketika melihat kakak kelasku berdiri tepat dibelakangku. Dia memanggil namaku, hatiku senang bukan main.
“Iya, ada apa?” tanyaku padanya
“Kamu mau kemana?” tanyanya
“Gak kemana-mana kok. Aku cuma mau duduk disini.” Kataku sambil menunjuk kursi yang ada dikoridor sekolah, sambil duduk di kursi itu
“Namaku Niko.” Katanya sambil berlalu pergi meninggalkanku
Betapa terkejutnya aku. Dia seolah-olah tahu bahwa aku sedang mencari tahu siapa namanya. Ada apa dengan lelaki itu? Mengapa dia misterius sekali. Mengapa semua yang aku alami seolah-olah sudah direcanakan. Sungguh tidak masuk akal. Aku semakin penasaran dan tentu saja, semakin aku penasaran semakin aku jatuh cinta padanya. Pada Niko. Yah, aku tahu namanya sekarang.
Beberapa saat kemudian. . . . .
Bel pulangpun berbunyi. Aku lalu merapikan buku-buku pelajaranku sambil bergegas ingin sampai dirumah. Aku ingin berteriak sekeras-kerasnya, karena hari ini aku sangat senang. Kak Niko, Kak Niko, Kak Niko!!! Hanya nama itu yang ingin aku teriakkan. Aku bahagia sekali karena aku sudah tahu siapa namanya.
Sesampainya dirumah. . . . .
Aku lalu masuk kekamarku, dan disana aku berteriak-teriak seperti orang gila. Aku senang sekali, sungguh sangat senang. Tiba-tiba HPku berdering, tanda ada sms masuk. Kulirik layar HPku dan, 1 pesan baru. Aku lalu membukanya. Betapa terkejutnya aku ketika membaca pesan itu. Pesan dari nomor yang tidak dikenal, yang membuat bulu kudukku merinding, yang membuatku ngeri, dan yang membuatku takut. Pesan itu berisi “Jangan pernah kamu dekat dengannya! Karena, dia bukan MANUSIA! Ingat itu Arana!”
Sontak pesan itu membuatku terduduk lemas dan tidak bisa berkata-kata. Apa maksudnya? Dekat dengan siapa? Siapa yang bukan manusia? Tuhan, apa yang dimaksud orang ini adalah Kak Niko? Apa mungkin Kak Niko bukan manusia? Tidak! Kak Niko itu manusia. Dia bahkan menegurku tadi. Aku sungguh tidak percaya. Bagaimana mungkin, orang ini mengirim pesan yang tidak penting itu padaku? Ah, sudahlah. Aku yakin kalau Kak Niko itu adalah manusia. Orang yang mengirim pesan ini mungkin hanyalah orang iseng yang kurang kerjaan.
Keesokan harinya. . . . .
Aku mencari-cari Kak Niko disekolah. Aku mencarinya kekelas, ke kantin, kemana saja. Tapi dia tidak ada. Apa dia tidak masuk hari ini? Aku terus mencarinya, sampai akhirnya aku melihatnya sedang duduk sendirian di taman belakang sekolah. Aku lalu menghampirinya, dan duduk disebelahnya. Dia sepertinya tidak menyadari kehadiranku. Sampai akhirnya, aku membangunkannya dari lamunannya.
“Kak Niko.” Kataku sambil menepuk pundaknya. Sontak dia kaget. Dan dia lalu menengok kearahku sambil tersenyum.
“Iya, kenapa?” jawabnya. Dia bahkan bisa aku sentuh. Itu berarti dia manusia, dia nyata.
“Gak kenapa-napa kok. Kamu ngapain sendirian disini? Gak kekelas?” tanyaku
“Gak. Aku lagi pengen disini, malas belajar.” Kata Kak Niko
“Kak, aku mau nanya sesuatu.” Kataku
“Apa?” tanyanya. Wajahnya yang tampan membuat jantungku berdebar-debar dengan hebatnya. Aku tidak menyangka, aku bisa berbicara dengannya.
“Saputangan yang kemarin itu, kok ada tulisan “Arana”nya? Arana itu kan namaku. Padahal, kita gak saling kenal sebelumnya.” Kataku
Dia menghela nafas sejenak sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaanku.
“Sudah seharusnya kamu tahu Arana.” Katanya
“Tahu apa?” tanyaku sambil kebingungan
“Dulu, aku adalah orang yang sangat menyukaimu. Aku mengagumimu, dan aku membuatkanmu sebuah saputangan yang bertuliskan “Arana” di pojok bawahnya. Maksudku, aku ingin memberikannya kekamu sambil menyatakan perasaanku. Setahun yang lalu, tepat dihari aku ingin menembakmu, aku kecelakaan. Motor yang kubawa menabrak sebuah mobil yang parkir didepanku. Karena aku laju, aku gak sempat ngerem. Dan, motorku hancur. Aku dilarikan kerumah sakit, tapi Tuhan berkehendak lain. Aku meninggal dunia saat perjalanan menuju rumah sakit.” Jelasnya yang membuat hatiku serasa hancur. Aku sangat terkejut mendengarnya. Tanpa kusadari, air mataku pun menetes
“Arana, memang Cuma kamu yang bisa melihat wujudku. Memang Cuma kamu yang dapat menyentuhku. Aku datang, hanya ingin memberikanmu saputangan ini. Arana, aku suka kamu. Hanya itu yang ingin aku sampaikan kekamu. Aku bukan lagi manusia Arana. Tapi, aku sangat mencintaimu. Aku sangat menyayangimu. Jaga dirimu baik-baik. Aku sayang kamu Arana.” Kata Kak Niko sambil perlahan-lahan menghilang
Aku menangis mendengar penjelasannya. Ternyata, pesan yang kemarin itu benar. Tuhan, aku juga mencintai Kak Niko. Sekarang, yang aku punya hanyalah saputangan ini. Aku akan menjaganya dengan baik, seperti aku menjaga cintaku untuk Kak Niko. Aku akan selalu mengenang Kak Niko dihatiku, selamanya. . . . . .
PROFIL PENULIS
Nama : Mimin Khoirum Widiawati
TTL : Malang, 26 Desember 1996
Sekolah : SMKN 1 Bontang, Kalimantan Timur
Sesampainya dirumah . . . . . .
Kembali aku melihat saputangan yang diberikannya tadi. Saputangan yang unik, dengan gambar Winnie The Pooh berwarna Kuning. Aku yakin, itu bukan miliknya, karena tidak mungkin seorang laki-laki mempunyai saputangan bergambar Winnie The Pooh. Tanpa kusadari, aku jadi senyum-senyum sendiri memikirkan kakak kelasku tadi. Dia pribadi yang pendiam, tampan, dan misterius. Dia jarang bergaul. Jarang sekali aku melihatnya berkumpul dengan teman-temannya. Dia orang yang aneh, karena aku tidak pernah sedikitpun mendengar dia berbicara. Apa dia bisu? Ah itu tidak mungkin, pikirku. Sudahlah, aku malah jadi berpikiran yang tidak-tidak tentangnya.
Keesokan harinya. . . . .
“Kak, kak. Ini nih saputangannya. Makasih yah.” Kataku kepada kakak kelasku yang kemarin memberiku saputangan
Dia hanya mengambil saputangan itu tanpa menjawab ucapan terimakasihku. Ya Tuhan, kenapa dengan orang ini? Sungguh aku sangat bingung padanya. Ingin sekali aku mendengar suaranya. Tapi dia tetap saja tidak bersuara. Aku semakin penasaran padanya. Sepertinya, aku jatuh cinta. Ya, jatuh cinta dengan lelaki misterius ini.
Tanpa aku sadari, aku jadi semakin sering memperhatikannya. Tapi, ada yang kurang. Aku tidak tahu siapa namanya. Aku ingin bertanya pada temannya, tapi aku malu. Setiap kali ada kesempatan untuk bertanya, rasa malu selalu datang menyergapku. Sehingga aku tidak jadi bertanya siapa nama lelaki yang sudah aku cintai itu.
Setelah aku mengembalikan saputangannya tadi, aku malah ingin mengambil kembali saputangan itu. Mengapa? Aku juga tidak tahu. Tapi, tulisan “Arana” di pojok bagian bawah saputangan itu seperti mengisyaratkan bahwa dia memang sengaja membuat tulisan itu dan memberikannya padaku. Sungguh hal yang bodoh. Mana mungkin semua itu terjadi. Bahkan aku dan dia tidak saling mengenal sebelumnya.
Sampai suatu hari. . . . . .
“Arana!” panggil seseorang yang sontak mengagetkanku, aku pun menoleh dan betapa terkejutnya aku ketika melihat kakak kelasku berdiri tepat dibelakangku. Dia memanggil namaku, hatiku senang bukan main.
“Iya, ada apa?” tanyaku padanya
“Kamu mau kemana?” tanyanya
“Gak kemana-mana kok. Aku cuma mau duduk disini.” Kataku sambil menunjuk kursi yang ada dikoridor sekolah, sambil duduk di kursi itu
“Namaku Niko.” Katanya sambil berlalu pergi meninggalkanku
Betapa terkejutnya aku. Dia seolah-olah tahu bahwa aku sedang mencari tahu siapa namanya. Ada apa dengan lelaki itu? Mengapa dia misterius sekali. Mengapa semua yang aku alami seolah-olah sudah direcanakan. Sungguh tidak masuk akal. Aku semakin penasaran dan tentu saja, semakin aku penasaran semakin aku jatuh cinta padanya. Pada Niko. Yah, aku tahu namanya sekarang.
Beberapa saat kemudian. . . . .
Bel pulangpun berbunyi. Aku lalu merapikan buku-buku pelajaranku sambil bergegas ingin sampai dirumah. Aku ingin berteriak sekeras-kerasnya, karena hari ini aku sangat senang. Kak Niko, Kak Niko, Kak Niko!!! Hanya nama itu yang ingin aku teriakkan. Aku bahagia sekali karena aku sudah tahu siapa namanya.
Sesampainya dirumah. . . . .
Aku lalu masuk kekamarku, dan disana aku berteriak-teriak seperti orang gila. Aku senang sekali, sungguh sangat senang. Tiba-tiba HPku berdering, tanda ada sms masuk. Kulirik layar HPku dan, 1 pesan baru. Aku lalu membukanya. Betapa terkejutnya aku ketika membaca pesan itu. Pesan dari nomor yang tidak dikenal, yang membuat bulu kudukku merinding, yang membuatku ngeri, dan yang membuatku takut. Pesan itu berisi “Jangan pernah kamu dekat dengannya! Karena, dia bukan MANUSIA! Ingat itu Arana!”
Sontak pesan itu membuatku terduduk lemas dan tidak bisa berkata-kata. Apa maksudnya? Dekat dengan siapa? Siapa yang bukan manusia? Tuhan, apa yang dimaksud orang ini adalah Kak Niko? Apa mungkin Kak Niko bukan manusia? Tidak! Kak Niko itu manusia. Dia bahkan menegurku tadi. Aku sungguh tidak percaya. Bagaimana mungkin, orang ini mengirim pesan yang tidak penting itu padaku? Ah, sudahlah. Aku yakin kalau Kak Niko itu adalah manusia. Orang yang mengirim pesan ini mungkin hanyalah orang iseng yang kurang kerjaan.
Keesokan harinya. . . . .
Aku mencari-cari Kak Niko disekolah. Aku mencarinya kekelas, ke kantin, kemana saja. Tapi dia tidak ada. Apa dia tidak masuk hari ini? Aku terus mencarinya, sampai akhirnya aku melihatnya sedang duduk sendirian di taman belakang sekolah. Aku lalu menghampirinya, dan duduk disebelahnya. Dia sepertinya tidak menyadari kehadiranku. Sampai akhirnya, aku membangunkannya dari lamunannya.
“Kak Niko.” Kataku sambil menepuk pundaknya. Sontak dia kaget. Dan dia lalu menengok kearahku sambil tersenyum.
“Iya, kenapa?” jawabnya. Dia bahkan bisa aku sentuh. Itu berarti dia manusia, dia nyata.
“Gak kenapa-napa kok. Kamu ngapain sendirian disini? Gak kekelas?” tanyaku
“Gak. Aku lagi pengen disini, malas belajar.” Kata Kak Niko
“Kak, aku mau nanya sesuatu.” Kataku
“Apa?” tanyanya. Wajahnya yang tampan membuat jantungku berdebar-debar dengan hebatnya. Aku tidak menyangka, aku bisa berbicara dengannya.
“Saputangan yang kemarin itu, kok ada tulisan “Arana”nya? Arana itu kan namaku. Padahal, kita gak saling kenal sebelumnya.” Kataku
Dia menghela nafas sejenak sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaanku.
“Sudah seharusnya kamu tahu Arana.” Katanya
“Tahu apa?” tanyaku sambil kebingungan
“Dulu, aku adalah orang yang sangat menyukaimu. Aku mengagumimu, dan aku membuatkanmu sebuah saputangan yang bertuliskan “Arana” di pojok bawahnya. Maksudku, aku ingin memberikannya kekamu sambil menyatakan perasaanku. Setahun yang lalu, tepat dihari aku ingin menembakmu, aku kecelakaan. Motor yang kubawa menabrak sebuah mobil yang parkir didepanku. Karena aku laju, aku gak sempat ngerem. Dan, motorku hancur. Aku dilarikan kerumah sakit, tapi Tuhan berkehendak lain. Aku meninggal dunia saat perjalanan menuju rumah sakit.” Jelasnya yang membuat hatiku serasa hancur. Aku sangat terkejut mendengarnya. Tanpa kusadari, air mataku pun menetes
“Arana, memang Cuma kamu yang bisa melihat wujudku. Memang Cuma kamu yang dapat menyentuhku. Aku datang, hanya ingin memberikanmu saputangan ini. Arana, aku suka kamu. Hanya itu yang ingin aku sampaikan kekamu. Aku bukan lagi manusia Arana. Tapi, aku sangat mencintaimu. Aku sangat menyayangimu. Jaga dirimu baik-baik. Aku sayang kamu Arana.” Kata Kak Niko sambil perlahan-lahan menghilang
Aku menangis mendengar penjelasannya. Ternyata, pesan yang kemarin itu benar. Tuhan, aku juga mencintai Kak Niko. Sekarang, yang aku punya hanyalah saputangan ini. Aku akan menjaganya dengan baik, seperti aku menjaga cintaku untuk Kak Niko. Aku akan selalu mengenang Kak Niko dihatiku, selamanya. . . . . .
PROFIL PENULIS
Nama : Mimin Khoirum Widiawati
TTL : Malang, 26 Desember 1996
Sekolah : SMKN 1 Bontang, Kalimantan Timur
Baca juga Cerpen Cinta dan Cerpen Remaja yang lainnya.
Post a Comment